Senja yang membawa cinta Permana.
Tentang mempertahankan apa yang harus di pertahankan walau kondisi tak berpihak padamu
#IU
#Kevinsanjayasukamuljo
#Romance
#Sedih
#galau
Ditengah keseruan mereka, Aku terus berjuang menghadapi sepi yang kian menggerogoti . Dikenten , tepatnya dirumah Tante Linda aku sedang mengamati Sebuah kalender. Sebuah kalender kecil yang terpajang diatas meja. Aku sangat menyukai pajangan diatas meja itu. meja yang terbuat dari kayu jati itu terpajang beberapa pot kaca yang berisi air bening dan dua kuntum mawar putih yang mulai layu. Tanggal hari ini dikelilingi oleh tinta spidol berwarna merah. Sebuah agenda tertulis dibawah angka 18. wisata ke Museum Balaputera Dewa. Hal langka kembali terjadi. Biasanya Kevin akan menelponku semalam sebelum pergi berwisata. Aku hanya bisa mengambil sekuntum mawar putih layu itu dan menciumnya.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Sama seperti mawar ini, akupun mulai layu. - Lovania.
Aku mendengar lengkingan suara Calista yang memanggilku. Suaranya terdengar semakin dekat bersama dengan bunyi langkahnya. Aku tak menghiraukan bunyi bunyian itu. mataku terpaku dengan tanggal 18 yang dilingkari tinta merah. Calista mendekati dan melihat apa yang tengah kuperhatikan. Calista mengambil kalender kecil yang terpajang itu. Ia membaca agenda yang tertera dibawah angka itu. setelah membacanya , Iapun duduk disampingku dan meletakkan kalender itu diantara bunga mawar putih. "Jadi kalian mau ke Museum Balaputera Dewa ya hari ini ?" " Sepertinya tidak" Kataku " Kenapa??" "Kevin mungkin lagi sibuk." "Udah kamu telpon ?" "Belum. Biasanya juga dia yang telpon aku satu malam sebelum berangkat. Dan semalam ia gak telpon aku,Cal." "Gimana Kalo kita hari ini Ke Mall ? kita hang out sambil refreshing. Aku sedih liat kamu beberapa hari ini. Kamu tu kayak sepi terus sejak Kevin gak kesini." "Enggak ah ". Kataku. "Yah! Mau ya..please" Sepupuku ini terus membujukku. Banyak teori teori yang dikumandangkannya untuk menyakinkan aku. Aku bersikeras menolaknya. Calista tidak tinggal diam. Ia terus memintaku untuk mengikuti sarannya. Setelah beberapa kali mengalami penolakan dariku, aku luluh akan perjuangannya. Kami berangkat ke mall tersebut.
***
Tibalah kami di tempat tujuan. Kami mulai mencuci mata dengan disungguhkannya diskon diskon dan berbagai wahana yang seru. Hatiku seakan remuk seketika saat aku tidak sengaja melihat Kevin dan Obellia yang sedang duduk disebuah bangku yang terdapat didekat tiang besar. Mereka sedang berbincang bincang dan menyantap es krim dengan penuh kebahagiaan. Rasa cemburu berbalut amarah mulai menyerang. Aku terdiam. Rasanya aku tak lagi berada dibangunan ini. Aku merasa sebagian dari jiwa ini lepas. Air mataku menetes tanpa kusadari. Apalagi saat Obellia mencolek muka Kevin dengan es krim. Tak terima dengan kejahilan yang dilakukan Obellia, Kevin membalas mendaratkan colekan Es krim dipipi kiri Obellia. Langkahku menepi. Jantungku seakan meledak melihat pemadangan yang mengiris hati. aku berbalik dan berlari menjauhi mereka. Aku benar benar dibuat sakit sesakit sakitnya hari ini. Air mataku semakin deras saja mengucur dipipi. Calista hanya bisa merangkulku dengan pilu. Ia seolah merasakan kepedihan yang sedang aku rasakan. Calista akhirnya membawaku pulang dari Mall itu dengan raut muka pilu. Kami menuju rumah. Hujan datang melengkapi galau ini. Bahkan langit ikut menangisi kondisiku. Kusenderkan kepalaku dijendela mobil. Tetes airnya membasahi kaca bagian luar. Aku tak habis pikir jika Kevin lupa dengan agenda kami hari ini. Secepat itukah ia lupa dengan semuanya ? . Aku benar benar terpukul dengan kenyataan yang sulit untuk kuterima. Ternyata Kevin lebih memilih jalan bersama Obellia dari pada melanjutkan tour bersamaku.
Namun faktanya, petang tengah bersuka cita bersama hujan. Ia tak hiraukan senja lagi. Senja sedang digulung kabut. Angin muson berhembus mengirimkan partikel partikel air. Partikel air itu jatuh kebumi dan mengisi petang. Tak ada tempat bagi senja untuk bercahaya. Yang ada hanyalah gelap yang diserta kilat dan Guntur hingga malam datang dan menutup hari ini.
Senja akan pergi jika kau rasa hujan lebih layak temani petangmu. - Lovania
Aku kembali kerumah diliputi rasa sakit yang membentuk sebuah luka. Luka yang menyayat jiwaku. Sayatannya mengundang rasa perih. Tak ada obat untuk meredakan rasa pedih itu. aku langsung menuju keatas dan berbaring miring kekanan. Air mataku terus mengalir. Biarlah malam tanpa bintang yang menghiburku. Biarlah gelapnya menyelimuti kesedihan ini. Istirahatlah wahai hati. siapkan mentalmu untuk kembali terjatuh dan sakit lagi. Saat aku hendak memejamkan mata, telpon masuk dari Kevin membuat ponselku berdering. Aku lesu untuk mengangkatnya. Kubiarkan panggilan masuk darinya. Aku kecewa padanya. Kevin terus mencoba mennelponku. Akhirnya kuputuskan untuk menrespon panggilannya. "Hallo Lovania." "Hallo Vin." " Aku mau minta maaf sama kamu." " Buat apa ?" " Aku minta maaf karena aku lupa kalo hari ini adalah jadwal tour kita ke Museum Balaputra Dewa. Aku beneran lupa gara gara tugas kampus numpuk yang harus diselesaikan, dan aku akhirnya gak jadi deh ajak kamu kesana. " Tutur Kevin "Oh tidak apa apa. Lain kali aja " jawabku seadanya. "Besok aku bakal ajak kamu kesana." "aku gak bisa deh kalau besok." Kataku sambil mengusap air mata. "Kenapa?" "Besok aku mau kebutik tante Linda." "Oh gitu ya. Kamu pilek ya ? kok suara kamu berubah? "Tanya Kevin yang mulai mengkhawatirkan aku. "Sepertinya begitu." "Kalo gitu Kamu harus Istirahat biar cepet pulih." "Iya" "Aku matiin ya telponnya. Good Night Lovania." "Good night too" Kevin mengakhiri panggilannya. Akupun memjamkan mata yang terus berair sedari tadi. Mataku sepertinya tidak bisa menerima apa yang telah disaksikannya tadi. Guntur menggelegar menjadi musik pengiring hati yang setengah hancur. Kutitipkan kekecewaanku atas kebohongan yang diucapkan Kevin. Layar ponsel Kevin menampilkan sebuah panggilan dari Obellia. Kevin menyentuh ikon gagang telpon hijau dilayar dan mengucapkan hallo pada Obellia. Mereka kembali melewati malam dalam obrolan dengan media ponsel. Nyatanya kini, Senja kehilangan petangnya. Ia tak tau dilangit mana lagi harus bersinar karena hujan tengah mengucur lebat kebumi. Tiada celah yang bisa ia tembus untuk menghapus warna kelabu dicakrawala bumi Sriwijaya.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.