"Boleh gue baper? "
.
.
.
.Dengan jemari lentik yang tengah menekan nomor telfon seseorang, gadis bersurai hitam itu tampak resah sambik menggigit pelan jari telunjuknya. Wajahnya yang cantik tak menyembunyikan sedikitpun rasa khawatir pada dirinya.
"Halo, kak? "
ucapnya ketika panggilannya telah tersambung."Hmm? "
"Kakak sakit? Apa karena makanan yang aku kasih kemarin? Tapi kakak bilang kakak gak punya alergi".
"Hhh, iya gue sakit karena masakan lo"
Terdengar helaan nafas panjang sebelum Ragil menjawab."Tapi kakak bilang kakak gak punya alergi"
Lirih aya, yang membuat ragil sedikit panik."Lo nangis? Elahh gue sakit rindu masakan lo. Jangan nangis. Tambah jelek lo ah"
Ledek ragil kembali."Kakak kangen masakan aya? "
"Ehem, secepetnya gue pengen lagi"
"Ok, kalo gitu kakak cepet sembuh ya, nanti aya masakin yang enak enak"
"Iya iya makasih ya"
"Iya kalo gitu aya tutup dulu"
Tak lama setelahnya telfon terputus, sedangkan Ragil menatap heran ponselnya sebelum kembali berbaring di ranjang king sizenya.
Sedangkan dotempat berbeda Aya berlari sekencang mungkin dikoridor sekolah yang saat itu sedang ramai diwaktu istirahat. Surai hitamnya bergerak kesana kemari mengikuti gerak tubuhnya.
Berulangkali bertabrakan, setelah mengucap maaf segera berlari lagi tanpa peduli dimaafkan atau tidak. Sampai di depan sebuah kelas manik rubbynya menyisir setiap sudut kelas mencari seseorang.
"KAK WAWAN!! "
Jeritnya hingga semua orang yang ada dikelas tersebut menatap aneh dirinya."Kenapa Ay? "Tanya Wawan sembari mendekati Aya yang sedang tersenyum lebar di pintu masuk kelas.
Fikirannya seolah sudah memperingatkan akan terjadi hal yang tidak beres sehingga membuat anak aneh seperti Aya mendatanginya dengan senyum lebar.
"Ragil gak ada, kan lo udah tau tadi"ucap Wawan sambil menatap Aya heran.
"Ishh bukan itu"raut wajah Aya berubah drastis.
"Trus kalo bukan karena Ragil lo ngapain nyari gue? "Selidik Wawan saat melihat senyum Aya kembali.
"Kakak bawa motor? "
"Gak "sahut Wawan singkat.
"Yahh"hilang sudah harapannya. Rencananya perlahan menipis kemudian menghilang laksana kabut dipagi hari.
"Jovan bawa tuh kayanya, emang mau ngapain? "Tanyanya lagi.
"Kak Jovan tau rumah kak Ragil? "Tanya Aya.
"Tau, tunggu, jangan bilang lo, lo"Wawan mendelik tak percaya ketika melihat senyum Aya semakin lebar dan memberitahu tentang rencananya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Reason (Hiatus)
Teen FictionDua sejoli yang terikat kisah dimasa sma #722masasma #234fiksiremaja