Menghilang

19 5 0
                                    


"Hanya orang bodoh yang tidak tahu kalau cinta tidak bisa dipaksakan"
.
.
.
.

"Makasih"ucap Aya sambil memberikan helm kepada Ragil.

"Hmm"balasnya singkat.

"Gak mampir? "Tanya Aya.

"Gak. Udah sore. Bunda sendirian dirumah"

"Ohh ya udah, titip salam sama bunda"ucap Aya.

"Bunda? "Ragil mengangkat alisnya heran, sebab Jovan saja yang hubungannya cukup dekat dengan dirinya memanggil bundanya dengan sebutan tante. Dan Aya? Baru sekali bertamu kerumahnya dan sudah diizinkan memanggil bunda? Poor to Aya...

"Iya, kemarin aku manggilnya tante, ehh disuruh manggil bunda, yaudah aku panggil bunda"sahut Aya cuek sembari mengangkat bahu tak acuh.

"Ketularan cuek dari mana lo? "Tanya Ragil saat melihat respon Aya.

"Lahh, situ sendiri cuek, lagian nih ya, beberapa hari ini kan aku keseringan ketemu sama manusia batu, yahh wajar aja kalo aku ikutan cuek"sahut Aya.

"Serah lo"sahut Ragil seakan tidak perduli sindiran keras dari Aya. Kemudian segera menghidupkan mesin motornya dan segera berlalu darisana meninggalkan Aya yang menghentak hentakan kakinya geram melihat tingkah Ragil.

***

Motor Ragil memasuki halaman dan berhenti tepat disebelah mobil mewah yang kini terparkir digarasi rumahnya. 'Dia sudah datang'pikir Ragil dan segera berlari masuk kedalam rumahnya.

Diruang tamunya kini tengah duduk seorang wanita paruh baya yang tak lain adalah ibunda Ragil, ditemani oleh seorang pria bernama Edward yang tak lain adalah dokter pribadi keluarganya.

"Kambuh lagi bun? "Tanya Ragil sambil menyalami tangan bundanya dan Edward bergantian.

"Iya, gak terlalu parah sih kata Ed, tapi kita juga harus sering ngasih perhatian kedia, dan jangan buat dia tertekan, seenggaknya untuk masa masa terakhir dalam hidupnya"ucap bunda Ragil sambil terisak, yang langsung mendapat rengkuhan dari putranya.

"Ragil bakalan ngasih yang terbaik bun"ucap Ragil lirih, tentu saja dirinya tahu apa yang menyebabkan kondisi orang itu tertekan, namun dirinya juga tidak bisa berbuat apa apa, bukankah semua insan didunia tahu bahwa cinta tidak bisa dipaksakan?

Malam harinya, setelah makan malam Ragil berdiri di teras rumahnya sambil menatap kearah langit dengan raut wajah yang tidak bisa ditebak, terkadang sendu, terkadang senyum menghiasi wajah tampannya, dan bahkan terkadang kembali kewajah datar tanpa ekspresi.

"Ada masalah? "Tanya Edward pada Ragil.

Ragil menaikkan sebelah alisnya bingung menatap Edward, tadi sore saat Edward pamit hendak pulang ayahnya Ragil baru saja tiba dirumah dan segera menahannya hingga makan malam. Dirinya mengira setelah makan malam Edward atau yang sering mereka sapa Ed itu sudah pulang kerumahnya.

"Aku menginap disini atas paksaan orang tuamu, dan syukur saja aku selalu membawa baju ganti dalam mobilku"cerita Ed seolah tau apa yang sedang Ragil fikirkan.

Reason (Hiatus)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang