Pelarian

16 5 0
                                    

"Gapapa kok jadi pelarian, asal gue bisa terus sama lo, gue kuat kok, tenang aja"
.
.
.
.
.

"Udah lama Ay? "Tanya seorang lelaki menyentak Aya dari lamunanya.

Menggelengkan kepala Aya tersenyum melihat Aldo hadir disini, saat ini dirinya butuh sebuah sandaran seorang teman untuk mencurahkan semua keluhannya.

"Ya ampun, lo nangis? Ragil udah balik kan? Terus lo kenapa nangis? "Ucap Aldo khawatir.

"Udah kok, dia udah balik. Cuma jarak dia sama gue makin jauh, gue mau berhenti saat ini Do, gue gak kuat lagi"ucap Aya terisak, air matanya yang telah mengering kini mengalir kembali.

"Emang ada apa? Lo kok jadi gini sih Ay? Sshhh gue gak sanggup liat lo nangis"Aldo kebingungan hingga akhirnya menarik Aya kedalam pelukannya.

Cukup lama mereka ada diposisi itu hingga perlahan tangis Aya mereda, dan menarik diri dari pelukan Aldo.

"Ragil, dia suka sama cewek lain, dia bilang sama gue dalam waktu dekat bakalan nembak cewek itu. Gue, gue harus berhenti suka sama dia Do, tapi gue bingung harus gimana"ucap Aya tanpa berhenti, hingga Aldo menaikkan sebelah alisnya mendengar cerita Aya.

"Hhhhh, gue juga gak tau Ay, tapi please lo jangan nangis kayak gini dihadapan gue, gue gak suka liatnya"ucap Aldo serius.

"Maaf"cicit Aya menahan semua gejolak dalam dirinya.

"Ikut gue". Aldo menarik tangan Aya menuju motornya dan segera berlalu dari kafe tersebut setelah sebelumnya membayar pesanan Aya.

***

"Teriak sepuas lo, gak bakal ada yang ganggu. Biar perasaan lo lebih tenang"titah Aldo.

Saat ini mereka ada disebuah tebing, sedikit jauh dari perkampungan, dengan hamparan kemerlap lampu dikota membuat suasana disini menjadi sangat indah. Jika saja saat ini Aya tidak dalam kondisi terpuruk, maka dirinya sudah menghabiskan waktu untuk berselfi ria disini.

"AAAAAAAAAAAAAAAA, GUE BENCI, GUE BENCI!!! "Teriak Aya tepat dibibir tebing, kemudian mendengar gauman suaranya sendiri membuat Aya bergidik ngeri, terdapat kebencian yang dalam disana, sedangkan dirinya tidak ingin membenci siapapun.

"Do, gue takut. Gak, ini salah gue gak boleh kayak gini"cicit Aya dihadapan Aldo.

"Ini yang gue suka dari lo Ay, lo selalu bisa memaafkan, lo selalu bisa ngatur emosi lo, gak salah gue jatuh cinta sama lo"ucap Aldo sambil tersenyum menatap Aya.

"Do? Lo, lo serius? "Tanya Aya terkejut.

"Hah? Serius apa? Emang gue ngomong apa? "Ucap Aldo sama terkejutnya.

'Tadi gue bukannya ngomong dalem hati ya'rutuk Aldo membatin.

"Ehh, itu, Ay gue harap lo gak ngejauh dari gue"ucap Aldo tiba tiba sambil memegang kedua bahu Aya, ketika Aya menatap tak percaya kearahnya

"Gak, kok. Kenapa gak ngomong dari dulu hm? Gue gk bakal deketin kak Ragil kalo gue tau lo suka sama gue. Karna gimana pun lo lebih berharga buat gue"ucap Aya tersenyum manis, meski terdapat kesedihan disana.

Reason (Hiatus)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang