Pulang bareng

20 9 0
                                    

"Langit tidak pernah meminta balasan atas hujan yang ia beri. Karena dia tau mencintai adalah memberi bukan meminta, menerima bukan memaksa"
.
.
.
.

"Ragil, kamu gak berangkat sekolah nak? "Tanya sang ibu.

"Iya bun, ini lagi siap siap"sahutnya.

Sial, gara gara buku diary gak jelas ini gue sampe lupa waktu, batinnya.

Saat membuka lembar demi lembar dirinya menemukan halama  yang penuh berisi tidak seperti halaman yang sebelumnya yang hanya diisi sekitar tiga perempat dari setiap halaman. Namun yang mengejutkan adalah tulisan disana hanya membentuk nama dirinya, ya nama Ragil tampak memenuhi setiap sudut kertas hingga tidak bersisa.

Membalik kehalaman berikutnya, dirinya kembali dikejutkan oleh hal lain.

selasa, 02 februari
-hari ini cukup cerah, setelah menuliskan nama dirinya dengan banyak hingga tak ada lagi tempat disana, kuibaratkan seperti hatiku yang hanya terisi oleh namanya. Eaak, percuma aja sih kalo dia gak peduli.

Halaman halaman berikutnya lebih menarik dibaca, hanya saja ketika melihat jam tangannya, dirinya baru sadar jika dia hampir terlambat. Dengan gesit dirinya segera menaiki motor dan tancap gas menuju kesekolah. Benar saja, saat tiba disana seorang satpam yang sudah sangat ia kenal sedang menutup gerbang yang dengan segera dihentikan olehnya.

"Loh den, tumben terlambat, cepet masuk den baru aja bel, nanti keburu gurunya masuk"ujar sang satpam panik dan segera mengulas senyum ketika Ragil mengucapkan terimakasih.

Saat masuk kekelas dirinya menemukan teman sekelasnya yang masih berlarian dan berkumpul membentuk kelompok kelompok sendiri. Saat menanyakan hal tersebut kepada Wawan dirinya diberitahu bahwa guru mata pelajaran hari ini sedang sakit sedangkan setelah istirahat guru guru akan rapat yang artinya free les untuk setiap kelas.

Baru saja duduk dikursinya, tiba tiba kelas dihebohkan dengan seorang gadis yang kini tengah menatapnya sambil trrsenyum. Ditangannya membawa dua kotak bekal yang mengeluarkan bau harum yang mengisi kesudut sudut kelas.

"Pagi kak"sapa Aya sembari meletakkan satu kotak bekal dihadapan Ragil dan satunya lagi dihadapan Jovan.

"Wihh gue dapet juga nih"seru Jovan saat Aya mempersilahkan dirinya untuk memakan makanan tersebut.

"Iya, itung itung nebus yang kemarin"ujar Aya sambil tersenyum manis.

Setelah memberikan bekal, Aya segera pamit kembali kekelas, sebab guru mata pelajaran mereka hari ini memberikan tugas yang harus dikumpul saat istirahat nanti.

Sepeninggal Aya, Ragil hanya memandangi makanan dihadapannya tanpa berniat menyentuhnya. Berbanding terbalik dengan Jovan yang langsung lahap menghabiskan makanan yang jarang jarang diberikan padanya.

Melihat hal itu Jovan bertanya pada Ragil tidak peduli dengan kondisi mulutnya yang penuh.

"Entah kenapa, gue jadi ngerasa kayak manfaatin dia"ujar Ragil.

"Lebih baik lo jalani aja dulu hubungan lo sama Aya, mungkin aja lo bakalan ngerti lo suka atau nggak sama dia ketika lo udah ngejalani hubungan. Dengan lo menutup diri, lo bukannya gak bisa suka sama sesuatu tapi lo sendiri yang buat hal itu terjadi dengan batasan batasan yang lo ciprakan. "Ujar Jovan.

"Trus gue harus mulai dari mana? "Tanya Ragil meminta saran.

"Kalo Aya ngasih lo coba membalas, ntah itu dengan perhatian atau sesuatu yang lebih besar dari hal itu. "

Reason (Hiatus)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang