devil mommy

90 5 0
                                    

|
|
|
|
|
|
|

Bae joo hyun

Itu namaku, orang-orang memanggilku Irene.

Mungkin hanya beberapa yang mengenalku dengan nama Bae joo hyun, selainnya semua tahu Irene.

Iya, Irene, sang wanita malam. Yang cantik, dan bisa menghangatkan ranjang. Setiap malam aku menggeluti pekerjaan ini, menunggu telpon atau pergi ke bar untuk mencari booking-an. Terkadang saat ekonomi mencekikku, aku harus menggoda lelaki hidung belang.

Tapi tunggu, aku tidak bisa sembarangan dipesan. Aku masih memiliki beberapa kriteria untuk dijadikan sebagai pelanggan, setidaknya aku bisa menjadi pelacur yang terhormat. Haha

Terima kasih Tuhan, sudah memberikan takdir yang INDAH!! SANGAT INDAH!!.

Jika saja aku tidak punya 2 buntut, sudah pasti aku tidak akan melakukan pekerjaan ini.

Mungkin aku mommy yang buruk, sangat buruk, atau tidak bisa disebut sebagai seorang mommy?

Tidak pernah sekalipun aku mengeluarkan banyak kalimat untuk sekedar berbicara dengan mereka, aku membencinya. Mereka lahirr dari rahim yang haram, mereka lahir dari sebuah kesalahan. Jika bisa... Aku ingin membunuh mereka.

Jika ditanya kenapa aku tak membuang mereka di panti asuhan, aku sudah pernah melakukannya. Tapi yang tertua menangis, memohon dan berlutut dihadapanku. Dan aku  memasang wajah dingin.

Setelah kejadian itu, mereka mau melamar jadi pembantu ku, ya... Aku anggap dia melamar pekerjaan di rumah ini.

Tidak ada yang gratis di dunia ini dude.

Dan sebagai bayarannya, biaya sekolah mereka aku yang tanggung. Sedikit menyesal aku menyetujui lamaran anak itu. Sepertinya aku sudah terlalu baik kepada mereka.

Senang sih, mereka tidak banyak mengeluh. Saat pulang larut, rumah dalam keadaan bersih. Saat bangun, sarapan sudah tersedia. Menyenangkan, tapi setiap aku datang usai bekerja, yang terkecil selalu menangis. Tak segan aku membentak sang kakak untuk sedikit becus dalam memperhatikan adiknya. Aku lelah, sungguh aku tidak bohong.

Setiap memandang wajah 2 bocah yang notabeneya anakku(?), kejadian itu selalu terlintas. Dan itu selalu menimbulkan rasa ingin balas dendam yang sangat besar kepada mereka.

Bae Hanni 10 tahun, adiknya Bae Jeno 11 bulan. Setelah melahirkan Jeno, keadaanku semakin rumit. Ratusan kali percobaan bunuh diri ku lakukan.

Jika  ada satu orang  saja yang mengerti keadaanku, mungkin aku akan jauh lebih baik kepada mereka. Tapi terlepas aku yang sendirian di dunia ini, pikiranku semakin kacau. Entahlah, im going to forget everythink.

Tok tok..

Hanni mengetuk pintu kamar, badanku beranjak keluar. Pasti sarapan sudah siap. Berjalan dengan lunglai tanpa memerhatikan sepasang mata yang menatap dengan khawatir.

Aku makan dengan tenang, Hanni berada didapur, dia akan makan setelah aku selesai dengan sarapanku. Kebiasaan ini harus berlangsung setiap hari. Tak sudi aku satu meja makan dengan mereka.

"Mommy"

Aku menoleh, memasang wajah bertanya dengan sedikit galak.

"Ha.. ri ini a.. da acara orangtua dan anak di sekolah, apakah mommy mau datang disekolah Hanni?"

Dia berbicara dengan takut dan gelisah. Dasar anak bodoh, tidak ada yang mengajarkan cara untuk gagap. Kenapa dia tidak pernah tegas sama sekali saat berbicara?

"Kau hanya pembantu disini, aku mengijinkan mu memanggil mommy anggap saja itu bonus. Tapi bukan berarti aku harus bersikap seperti layaknya ibu"

Sekali lagi aku menegaskan posisinya disini. Aishhh berbicara dengannya membuat selera makanku menguap.

Aku beranjak sambil memecahkan piring, dia terlonjak dan bahunya mulai bergetar. Tapi aku masa bodoh yaa... Walaupun dia mati, aku tetap pada pilihan awal yaitu, masa bodoh.

Ponselku berdering

"Why?"

"Hey Irene mari kita hangout hari ini? Ahh aku sangat bosan dirumah. Tidak ada kegiatan yabg harus kulakukan"

"..."

"Irene!!! Halo, HEYY!!"

"TIDAK USAH TERIAK BITCH, KUPINGKU SAKIT"

"elu sih, gue ngomong gak disaut. Kan sad"

"Jadi gimana? Ikut ya?"

"No"

"Whyy?"

"I have many schedule today"

" Lo sibuk apasih? Sok sibuk amat"

" Tidur, aku lelah setelah tadi malam"

"Dasar pemalas, memangnya dia bermain kasar semalam? Apakah sangat menghancurkanmu? Haha"

Aku bisa mendengar tawanya yang meledek.

"Diam kau bitch"

"Bitch call bitch, hahahhaha look at your mirror gurl!!"

Tutt...

Aku mematikan panggilan itu, sungguh Wendy malah semakin menghancurkan mood hari ini. Wendy itu selalu mengajakku untuk bertengkar, belum tau dia kalo gue bisa taekwondo.

Mungkin melanjutkan tidur bisa memulihkan moodku.



'for people in this world, i have quetion for you. How to hurt your self? Without sickness'




20/10/18




For Mommy✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang