(2)

1.2K 20 0
                                    

Esok hari nya, Diandra menutup pintu pagar rumah nya dan berjalan ke rumah Abimanyu namun dia tidak melihat ada sepeda Abimanyu di halaman. Apa mungkin dia sudah duluan? Atau mungkin dia bersama Ranasya. Diandra mencoba menghiraukan pikiran nya itu dan segera berjalan menuju sekolah nya.

Sudah biasa untuk nya berjalan dari rumah ke sekolah, setiap kali Abimanyu ada latihan untuk lomba pasti dia selalu pulang jalan kaki atau berangkat jalan kaki. Tapi biasa nya ada yang mengantarkan nya selain Abimanyu.

"Diandra!"

Diandra menoleh mendapati seorang pria tinggi berjalan menuju ke arah nya. Itu dia yang di maksud tadi, nama pria itu Aldiano.

"Kenapa?" Tanya Diandra

"Lo tumben nggak bareng Abim" kata Aldiano mulai basa-basi

"Abim duluan, bareng Ranasya mungkin. Ngapa emangnya?" Jelas Diandra

"Bareng sama gue sini, sampe depan doang, tenang lo nggak akan kena marah Abim" kata Aldiano sambil tersenyum

Diandra hanya mengangguk dan Aldiano menaiki motornya lalu memberi Diandra helm.

Aldiano Defandrio adalah pria bertubuh tinggi dan memiliki senyum yang manis. Ia adalah ketua osis jadi tidak di ragukan lagi ke populeran nya di sekolah. Sejak kelas 10 dia menyukai Diandra namun sayang nya banyak sekali isu kalau Diandra adalah kekasih Abimanyu. Walaupun itu semua tidak benar tapi Abimanyu tetap melarang Diandra untuk pergi bersama laki-laki yang tak dia kenal.

Tapi, Abimanyu kenal dengan Aldiano. Mereka adalah musuh bebuyutan sejak SMP. Makanya Abimanyu tak pernah suka kalau Diandra dekat-dekat dengan Aldiano.

Setelah sampai di depan komplek sekolah, Diandra turun dan memberikan helm pink itu kepada Aldiano lalu dia berterimakasih dan tersenyum manis. Tidak lama Aldiano sudah meninggalkan Diandra sendirian, akhirnya dia berjalan menuju ke sekolah.

Namun saat di jalan ia menemukan Abimanyu sedang duduk bersama teman-teman di depan gerbang sekolah.

"Ngapain coba nongkrong disitu? Bukan nya masuk" omel Diandra

"Gue mau bolos nanti soalnya ada pelajaran IPS, bosen gue" jawab Abimanyu

"Mamam bolos Bim. Bilang nya nggak akan bolos lagi, omdo" kata Diandra dan melangkahkan kaki nya masuk ke dalam sekolah, namun tangan Abimanyu menggenggam tangan nya

Diandra berbalik, "kenapa? gue gamau ikutan bolos nanti kalo ketauan bun–"

Belum selesai berbicara, Abimanyu sudah menutup mulut Diandra. Diandra langsung mukul-mukul tangan Abimanyu lalu nyubit pinggang nya.

"Aduh sakit woy!" Keluh Abimanyu dan melepaskan dekapan mulut itu

"Lo lagian ngapain dekep gue gitu udah mana tangan bau terasi!" Kata Diandra dengan nada mengomel

Abimanyu memberikan amplop kepada Diandra dan Diandra mengambil amplop itu dari tangan Abimanyu sambil menatap nya bingung.

"Gue izin tuh, jangan bilang kalo gue bolos" kata Abimanyu

Diandra mengangguk.

Abimanyu tersenyum sambil mengacak-acak rambut Diandra, "udah sana masuk, nanti telat lo di ceramahin sama temen-temen lo"

Diandra tersenyum simpul lalu pergi ke kelas nya. Sementara Abimanyu hanya menatap punggung Diandra yang semakin menjauh. Lalu tiba-tiba dia mendapatkan telepon dari teman nya.

'Ya, halo?'

'...'

'Mereka udah sampe?'

'...'

'Siapin pasukan, gue otw'

'...'

'Santai, gue tadi udah izin ke Diandra'

'...'

'Yoi, tunggu gue ya'

Lalu sambungan telepon itu terputus. Abimanyu segera berlari menuju tempat yang teman nya beritahu tadi di telepon.

----

Jam Istirahat, Diandra dan teman-teman nya berjalan menuju kantin namun dia mendapati segerombol anak-anak berkumpul dan disana juga ada anak-anak PMR.

"Eh itu kenapa dah?" Tanya Yunita sambil nunjuk keramaian itu

"Nggak tau, kesana dulu ayo" kata Zahra

Mereka segera berlari dan menyelip di keramaian. Namun para korban itu sudah di bawa ke UKS jadi mereka bertanya kepada orang sekitar yang melihat kejadian tadi.

"Eh tadi ada apa? Kok rame gitu sih?" Tanya Yunita kepada salah satu anak perempuan yang melihat kejadian

"Itu loh, adik kelas ngeliat ada yang tawuran di dekat lapangan sana" kata gadis itu

"Tawuran? Siapa aja?" Tanya Diandra ragu-ragu

Dia sangat sensitif mendengar kata-kata tawuran. Karena pasti Abimanyu akan ikut.

"Nggak tau yang jelas ada tujuh orang, mereka benar-benar babak belur. Coba deh kalian cek aja ke UKS" jelas gadis itu

Diandra langsung berlari meninggalkan teman-teman. Harusnya dia tidak mengizinkan Abimanyu bolos tadi kalau hasil nya begini. Dia sudah tau pasti Abimanyu terlibat dalam tawuran ini, yang bikin Diandra panik adalah bagaimana caranya menjelaskan kejadian ini kepada bunda nya Abimanyu.

Jika dia bilang kalau Abimanyu tawuran, bunda nya pasti sangat marah kepada Abimanyu tapi jika dia bilang kalau Abimanyu jatuh pasti tidak mungkin.

Diandra masuk ke UKS dan dia menemukan Ranasya yang sedang mengobati Abimanyu. Ranasya adalah kekasih Abimanyu, jadi tidak heran kalau dia yang mengobati Abimanyu.

"Kak Diandra" panggil Ranasya pelan

"Abimanyu ikut tawuran tadi?" Tanya Diandra kepada Ranasya

"I-iya kak. Malah kak Abim itu ketua nya" jelas Ranasya

"Udah gue duga pasti kayak begini, ngapain coba tadi gue izinin ya" gumam Diandra pelan tapi bisa di dengar oleh Ranasya

"Kalau begitu, kamu masuk ke kelas aja, Sya. Biar saya yang jagain Abim" kata Diandra

"Nggak apa-apa nih kak?" Tanya Ranasya

"Nggak kok. Kamu udah ngurusin mereka, sekarang biar saya aja oke" kata Diandra

Ranasya tersenyum lalu berdiri dan pergi meninggalkan Abimanyu dan Diandra berdua di UKS.

Diandra menatap Abimanyu yang babak belur. Kepala yang di perban, tangan yang di plaster, sudut bibir yang di beri kapas, dan memar di tubuh nya. Diandra menghembuskan nafas nya pelan.

"Kalo ternyata lo tawuran, gue nggak akan ngizinin lo tadi. Andai gue tau kalo lo mau tawuran" kata Diandra

"Sekarang apa yang mau gue jelasin ke bunda lo? Gue harus bilang kalo lo jadi ketua tawuran? Nggak Bim. Gue gamau lo di pukul bunda lo" lanjut Diandra

"Lo pernah bilang sama gue kan Bim. Kalau lo punya Ranasya, lo nggak akan ikut tawuran lagi. Tapi apa? Sekarang lo tidur lemah di UKS" lanjut nya lagi sambil menahan tangis

Ingin sekali Diandra memukul Abimanyu karena telah membuatnya khawatir. Tapi tidak mungkin, kini kondisi Abimanyu sedang buruk, tak mungkin dia malah memperburuk kondisi Abimanyu. Diandra hanya bisa menahan tangisnya.

Diandra berharap bahwa Abimanyu cepat sadar agar dia bisa membentak nya. Apakah ini alasan Abimanyu datang lebih awal dari biasanya? Untuk mempersiapkan kelompok tawuran.

Diandra mengambil kursi yang ada di pojok UKS dan duduk di sebelah Abimanyu. Dia menatap Abimanyu dengan tatapan semoga Abimanyu cepat tersadar dari pingsan nya.

"Abim, cepet bangun. Gue gamau kalo lo kenapa-kenapa" kata Diandra sambil memegang tangan Abimanyu dan menidurkan kepalanya di atas tangan Abimanyu.

———————

Teman rasa PacarTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang