Hanna Amanda Bagaskara

64 8 2
                                    

Hanna terduduk di ruang tamu bernuansa hijau tosca dan putih, dia terdiam dan melamun. Dia rindu mama, menunggu mamanya pulang sejak tadi.

KRIETT.

Pintu terbuka, sosok wanita yang ditunggu Hanna sejak tadi telah pulang.

"Mama, Anna di sekolah tadi ada math test, dan Anna dapat 80 ma." Ucap Hanna dengan bangga saat umurnya masih 9 tahun.

"Kamu anak pintar, Hanna, tapi berusahalah lebih keras supaya nilaimu 100."

"Tapi kan Ma, nilai Hanna nilai tertinggi, Ma"

"Mama tahu itu, Ann. Dan Mama harus pergi lagi, Anna, kamu dirumah sama Papa dan abang."

***

Hanna terjaga pukul 2 pagi, dia lagi-lagi bermimpi Atika Bagaskara- Mama Hanna yang sangat dirindukannya.

Hanna merasa haus, dia butuh air, Hanna mengambil teko yang berada di dekat ranjang dan akan menuangkan air di gelas, tetapi air didalam teko telah habis. Hanna berjalan gontai dan menuruni tangga menuju dapur, mengambil gelas berisi air dan meminumnya.

Hanna harus kembali tidur karena besok dia harus sekolah, tetapi saat Hanna berjalan menuju kamarnya dia terhenti di depan pintu Geraldi Bagaskara- Papa Hanna dan membukanya, ternyata Geraldi belum tidur, pria paruh baya itu ternyata begadang malam ini, terlihat dari matanya yang sembab dan secangkir kopi disebelah laptop geraldi.

"Pa, Papa belum tidur? Boleh Anna masuk, Pa?." Geraldi sedikit tersentak melihat keberadaan putri bungsunya itu.

"Papa ada tugas kantor yang belum diselesaikan Anna, kamu kenapa tidak tidur?."

"Anna haus tadi Pa, kemudian mampir kekamar papa."

"Hmm."

"Pa, Anna rindu Mama." Ucap Hanna sambil sedikit terisak.

"Mama kamu sudah pergi, Ann."

"Anna tahu itu, Pa, sangat tahu. Anna cuma punya Papa sama Abang Ando, Anna ingin peluk Papa, Anna sayang Papa. Jangan pergi Pa, jangan pergi seperti Mama." Tangisan Hanna semakin pecah, dia kesepian.

"Oh Anna, kamu tidak kesepian, Ann. Ada papa disini, Ann." Geraldi sangat sedih, disaat seperti ini dia tidak bisa memeluk putrinya, Hanna memiliki trauma terbesar yang membuatnya takut tersentuh oleh orang lain.

"Anna tidur ya, tidur dikamar Papa saja, tidur duluan, Ann. Papa harus selesaiin kerjaan Papa dulu."

Hanna menaiki ranjang Papanya kemudian tertidur, dia harus tidur supaya tidak terus menangis semalaman.

***

Hanna menuruni tangga pelan kemudian duduk di meja makan, disana sudah ada Papa dan Ando Chayadi Bagaskara- Abang Hanna, dan bibi mira- Asisten rumah tangga kepercayaan yang menyiapkan sarapan untuk mereka.

"Ann sudah selesai sarapan, Abang ayo pergi, Anna hampir telat bang. Papa, Anna pergi, Dadah Papa." Hanna buru-buru pergi ke garasi rumah, dan menaiki mobil Ando.

"Papa kami pergi. Bye Papa." Pamit Ando dan kemudian keluar dari kediaman Bagaskara, pria itu menaiki mobil kemudian melihat Hanna duduk di kursi penumpang, Hanna tidak terlalu suka duduk didepan, dia takut tersentuh Ando dan membuatnya pingsan, Ando mengerti itu.

"Bang, Anna nggak mau masuk sekolah umum bang, Anna mau Home Schooling aja. Ann takut pingsan terus, dan temen-temen Ann mandang Ann aneh bang."

"Anna kan sudah 3 hari masuk SMA umum, Anna harus bersosialisasi supaya Anna punya banyak temen kayak abang, lagian kasihan juga kulit Ann putih pucat gitu gara-gara 2 tahun Home Schooling."

"Terserah abang deh, tapi Anna tetap nggak mau berteman." Ucap Hanna judes, dia benci Abangnya, karena baginya berteman adalah membuat dirinya terus pingsan.

"Jangan gitu dong, Ann. Siapa tahu dengan berteman bisa menghilangkan phobia kamu, dan kamu bisa merasakan jatuh cinta dan menikah, terus bisa malam pertama deh, ya kali kamu pingsan pas gituan." Ucap Ando santai sambil menaikkan alis saat menyebut 'malam pertama'.

BUKK.

"Ahh dek, kamu ngapain sih. Sakit nih kepala. "

"Dasar Abang mesum, ckckc."

"Gini aja, gimana kalo Kamu bisa berteman dan kenalin ke Abang, bakalan Abang turutin permintaan Ann." Ucap Ando sambil menyunggingkan senyum.

"Emm, tawaran menarik. Oke bakal aku lakukan." Hanna pun membalas senyuman itu.

Hanna [ ON GOING ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang