tiga : Sepupu tengil

26 4 0
                                    

Pukul sudah menunjukkan pukul sembilan pagi tapi Gazza masih tertidur nyenyak di ranjang kesayangannya, hari minggu sungguh hari yang terbaik buat tidur seharian.

"Abang, abang ayo temenin Nana ke taman, bang. Nana mau beli es krim mangga." teriak gadis kecil lucu umur 9 tahun.

Laki-laki itu menggeliat dan menggeleng pelan. "Sama Bunda aja sana, Abang lagi tidur."

Gadis kecil itu menggeleng cepat. "Bohong, itu udah bangun."

'Ya Tuhan, gue cekik mati nih bocah.' Batin Gazza kesal.

"Iya deh iya, Abang mandi dulu." Gazza mencubit pelan pipi gadis kecil itu, merasa gemas sekaligus kesal bersamaan.

"Cepat, Bang. Nanti paman es krim nya keburu pergi."

"Ngomel mulu dah bocah."

Gazza mengambil handuk yang tersampir di dekat jendela kamar dan masuk ke kamar mandinya. 'Tidur dikamar mandi aja, nggak usah keluar lagi, emm.' Batin Gazza cengengesan.

Tiga puluh menit sudah berlalu, tapi Gazza belum kunjung keluar.

GUBRAKK. BUKK. BUKK. Gedoran pintu itu bersuara tanpa henti.

"Gazza cepat keluar, temenin sepupu kamu ni. Mama potong uang jajan kamu entar."

"Ya Tuhan. iya Ma iya, Gazza keluar entar."

"SEKARANG!"

Gazza kembali bersuara tapi dengan volume lebih kecil. "Punya Mama gitu amat."

Tetapi wanita dewasa itu masih dapat mendengar gumaman kecil putra bungsunya. "Gazza. Erlando." Ucap Mama Gazza dengan penuh penekanan.

"Hehe, Iya Mamaku Sayang." Gazza keluar dari dalam sana dan cengirannya terlihat jelas diwajahnya berbanding terbalik dengan ekspresi Mamanya yang menahan amarah.

Gazza berjalan pelan ke meja disamping tempat tidurnya, mengambil kunci mobil, menyemprot sedikit parfum mint di tubuhnya, menyisir rambut dengan tangannya, dan mengambil hoodie yang tersampir di gantungan lemarinya.

Mama Gazza kembali berdecak. "Lama amat, serasa udah punya pacar aja." Gazza yang mendengar itu kemudian merengek manja. "Mama jahat~."

Gazza kembali berjalan ke ruang tamu, Nana- gadis kecil itu masih setia menunggu Gazza dan selalu mengajak ngobrol Yuni- Bunda Nana sekaligus Tante nya Gazza.

Nana melihat tubuh Gazza dan langsung mendekat. "Abang, ayo pergi." Ucap Nana antusias sambil menarik tangan Gazza.

"Jaga anak tante ya Gazza, sekalian cari jodoh gih sana." Goda Tante Yuni sekaligus terkekeh pelan.

"Cih. Apaan sih Tan." Gazza dan Nana berjalan beriringan menuju mobil, dan masuk kedalam kendaraan roda empat itu, Gazza duduk dikursi pengemudi dan Nana di sebelahnya.

Nana bergumam pelan saat mereka sudah berjalan lima menit dari rumah. "Jangan lupa Nana, jangan lupa."

Gazza dapat mendengar gumaman pelan Nana karena ia tidak menyalakan musik apapun di mobil. "Jangan lupa apaan?"

"Kata Bunda, Nana nggak boleh bilang sama Abang."

"Yaudah, beli es krim nya batal."

"Nggak papa, Nana bawa uang sendiri kok." Ucap Nana sambil mengeluarkan uang sepuluh ribuan dan memamerkannya pada Gazza. Tapi Gazza lebih sigap untuk mengambil uang itu dan menyembunyikannya.

"Abang~. Kembaliin uang Nana."

"Kasih tahu Abang dulu."

"Yaudah deh siniin dulu uang Nana." Gazza memberikan uang itu pada Nana dan sesekali melirik wajah Nana menunggu jawaban.

"Kata Bunda, kalo ada kakak cewek deketin Abang, bilangin sama kakak itu kalo Abang udah punya pacar." Ucap Nana sambil ketawa karna bersekongkol dengan Bundanya.

"Cih. Dasar orang tua jahat. Ckck."

Nana menoleh tajam ke arah Gazza. "Nanti Nana kasih tahu bunda loh." Gazza kemudian berdecak dn memutar bola mata malas.

***

"Yeay, ayo Abang kita cari om penjual es krim." Ajak Nana sambil menarik tangan Gazza keluar area parkir dan menuju ke daerah taman.

"Dimana yang jualnya?"

"Disana Abang, didekat bianglala mini."

"Oke. Kita kesana, pesawat Gazza siap terbang." Teriak Gazza dan langsung menggendong gadis lucu itu diatas bahunya, Nana mengangkat kedua tangannya sejajar bahu, dan berteriak 'Ngengggg' disepanjang jalan.

***

"Abang, dimana Papa?" Hanna bertanya pelan didepan Abangnya yang masih fokus pada layar ponselnya.

Ando menoleh bentar pada Hanna yang menunggu jawabannya. "Papa pergi menemui klien, Hanna."

"Kan ini hari minggu, Abang. Hanna mau ajak Papa ke taman." Hanna merengek, ia tidak suka jika Papanya pergi tanpa bilang pada Hanna, seolah keberadaan Hanna tidak ada.

"Yah, nggak tau. Pergi sendiri sana, jangan manja." Ucap Ando sambil mengibas-ngibaskan tangannya untuk mengusir Hanna.

Hanna berdecih "Cih, Abang jahat~. Yaudah, Hanna pergi sendiri aja." Ketus Hanna sambil mengibaskan rambutnya dan pergi meninggalkan Ando.

Hanna [ ON GOING ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang