Musahabah diri

712 55 0
                                    

MUHASSABAH DIRI SEBELUM TIDUR

Pernahkan kita terfikirkan bagaimana jadinya ketika kita tidur kemudian oleh Allah tidak dihidupkan kembali di pagi harinya. Bagaimana jadinya ketika sebelum tidur kita belum sempat untuk memuhasabah diri dan bertaubat atas dosa yang pernah dilakukan. Bagaimana jadinya ketika kita mati dalam keadaan sedang melakukan dosa dan sepatah kata taubatpun tak sanggup untuk diucapkan.

Kematian mengingatkan kita tentang bagaimana kehidupan setelah mati. Kehidupan setelah mati yang kondisinya akan ditentukan berdasarkan amal kebaikan yang telah manusia lakukan selama hidup di dunia.

Wahai Diri ini, Bersyukurlah hari ini masih diberi hidup. Karena dengannya engkau masih bisa bertaubat atas dosa yg telah kau lakukan dahulu. Sebaik-baiknya manusia yang berbuat dosa adalah mereka yang mau bertaubat. Allah maha pengampun, sebesar apapun dosa yang manusia lakukan ketika mereka bertaubat insya Allah akan diampuni semua dosanya tersebut. Dan menjadi bersih semua dosa yang telah dilakukan dahulu dengan taubat, niat dan mengamalkannya.

Bersyukurlah masih diberi hidup. Karena dengannya engkau masih diberi kesempatan tuk beramal lebih banyak lagi. Karena kita pun tak tahu amal mana yg pahalanya masih bertahan sampai yaumul hisab, dan amal2 apa saja yang menguap hilang. Jangan sampai kita terlalu PD dengan amal yg telah kita lakukan, merasa telah banyak beramal akan tetapi ternyata kosong. Kosong dikarenakan ada yang membuatnya hilang setelah kita beramal, mungkin karena niatnya yang tidak ikhlas.

Maka ketika kita masih diberi hidup hari ini dan ke depannya, bagaimana kita bisa menggunakannya untuk sebanyak-banyaknya beramal. Jangan terhenti karena merasa telah banyak beramal. Jangan merasa puas karena merasa amal yang kita lakukan lebih banyak dan baik dibandingkan manusia lainnya. Beramal lah tanpa menghitung-hitungnya. Berhitunglah, sebagai sarana muhasabah diri untuk melakukan lebih banyak lagi amal ke depannya. Berhentilah merasa puas dengan amal-amal yg sudah dilakukan, apalagi merasa bangga. Karena dengannya bisa menimbulkan sifat riya atau ujub yang akan menerbangkan amal-amalmu.

“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu menghilangkan (pahala) sedekahmu dengan menyebut-nyebutnya dan menyakiti (perasaan si penerima), seperti orang yang menafkahkan hartanya karena riya kepada manusia dan dia tidak beriman kepada Allah dan hari kemudian. Maka perumpamaan orang itu seperti batu licin yang diatasnya ada tanah, kemudian batu itu ditimpa hujan lebat, lalu menjadilah dia bersih (tidak bertanah). Mereka tidak menguasai sesuatu pun dari apa yang mereka usahakan, dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang kafir.” (Al- Baqarah:264)

Bersyukurlah masih diberi hidup setelah begitu banyak dosa yang tlah kita lakukan. Bayangkan saja ketika kita asik dalam perbuatan dosa kemudian di matikan sebelum sempat bertaubat. Mau jadi apa?

Kita pun tak tahu dari daun-daun yang ada di pohon itu mana yang duluan gugur. Yang pasti setiap daun akan gugur, dan semuanya telah diatur kapan daun-daun itu gugur. Kita hanya tahu dedaunan itu semuanya akan gugur, akan tetapi kita tidak tahu kapan waktunya setiap daun itu gugur. Memang kebanyakan daun yang gugur adalah daun yang tlah menguning. Akan tetapi, tidak menutup kemungkinan ada daun yang masih hijau pun bisa gugur.

Sebelum daun gugur, tugasnya adalah bagaimana dia bisa bermanfaat bagi satu pohon itu sendiri. Atau bermanfaat bagi makhluk yang lain. Tugasnya adalah beramal sebelum waktu gugurnya tiba. Waktu gugur sebagai batas baginya untuk berhenti beramal.

Cukuplah kematian sebagai pengingat. Cukuplah kehidupan seperti apa yang kita inginkan setelah mati menjadi pengingat buat kita semua.

Dakwah IslamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang