Extra Chapter!

329 21 0
                                    

"Mam Dyo pengen punya adik,"

UHUK!

Lenya yang meminum segelas air tiba-tiba saja tersedak. Adrian yang duduk di samping Lenya segera menepuk punggung Lenya pelan lalu berkata hati-hati pada Lenya.

Dyo dan Rain saling tatap, "Mam apa permintaan Dyo bikin Mam kaget?"

"Ah maaf Dyo, Mam sedang melamun tadi," jawab Lenya beralasan, "Tadi Dyo mau apa?" Tanya Lenya memastikan jika telinganya masih berfungsi dengan normal.

"Dyo ingin punya adik!" Ucap Dyo bersemangat membuat Rain yang duduk di sampingnya menatap Dyo aneh.

"Pasti gara-gara lihat adiknya Rafael," tuduh Rain.

"Iya!"

"Siapa Rafael?" Tanya Adrian menatap anak kembarnya itu.

"Teman Dyo dan Rain, Pap," jawab Dyo kembali bersemangat, "Kemarin Dyo kan main ke rumah Rafael sama Rain. Di sana Dyo lihat anak bayi perempuan sedang digendong sama Tante Risa"

"Rafael punya adik bayi?"

"Iya Pap!" kata Dyo, "Dyo pengen punya adik perempuan kaya Rafael. Yang cantik kaya Mam!"

Pipi Lenya memerah, "Tapi Dyo kan sudah punya adik, Dek Hellen?"

"Itukan adik sepupu Mam!" Tolak Rain.

"Rain juga ingin punya adik?" Tanya Adrian dengan senyumnya.

"Malah Rain yang bersemangat ingin punya adik!" Kompor Dyo yang membuat Rain mencubit pinggang Dyo, "Rain saja yang sok, padahal sudah mencari informasi cara punya adik–"

"Sekali lagi bicara ku sumpal mulutmu!"

"Cari informasi?" Lenya mau tidak mau menatap tajam Rain, takut-takut jika anaknya itu mendapatkan infomasi buruk tentang 'cara mendapatkan adik' itu, "Rain cari informasi dari siapa?"

"Dari paman Rafa dan Paman Leo, kok Mam" jawab Rain santai, "Kata paman Rafa, Rain harus minta pada Mam dan Pap,"

"Ya!" Dyo menatap memohon pada Lenya dan Adrian, "Boleh ya Mam? Pap?"

Lenya dan Adrian saling tatap, "Begini, adik bayi tidak datang dengan cepat–"

"Kata paman Leo adik bayi akan keluar dari perut Mam selama 9 bulan," potong Dyo, "Jadi Dyo akan menunggu sembilan bulan dari bulan ini, coba hitung Rain!"

"Hmmm–"

"Menunggu 9 bulan itu jika Mammu dinyatakan hamil, Dyo" potong Adrian.

"Jadi, bagaimana caranya agar Mam dinyatakan hamil?" Tanya Dyo lagi dengan segala kepolosannya.

"Yaa...." Adrian melirik mesum pada Lenya.

"Sudahlah kalian! Lihat sudah jam setengah tujuh! Rain dan Dyo cepat habiskan makananmu, sebentar lagi bel sekolah berbunyi!" Potong Lenya dengan wajah memerahnya. Ia tidak mau pembicaraan ini berlanjut kehal kotor yang tidak boleh Rain dan Dyo konsumsi.

Perlu diingat. Dyo itu penasaran dan Rain cepat menangkap pembicaraan. Jadi, bisa gawat jika Adrian menjelaskan.

"Nah sudah!" Lenya tersenyum senang melihat dari warna merah terpasang rapih pada baju seragam Rain dan Dyo. Selanjutnya, Lenya memasangkan dasi pada Adrian.

"Pembicaraan kita belum selesai, Nyonya Yolio," bisik Adrian pada telinga Lenya dan sialnya itu sangat... Eum–

Bruk!

Adrian terkekeh mendapatkan pukulan pada dadanya.

Mereka berempat sudah naik pada mobil Adrian. Sebelum berangkat ke kantor. Adrian akan mengantarkan Rain dan Dyo dulu ke sekolah baru mengantarkan Lenya ke butik. Itu sudah menjadi kebiasaan mereka sejak beberapa bulan ini.

4. Dear Anak Kembar: Rain Audyo [HIATUS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang