Bagian 15: Sepenggal Kisah Tersisih

256 23 2
                                    

Apartemen, 9.16 PM

London, Inggris.

Musim dingin kembali gadis itu rasakan setelah empat tahun memutuskan untuk kembali tinggal dan menetap di kota tempat ia dan keluarganya lari untuk menyelamatkan Lenya tujuh tahun lalu.

Salju mulai turun dan suhu mulai mendingin. Namun, gadis itu merasa tidak kedinginan sama sekali untuk memandang kota London yang gemerlap dari balkon apartemennya.

Dengan segelas coklat hangat di genggamannya menemani malam sunyi yang selalu dihadapi gadis itu jika Ibu dan adiknya tidak menginap di apartemennya.

Sudah hampir seminggu Ayah, Ibu, dan adiknya pergi ke Indonesia karena urusan perusahaan. Menyisakan gadis itu yang kini diberi tugas memimpin perusahaan di London selagi Ayahnya pergi.

Walaupun gadis itu sudah bekerja di perusahaan Ayahnya sebagai bagian design. Ia sudah terlatih untuk memimpin sebelumnya.

Gadis itu menyesap coklat panasnya sekali lagi. Menghantarkan rasa hangat pada hatinya yang membeku. Mencairkan pikirannya yang terasa berlari ke mana-mana padahal ia sudah mati-matian untuk menghilangkan itu semua.

CEKLEK!

"Ya ampun Alena! Salju sedang turun! Kenapa kamu malah berdiri di sana?!"

Teriakan dari sosok di belakangnya membuyarkan semua pikiran Alena. Gadis itu membalikkan badannya dan tersenyum, "Kamu bikin aku jantungan tahu!"

Gadis di hadapan Alena berkacak pinggang, "Ayo masuk ke dalam! Di sini dingin."

Alena menuruti temannya itu lalu masuk ke dalam apartemennya dan mengunci pintu menuju balkon. Ia menyalakan penghangat ruangan lalu menyimpan gelas berisi coklat panas itu pada sink.

Aurora, teman sekolah Alena sejak SMA duduk pada kursi meja makan. Memperhatikan gelagat Alena yang tidak biasanya itu.

"What's wrong, Alena?"

Alena tidak menjawab.

"You look sad."

"I am fine," jawab Alena.

"Kita sudah berteman lama Alena, kamu tidak bisa berbohong padaku," ucap Aurora.

"Kenyataannya aku memang baik-baik saja, Aurora."

"Pasti kamu teringat Fadly lagi."

*

*

*

Dear Anak Kembar: Rain Audyo

*

*

*

Mata Dyo membola melihat sosok setingginya berada beberapa meter dari tempat Dyo berdiri. Sosok yang sudah lama tidak saling bertemu dan hanya berkomunikasi lewat media sosial.

Itupun tidak sering karena perbedaan waktu yang sangat panjang.

"Alino?!"

"Dyo?!"

Mereka berlari lalu berpelukan ala laki-laki dan bertos ria, "Anjir sudah lama gue engga ketemu lu Al!"

Alino terkekeh, "Gimana kabar lu?"

"Baik," jawab Dyo, "Demi apapun gue engga nyangka lo akhirnya ke sini."

"Gue kan lagi Ujian di London. Baru bisa ke sini sekarang," jawab Alino.

Dyo yang baru pulang sekolah mengajak Alino mengobrol di kamarnya. Rain belum pulang karena sedang mengurusi sesuatu dengan anggota Osis lainnya.

"Sama Kak Lena?" Tanya Dyo ketika mereka sudah berada di dalam kamar.

4. Dear Anak Kembar: Rain Audyo [HIATUS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang