Bagian 2

472 26 6
                                    

"Sama seperti Kak Yain dan kak Lexa?"

Rain dan Dyo tertegun mendengar adik kesayangan mereka menyinggung nama Alexa. Dyo terkekeh pelan agar mencairkan suasana yang mulai tak enak itu.

Tapi tidak dengan Rain. Wajahnya masih menatap boneka barbie itu kosong. Tak ada ekspresi apa-apa di wajahnya yang dikagumi banyak orang itu. Dyo sudah sering melihat ekspresi Rain jika mendengar nama Alexa. Gadis kecil yang selalu dikunci dua itu selalu melekat di pikiran Rain maupun Dyo.

Dan Nadine hanya menatap kakaknya itu bingung.

*

*

*

*

*

"Sudah selesai nih!" Adara menyodorkan proposal pada Rain yang sedang makan Bakso di kantin dengan Alvien dan Deva.

Alvien berdahem sebentar, "Lagi makan juga ganggu mulu."

"Ya biarin, Rain saja engga ngedumel."

"Sok tahu!" Ucap Alvien setengah meledek Adara yang kini berkacak pinggang, "Lu mana tahu isi hati Rain."

"Emang lu tahu?"

"Kaga sih," jawab Alvien langsung acuh tak acuh, "Isi hati Rain hanya Rain yang tahu."

"Adik kembarnya juga engga tahu?" Tanya Adara penasaran.

Deva mengacungkan sendok, "Tahu, hanya firasat."

"Nih sudah bener, mau diajuin ke Ibu Tesya?" Rain mengembalikan proposal itu.

Adara berpikir sebentar karena sejujurnya ia tidak siap untuk berhadapan dengan Bendahara Bos sekolahnya itu yang sudah terkenal super duber galak! Apalagi kalau lagi baca anggaran dana. Sudah mampus deh.

Pernah sekali ada anggota futsal mengajukan proposal pada Bu Tesya. Adara dengar sih proposal yang dibuat anggota futsal itu salah dan dipinta di revisi ulang. Ya pastinya sambil diomelin dulu. Besoknya, tidak ada kabar dari anggota futsal itu.

Mungkin sudah lelah diomeli mulu.

Banyak desas-desus tentang beliau yang Adara dengar dari berbagai ketua ekstrakulikuler di sekolahnya sampai-sampai Adara takut jika ia dipinta untuk mengajukan proposal.

Selama ini hanya Rain dan Rangga yang mengajukan proposal.

"Kenapa? Takut?" tanya Rain membuyarkan lamunan Adara.

Adara menggeleng cepat, "Hehehe."

"Setahu gua yang bisa menaklukan beliau hanya Rain dan Dyo," celetuk Deva membuat Adara kembali menatap laki-laki itu, "Dan sepertinya lebih ke Dyo sih."

"Mental Dyo kuat bro! Anak Paskibra biasanya gitu."

"Apalagi bu Tesya kan Purna Paskibraka Nasional," ucap Deva.

Suara gaduh tiba-tiba mengganggu obrolan mereka tentang bu Tesya. Suara itu terdengar tidak jauh dari tempat duduk mereka berada. Rain langsung menemukan Dyo yang ternyata sedang adu jotos dengan Rafi, mantan ketua taekwondo kakak kelas mereka.

Rain dan Alvien langsung memisahkan mereka sebelum guru-guru mulai berdatangan dan Dyo terkena masalah. Apalagi status Dyo sebagai Ketua Paskibra sangat terpandang.

"BANGSAT!" Teriak Rafi kepada Dyo yang tidak terlalu babak belur.

"ELU YANG BANGSAT TAI!"

"Dyo sudah Dyo, inget lu punya nama di sini," bisik Alvien menenangkan Dyo.

4. Dear Anak Kembar: Rain Audyo [HIATUS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang