Prolog.

22K 681 7
                                    

   

   Bukan hal yang mudah bagi Ara mengikhlaskan semua yang terjadi dalam hidupnya. Butuh waktu yang tidak sebentar. Butuh banyak peristiwa yang membuatnya mengerti perihal takdir itu bukan kuasanya.

       Ketenangan dan keikhlasan itu tidak serta merta didapatkannya dengan mudah. Butuh Istiqomah dan penyerahan diri pada penciptanya. Saat Ara berserah, ikhlas itu hadir. Menyadarkannya Allah tempat terbaik menggantungkan segalanya.

    Ada rasa sesal menyelimutinya saat sadar betapa dulu sempat berharap pada manusia. Dan Allah menegurnya dengan sangat indah. Lewat hidayah yang selama ini diharapkan Papinya.

     Ara akhirnya tersadar Allah mematahkan hatinya untuk menyadarkannya ada tempat bersandar terbaik yang harus dicapainya. Menjadikannya manusia yang penuh syukur.
  
       Dia pernah berada di titik terendah dalam hidupnya, dan obatnya ternyata hanya Allah. Mengingat itu Ara sungguh malu luar biasa. Saat dengan bangganya dulu mengumbar aurat di depan yang bukan mahramnya.

     Namun masa jahiliyah itu sudah terlewati. Ara sudah menutup lembaran kelam itu dan memilih menempuh jalan-Nya sebagai tempatnya kembali.

 

Naraya Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang