Chapter 12.

7.3K 350 1
                                    

"Tetaplah berada di jalur masing-masing, jangan melewati batasan"
-Unknown-

----

Ara membiarkan saja Tama memgikuti mereka. Dia tau Tama tidak akan segila itu ikut masuk. Tebakannya benar, setelah mobil yang dikenderai Dora memasuki halaman Tama berbelok dan pergi.

Akan ada saatnya dia menindak tegas Tama. Yang tadi cukuplah sebagai peringatan. Kalau mau, dia bisa bersikap lebih kejam dari itu. Tapi tidak dilakukannya.

Tidak mau mendorong Tama terlalu keras yang berakibat lelaki itu akan semakin terobsesi padanya. Ara tau betul sifat Tama.

"Gue pulang ya," Dora menekan klakson sebelum mobilnya ikut berlalu.

Bella malam ini menginap di rumahnya. Sahabatnya itu sedang malas sendirian di kosnya.

"Nih," Ara menyerahkan piyamanya untuk dipakai Bella.

Ara memasuki kamar mandi setelah Bella selesai. Keduanya sholat isya sebelum mengistirahatkan tubuh.

"Bisa gitu ya datang dan pergi sesuka hati," Ara membuka percakapan dengan mendekap gulingnya.

"Manusia memang seegois itu. Dikiranya hati masih sama setelah apa yang terjadi."

"Kita nggak sebodoh itu juga buat nampung suami orang setelah dikecewain." tambah Bella.

"Pernah nyesal nggak sih ketemu Ammar?" tanya Ara penasaran dan mengganti topik.

"Kalau kamu sendiri? Nyesal nggak kenal Tama?"

Ara menggelengkan kepalanya"Aku nggak pernah nyesal, kalau nggak ada dia aku nggak akan bisa kayak sekarang."

"Persis. Aku juga gitu, tanpa mereka mustahil kita tumbuh seperti ini."

Memang benar dari Tama, Ara mendapatkan banyak pelajaran berharga. Yang penting menjadikannya seperti sosok sekarang.

"Tapi aku harap dia ngerti batasan. Aku hanya mencoba menghargai dia sebagai bagian hidup. Kalau nggak yah, kamu tau sendirilah."

Bella tersenyum tipis dan mengangguk. Tanpa dijelaskan lebih jauh dia mengerti. Bersahabat bertahun-tahun sudah membuat mereka saling mengerti. Tanpa harus saling menjelaskan panjang lebar.

***

Wekeend seperti ini dimamfaatkan Ara dan Bella untuk lari pagi. Bella bukan seperti Dora yang malas bangun pagi.

Ara dan Bella sudah rapi dengan pakaian olahraga masing-masing. Mereka mengayuh sepeda menuju stadion olahraga.

Jarak antara rumahnya dengan stadion lumayan jauh. Ara masih semangat mengayuh sepedanya, sedang Bella terlihat mau nyerah.

"C'mon, masa gitu aja udah nyerah." ejek Ara yang justru mengobarkan semangat Bella.

Mereka duduk di kursi beton yang diletakkan di depan stadion. Melemaskan kaki sebelum mulai jogging. Ara menenguk minumnya dari tumbler yang dibawanya dari rumah.

"Sepedaan aja ya di dalam nggak usah jogging,"tawarnya. Ara mencibir namun tetap mengiyakan.

Keduanya tidak jadi memasuki stadion namun menyeberang ke taman. Bella mengayuh sepedanya dengan santai. Sedang Ara tidak terlihat lelah sama sekali.

Ara sejam lebih menggowes sepedanya dan entah sudah berapa kali putaran. Bella sendiri sudah lama menyerah. Ara berhenti saat kakinya mulai kebas.

Meletakkan sepedanya, ikut duduk berselonjor kaki dengan Bella. Menenguk habis air minumnya.

Bella sendiri terlihat menghabiskan kue lapis yang dibawakan Dora semalam.

Naraya Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang