Chapter 37.

7.7K 382 2
                                    

"Sesuatu yang digariskan jadi milikmu akan kembali untukmu, meski awalnya tersesat dulu"
-Unknown-

---

Alby terlihat serius menekuri laptopnya. Selain sebagai pengusaha, Alby juga merupakan staf pengawas disebuah perkebunan swasta. Yang mengharuskannya bolak-balik ke luar kota selama ini.

Setelah beberapa minggu bersama Ara baru tau kalau suaminya sangat serius kalau sudah berhadapan dengan pekerjaan.

Ara meletakkan ponselnya. Memandangi suaminya. Dia sudah dilanda kebosanan. Dan tak berminat akan ponselnya lagi.

"Bang," lirihnya

"Iya?" Ara mendongak tidak menyangka respon suaminya mengingat suaranya yang pelan dan Alby yang terlihat tidak terusik sejak tadi.

"Bosan,"Alby membuka kaca matanya. Mensave pekerjaannya dan mematikan laptop.

"Mau keluar?" tawarnya melirik jam di pergelangannya. Masih jam delapan ternyata.

"Boleh," jawabnya dengan mata berbinar yang menerbitkan tawa Alby. Tidak susah ternyata membahagiakan istrinya.

"Siap-siap aja. Abang lihat mobil dulu."

"Naik motor ya?!" pinta Ara dengan wajah berharap. Alby terlihat menimbang sebentar.

"Jangan sekarang ya Dek cuaca sedang nggak nentu. Lain kali kita naik motor." Ara mengangguk mengerti dengan penjelasan suaminya.

Tidak sampai lima belas menit, Ara keluar bersama suaminya. Memutari kota tanpa tujuan. Benar-benar kegiatan tak berfaedah. Tapi entah kenapa Ara senang aja.

Setengah jam mutar-mutar tak jelas, mereka berhenti di warung pecel lele yang terkenal di kota mereka.

"Selalu rame tiap kesini," keluh Ara yang tangannya digenggam sang suami.

"Ayo, disana sudah kosong." tunjuknya pada lesehan di sayap kanan.

"Mbak 2 ya," pesan Ara "Kolnya di goreng ya."

"Ditunggu ya,mbak." pelayan itu berlalu pergi setelah membersihkan meja yang ditinggalkan orang sebelumnya.

"Besok Abang mau keluar kota," Alby membuka suara setelah meletakkan ponselnya.

"Loh, kok mendadak?"

"Iya barusan dikabarin. Ada masalah di lapangan." Alby tersenyum melihat reaksi istrinya. Perlahan hubungan mereka memang sudah banyak kemajuan. "Mau ikut?"

Ara terlihat menggelengkan kepalanya "Mau sih, tapi nggak bisa ninggalin anak-anak,"

Alby mengerti. Istrinya juga punya tanggung jawab akan pekerjaannya. Ada anak didiknya yang tidak bisa diabaikan.

Wacana liburan mereka juga terpaksa harus ditunda lantaran kesibukan yang tidak bisa ditinggal.

"Makasih, mbak." kata Ara pada pelayan yang datang membawakan makanan mereka sedang Alby hanya mengangguk sopan.

Ara menuangkan minuman untuk suaminya dan mereka mulai makan "Abang juga sering kesini?"

"Sering. Tapi kok kita nggak pernah ketemu ya?"

"Kan sekarang udah." cuek Ara meraih gelasnya sebelum menyesapnya.

"Kamu nggak bisa romantis dikit deh kayaknya," keluh Alby menggelengkan kepala sedang Ara sudah tertawa meledeknya.

"Bawaan orok kayaknya."

"Padahal Papi sama Mami nggak galak kayak kamu dek,"

"Walau gitu aku anak mereka. Semata wayang lagi." bangganya. Gantian Alby yang tertawa. Istrinya tau apa yang dia pikirkan ternyata.

Naraya Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang