39

5.7K 50 20
                                    

...

Faisal benar-benar tak ingin merasakan kehilangan untuk yang kedua kalinya. Merelakan kepergian Roshni dan anaknya sama saja mengali lobang kuburannya sendiri.

"Kak,"

Roshni memeluk Faisal dari belakang. Menempelkan tubuh naket mereka yang berkeringat. Roshni menumpang kepalanya di sisi kepala faisal. Tangannya mengenggam tangan faisal yang berada di depan dada faisal.

"Kakak nggak mau kehilangan kamu untuk kedua kalinya. Apalagi kita sudah memiliki putri, jangan hukum kakak sekejam ini rosh, kakak nggak merawat putri dari kecil bahkan ... kakak nggak tahu kalau putri ada di dalam rahimmu. Kakak merasa menjadi pria bangsat tahu nggak!"

Suara faisal sendu. Dia benar-benar takut kehilangan. Tangannya mengerat ikut mengenggam tangan roshni yang memeluknya semakin erat. Tak bisa di pungkiri, faisal mulai meneteskan air matanya.

"Maaf!"

"Jangan pergi!" Faisal berbalik membuat mereka berhadapan dekat kembali. Roshni menatap netra hitam pekat itu berkaca-kaca bahkan pipinya telah basah. Rasa iba roshni muncul. Diapun tak ingin pergi, hanya sesikit berpisah untuk menyelesaikan tugas di london dan kembali.

"Nyawa kakak di tanganmu!"

Roshni mengusap pipi faisal, kakak yang sangat di cintainya. Ayah dari anak yang kini telah tumbuh besar. Laki-laki yang sangat bertanggung jawab tapi sesikit posesif.

Roshni tersenyum bersamaan dengan lelehan air mata yang juga mengalir. Kakaknya ini tidak berubah. Masih tukang paksa dan tukang ngambek.

"Roshni sayang kakak!" Ucap roshni langsung masuk dalam pelukan hangat faisal.

"Kakak lebih menyayangimu! Jangan pergi! Please,"
Roshni mengangguk setuju.

...

Sartika dan gibran yang duduk di lantai bersandar ranjang menatap putri tanpa berkedip. Ulah putri benar-benar membuat mereka geleng-geleng kepala. Cucunya itu benar-benar mengotori seprai king size nya.

"Nenek, nanti ayah sama bunda kalau keluar langsung bawa dedek bayi, kan?"

Mata sartika membulat. Menoleh pada gibran yang juga keget. Mereka bertatapan dekat.

"Ma-maksud putri apa nak?"

"Masak nenek udah tua nggak tahu cih? Kata ayah kw ayah cama bunda di kamal itu bikin adek!" Celoteh putri yang membuat sartika megang dadanya yang terasa sesak.

"Pa, otak cucu kita telah terkontaminasi virus berbahaya!"

"Iya ma! Sangat berbahaya!" Gibran pun geleng-geleng dan menoleh kearah sartika. Mereka bertatapan.

"Kakek sama nenek mau ciuman ya? Is kok nggak punya malu sih, ada puteli juga. Nih puteli tutup mata dulu ya?" Putri menutup mukanya dengan kedua telapak tangannya. "Ok. Cilahkan ciuman kakek dan nenek!"

Gedebuk!

Sartika pingsan.

...

Roshni menyisir rambutnya yang basar di depan cermin. Dia kini terlihat segar setelah mandi. Senyumnya tak luntur sejak tadi. Mengingat kembali penyatuan mereka, kalimat sayangbyang terus faisal lontarkan dan keposesifan kakaknya yang membuatnya semakin mencintainya.

"Kenapa hem? Lagi mikirin siapa?" Faisal memeluk roshni dari belakang dan mengecup pipi mulus roshni.
"Mikir jorok ya?"

Roshni menaruh sisirnya di meja rias dan membalas tatapan faisal lewat pantulan cermin.
"Iya! Lagi mikirin kakak berenang di selokan. Jorok kan?"

Faisal memberika kecupan mengila di tengkuk dan leher roshni secara acak membuat roshni tertawa sembari menahan geli.

"Kak, ampun!" Ucap roshni yang mulai kelelahan.

Mereka kembali bertatapan lewat pantulan cermin. Saling berbalas senyuman. Faisal melihat kebahagiaan di wajah adeknya itu. Bibinya yang sedikit bengkak karna ulahnya, lehernya yang terlihat ada tiga bekas kissmark yang kelihatan karna ulahnya juga dan dada roshni yang sepertinya semakin besar. Faisal bangga denga tangannya yang seperti magic. Membesatkan yang kecil. Mueheheheh.

"Kakak cinta banget sama kamu rosh!"

"Iya kak! Roshni juga cinta sama kakak.!" Roshni mengelus pipi kanan faisal dan mengecupnya. "Kak, maaf banget untuk-"

"Jelaskan nanti malam saat kita akan tidur. Banyak yang ingin kakak tanyakan. Sekarang, waktu kakak buat putri!" Setelah mengecup pipi roshni, faisal keluar dari kamar membuat roshni hanya geleng-geleng kepala karna kelakuan kekasihnya itu.

Roshni kembali menatap ke cermin. Melihat dirinya dengan senyuman manis. "Cinta melunturkan pendirianku."

...

Putri cemberut. Dia berjalan mendahului faisal dan roshni yang mengajaknya jalan-jalan ke time zone. Teriakan roshni bahkan sentuhan faisal selalu di abaykan putri. Dia sedang dalam mode kesal.

"Putri, sayang!" Faisal yang nggak tahan akhirnya menarik tangan putri dan saat putri berbalik, faisal langsung mengangkat di gendongannya. "Anak ayah kenapa sih?"

"Ayah cama bunda nggak usah BHP. Puteli kesel cama kalian beldua!" Putri melipat tangan dengan bibir yang mengerucut.

"Kenapa hem?" Faisal menatap roshni yang wajahnya tertekut. Roshni pun dalam mode kesal. Dia masih labil. Umur 22 tahun tidak membuatnya terlalu dewasa.

"Kata ayah kw, bunda cama ayah di kamal itu buat adek untuk puteli tapi mana? Pas kalian kelual, kalian nggak bawa dedek buat puteli!"

Faisal terkekeh dan mengecup pipi putri yang langsung di protes.

"Jangan centuh puteli!"

Faisal semakin terkekeh. Dia melirik roshni yang mukanya merah dan segera mengenggam tangannya. Roshni yang memakai pakaian santai dengan jaket kulit kesayangannya nampak menarik. Tak ayal banyak mata lelaki yang melirik membuat faisal tak bisa jauh dari kekasihnya itu. Tangannya terus menempel di pinggang roshni seperti ingin memberi tahu pada mata-mata nakal bahwa roshni itu miliknya.

"Sayang, proses buat dedek bayi itu nggak sesingkat itu! Em ... paling nggak sebulan baru ada hasilnya dan jika berhasil, dedek akan berada di perut bunda selama sembilan bulan baru keluar."

Putri nampak mencerna ucapan faisal.
"Ya udah. Ayo kita pulang. Ayah cama bunda di kamal ajha campe cebulan. Telus keluar bawa hasil. Puteli mau liat pelut bunda yang membuncit kayak olang bucung lapar."

Mata roshni membulat dan faisal malah terkekeh.

"Putri, bisa nggak ajaran ayah kw itu kamu masukkan ke telingan kanan dan buang di telinga kiri?"

"Nggak bica bunda! Ayah kw bilang, bunda halus hamil bial nggak picah dali ayah. Bahkan, ayah kw punca pecan untuk ayah,"

"Pesan apa?"

"Kata ayah kw, ayah halus makan cate kambing buat cetamina dan jangan kasih ampun bunda di lanjang. Bikin unda tekdung biar nggak ninggalin ayah lagi!"

Mata roshni membulat.
"Putri, cukup!"

"Belum bunda. Catu lagi. Kata ayah kw, bunda nggak boleh marah-marah nanti cepat tua."

Darah roshni mulai mendidih dan faisal tau situasi itu. Faisal langsung menarik roshni dalam dekapannya sebelum mengamuk putri yang polos ini.

"Kakak akan mengikuti saran ayah kw putri!" Bisik faisal mengoda.

"Kak-" roshni mencubit dada faisal kemudian memeluknya erat.

...tbc...

kakakku cintakuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang