#8

3.9K 1K 82
                                    

Tumben kan siang? Hohoho

Mari vote dulu sebelum membaca, sama-sama menghargai aja biar sama-sama enak.

Happy reading~











"Seung Cheol.."


Ini mungkin menjadi panggilanku kepadanya yang ke-10 kalinya. Sejak kejadian tadi siang dimana Jeong Han yang 'dengan sengaja' mencium pipiku di depannya, Seung Cheol memilih pergi. Dibatasi oleh tanggung jawabku akan pekerjaan yang harus tetap berlangsung, akhirnya aku memilih mendatangi apartemen yang di sewanya setelah pulang bekerja.


Meskipun sudah malam, kalaupun aku pulang pasti aku takkan tenang karena tak memastikannya. Setidaknya aku tahu bagaimana keadaannya ya walaupun ia marah.


Ini sudah jam 9 malam. Sejak kedatanganku di jam 8 malam, sampai saat ini Seung Cheol tidak juga merespon panggilanku. Jangan kira aku memanggilnya dari luar apartemennya. Nyatanya aku mengetahui kode kunci pintu apartemennya. Sejak tadi aku hanya mengikutinya saja yang mulai dari sedang makan, menonton atau saat ini ia yang sedang berbaring di kasurnya.


Ia tak kunjung bicara kepadaku.


Rasanya aku seperti anak anjing yang mengikuti majikannya yang tak berkata apapun.


Dia ini bisu apa tuli sebenarnya?


"Seung Cheol... Jeong Han itu mempermainkanku..." jelasku mengguncangkan tubuhnya yang tertidur memunggungiku. Membenarkan dudukku, aku kembali mendekatinya yang masih tetap memunggungiku. "Seung Cheol..." panggilku lagi kepadanya mencoba mendekatkan wajahku kepadanya untuk melihat wajahnya itu.


Matanya tertutup.


Tapi tak mungkin ia tertidur, karena sejak tadi aku terus memanggilnya dan mengguncang tubuhnya berulang kali. Pastilah ia takkan bisa tertidur karena aku terus mengusiknya. Ia hanya pura-pura tertidur memejamkan matanya dan tetap pada pendiriannya untuk mengabaikanku. Andai saja Jeong Han tidak memperumit semuanya dengan acara mencium pipiku, Seung Cheol pasti takkan menjadi seperti ini.


Tapi tak seperti biasanya, kali ini ia berbeda.


Biasanya ia akan marah dan terus mencecarku dengan perkataannya. Di tengah kecemburuannya ia bisa mencecarku dengan dugaan-dugaan tanpa alasannya itu. Tapi saat ini yang terlihat olehku adalah dia yang hanya mendiamkanku tanpa berkata sepatah katapun.


Apa mungkin dia sudah terlalu lelah dengan ini semua?


Kalau aku boleh katakan, lebih baik ia mengeluarkan rentetan kata tanpa alasannya itu ketimbang mendiamkanku seperti ini. Jika ia seperti ini, aku tak tahu apa yang benar-benar ia rasakan atau alasan apakah dibalik amarahnya.


"Seung-"


"Pulanglah... ini sudah malam." Ujarnya lagi masih tetap memunggungiku, dari nada suaranya terdengar begitu datar dan lelah.


Ia pasti lelah kali ini.


Pastilah ia juga lelah, ia bekerja dari pagi hingga sore. Meski bekerja di siang hari pada jam istirahatnya, ia menyempatkan diri untuk datang ke rumah sakit untuk makan siang bersamaku. Namun, saat ia datang ke rumah sakit siang tadi yang ia dapat adalah pemandangan sialan itu.


Menghembuskan nafasku berat akupun mulai putus asa, bagaimanapun aku harus pulang. Jarak apartemenku dan apartemennya butuh waktu setengah jam untuk berjalan kaki. Dekat, tapi meski begitu ini sudah malam dan aku seorang wanita. Biasanya ia akan mengantarku, tapi melihatnya seperti ini akupun tak bisa mengharapkannya.


Foolish || Choi Seung CheolTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang