The City of Emerald, Northern Italy, 1546.Saat gadis itu melintas, aroma harum yang menguar dari sebuah toko yang dilewatinya membuat perutnya keroncongan. Ia tahu betul aroma apa itu. Aroma makanan favoritnya.
Maccheroni romaneschi.
Makanan itu sangat populer dan banyak digemari di kota itu. Banyak pedagang yang berlomba-lomba menjual maccheroni paling lezat, namun toko yang gadis itu lewati adalah toko maccheroni terlaris di kota.
Ia ingin menikmati perpaduan lembut tepung terigu dan telur yang tersaji dalam sepiring pasta dengan saus keju kesukaannya. Hanya memikirkannya saja membuat perutnya berbunyi.
"Ups!" pekiknya saat mendengar suara dari perutnya. Kakinya berhenti untuk mengamati orang-orang yang tengah menikmati pasta itu. Ia menelan ludah. Ia lapar, namun ia harus menahannya sebentar sampai sekeranjang bunga di tangannya ia jual kepada Bu Rosalee, florist langganannya.
Ia melangkah menjauh, menahan napas agar aroma harum maccheroni tidak menghantui tubuh laparnya. Ia cepat-cepat menuju toko Bu Rosalee agar segera mendapat uang untuk mengisi perut.
Bruk!
Otot tangannya terasa ngilu saat sebuah benda menabrak lengan kanannya. Ia refleks melepaskan keranjang di tangannya hingga bunga-bunga segar di dalamnya berhamburan di tanah.
"Aduh! Apa-apaan sih i-..." omelannya terhenti kala ia melihat seonggok makanan favoritnya berhamburan bersama bunga kesayangannya di tanah. Ia mengalihkan pandangan ke atas, menuju seseorang yang menabraknya.
Kedua bola mata hijaunya bertemu dengan sesuatu yang mengagetkannya.
"Aaaaa!" ia berteriak histeris, membuat orang-orang refleks menoleh.
"Aduh, maaf. Yah, bungamu jatuh, ya? Aduh, bagaimana ini? Maccheroni-ku juga jatuh!" orang yang menabrak gadis itu ikut kebingungan. Laki-laki itu bertanya-tanya apa yang membuat gadis yang ditabraknya berteriak.
"Kau sudah melenyapkan gajiku hari ini! Lihat! Bunga-bunga cantikku bercampur dengan makanan lengketmu itu!" tidak biasanya gadis itu mengomel panjang lebar, entah apa penyebabnya. Mungkin perut laparnya membuat emosinya naik, ditambah dengan gajinya yang raib. Itu artinya, hari ini dia tidak bisa makan.
"Oh, dan apa yang kau pakai itu? Topeng jelek itu menakutiku, kau tahu?!" nada suaran gadis itu masih tinggi.
Asher terkesiap. Ia membeku, tidak percaya terhadap apa yang gadis itu ucapkan. Ia merasa hatinya sesak.
Apa ia harus melepas topengnya saja? Asher serba salah. Melepas topeng ataupun tidak, gadis itu akan tetap ketakutan.
"Oke, oke. Aku minta maaf dan aku akan mengganti bunga-bungamu dengan bunga yang tak kalah cantik." dengan berat hati, mau tidak mau Asher harus menyerahkan keranjang bunga pertamanya pada si gadis.
"Asher Orion Muhammad." ia mengulurkan keranjangnya pada gadis itu sambil mengenalkan.
Si gadis tersenyum senang melihat bunga yang diulurkan Asher. Rasa bersalah langsung menjalar di dalam hatinya.
"Luna Arabella. Terima kasih banyak, maaf telah membentakmu tadi. Aku hanya sedang lapar dan kesal." ucap gadis bernama Luna itu sambil menerima keranjang bunga.
Tanpa disengaja, bola mata mereka berserobok. Asher bisa melihat dengan jelas manik mata emerald milik gadis itu. Tiba-tiba, jantungnya berdegup lebih cepat. Ia mengernyit.
Apa jantungku sakit?
Seketika ia tersadar dan beristighfar.
"Kau lapar? Sebagai tanda maafku, mari kutraktir maccharoni romaneschi di kedai itu." Asher menunjuk kedai tempatnya membeli maccheroni tadi.Mata Luna berbinar. "Wow, kau ingin menraktirku? Ayo!" ucapnya tidak percaya. Ia tidak pernah merasa segirang ini sebelumnya.
Mereka berdua melangkah menuju kedai maccheroni terlaris di kota dengan semangat.
Asher masih merasa aneh dengan degup jantungnya yang cepat.
Luna merasa bahagia, namun terdapat satu pertanyaan sedari tadi terngiang di benaknya dan tak sanggup ia utarakan.
Ada apa di balik topeng misterius laki-laki itu?
YOU ARE READING
HIRAETH
Teen FictionAku rindu sebuah tempat. Seperti rumah, namun lebih indah. Tetapi aku ragu, apakah tempat itu nyata, atau hanya angan belaka.