Alkaira Meidina, seorang anak yang besar di panti asuhan. Saat usianya 4 tahun, ia di adopsi oleh keluarga Adiyaksa. Selama 15 tahun hidup dengan keluarga Adiyaksa Alka bersyukur memiliki mereka. Papa Aksa, papa adopsi nya begitu menyayanginya seperti anaknya sendiri, tapi tidak dengan mama Alya dan Elvan yang melihat ku seakan-akan dirinya adalah parasit keluarga Adiyaksa.
"Aaa..!" Teriakan itu menarikku kembali kekenyataan. Jalanan begitu sepi. Alka baru saja pulang dari kerja part time nya di coffee shop.
"Hei! lepaskan dia! " teriak Alka melihat Livi sahabatnya di jambak dan di dorong oleh dua orang wanita yang dia kenal sebagai kakak seniornya.
" Lebih baik jangan ikut campur kalau lo gak mau seperti temen lo ini!" Tanpa banyak bicara Alka meronggoh sakunya dan mengeluarkan uang yang ia miliki.
" Ambil ini dan pergilah." Erika tertawa sinis. Menahan kesal atas keberanian Alka yang merendahkannya secara langsung.
" kalian lesbian? " tanya Erika dengan nada mencemooh.
" memangnya lo siapa, ngasih gue uang? " tanyanya lagi dengan tangan kanan nya yang terus menerus mendorong bahu Alka.
" Kalian tidak tahu? Mereka berdua berkencan. " teman Erika yang bernama Saron ikut berucap.
" Really? pantas saja mereka seperti perangko, kemana-mana berdua." ucap Erika dengan nada mengejek.
" Sudah cukup rasa iri kalian." Alka dengan tajam menatap Erika tanpa rasa takut.
" Iri? Gue, sama kalian? mimpi aja lo!"
" Apa yang kalian lakukan ini. Itu iri. Setiap kali kamu lihat orang yang lebih cantik darimu, kau tidak tahan sampai menindas mereka."
" Berani ya lo! " Alka menahan tangan Erika yang ingin menamparnya.
" Kau tahu, wajah mu saat ini sangat menjijikan, sampai ingin muntah rasanya."
" Apa kau gila, sialan!" umpat Erika, menarik tangannya dari genggaman Alka, kemudian mendorong Alka begitu keras, hingga punggung nya menubruk tong sampah.
BRruKk!
" ALKAa!! " teriak Livi, segera menghampiri Alka yang tertimpa kresek sampah.
Tanpa mereka sadari kegaduhan yang di timbulkannya membuat seseorang terganggu.
" Aah! Lo bener-bener mengesalkan! Ospek kemarin sepertinya tidak cukup membuat lo jinak."
" Berisik sekali. Tidur gue jadi terganggu." suara itu membuat Erika berhenti bersuara. Nafasnya pun tertahan. Sungguh ia mengenal suara itu. Erika berharap bukan dia yang saat ini di belakangnya. Namun, harapannya pupus ketika berbalik ke belakang dan tatapan dingin dan tajam itu berhasil membuat kaki Erika lemas.
" Bara, ini tidak seperti yang kau pikirkan.."
" Memangnya apa yang sedang gue pikirin." Bara memutuskan tatapannya dan melirik ke bawah.
" Bar, itu..itu.. Erika tidak salah. Anak-anak ini yang duluan mengganggu kita " Erika hanya diam, ia tahu apa yang dilakukan Saron percuma, karena Bara tidak akan mendengarkan. Sedangkan Alka menampakan raut waspada dengan tangan kirinya terlentang melindungi Livi ketika Bara menghampirinya dan berjongkok dihadapannya.
" Apa?! Kau ingin melukai kami juga! " Alka merutuki mulutnya yang tidak bisa di filter. Bukannya meredakan malah menyulut api yang baru. Bara diam tak membalas. Ketenangan lelaki itu malah membuat aura pria itu terasa menakutkan. Apalagi tatapan datar nya.
" Bukankah seharusnya kalian pergi? " Tanpa sadar Alka menahan napas sesaat wajah dingin itu menatapnya datar. Livi menepuk bahu nya pelan, menyadarkannya dari keterpakuan tatapan lelaki bernama Bara. Setelah sadar tanpa berpikir dua kali Alka bangun dan langsung menarik tangan Livi untuk pergi.
[
[
ALKAIRA.Sab,07 Okt 2018
KAMU SEDANG MEMBACA
ALKAIRA
Teen Fiction" Panggil gue Bara. Gak usah pakai embel-embel kakak, karena gue bukan kakak lo." satu kata yang cocok buat lelaki itu ' angkuh, menyebalkan, sombong, sok ganteng, mulut cabe... ' Alka terus menghujat lelaki itu di dalam hati nya sambil memoloti Bar...