ALKAIRA-8

35 11 0
                                    

" Breksek berani nya KAU!!"
" Kau tidak dengar, kata maaf yang gue ucapkan?! " ucap Bara dengan begitu tenang. Padahal,  ada tiga orang yang harus ia lawan, tapi tak sedikit pun rasa takut hinggap di hatinya.
" KAa... " ucapan cowok botak itu berhenti sesaat Bara mengarahkan jari telunjuknya tepat di bibir cowok botak itu. Sampai cowok itu mundur terkejut oleh sikap Bara.
" Tunggu!  Tahan dulu amarah nya. Beri waktu gue berbicara dengan cewek ini. " Tatapan tajam Bara membuat ketiga cowok itu seketika bungkam.
" Bara.. " panggil Alka dengan suara yang sedikit gemetar.
" iya ini gue. Lo lagi bermain dengan mereka, emm. " ucapnya sambil melirik ke tiga cowok itu.
" Gak lucu Bara. " ucap Alka kesal. Bara tersenyum mendengar Alka memanggil nama nya tanpa embel kakak.
" Gue bukan Badut. Asal lo tahu. " Alka menatap Bara tajam.  Apa cowok itu tidak bisa lihat situasi. Ini bukan waktunya bercanda.
" Bara,  berhentilah! "
"Ok. "
Tatapan Bara fokus kembali.
" Bisa lo lepasin tangan kalian dari tangan temen gue. "
" Kalau kita tidak mau? Apa lo mau takutin kita dengan titel sabuk hitam lagi seperti cewek ini,  hah?! " Mereka tertawa. Alka mendelik mendengarnya. Dasar Ember!. Ia mencuri lirik ke Bara,  melihat tidak ada gurat cemas apalagi takut di wajahnya. Bara yang terlihat santai berdiri menanggapi ledekan mereka.
" Sabuk Hitam? Seperti nya gue gak butuh itu, hanya untuk membuat kalian bertekuk lutut. "
" Bertekuk lutut? Yang ada lo yang bertekuk lutut sama kita.." ucap salah satu dari mereka mengejek.
" Tiga lawan satu. Berdo'a saja sana.. " Mereka tertawa terbahak-bahak melihat ke angkuhan Bara yang menentang mereka.
" Kalian yang seharus nya Berdo'a. "
Bara mengambil sesuatu dari saku nya. Seketika mereka berhenti tertawa, melihat benda apa yang di genggam oleh Bara dan di arahkan pada kepala mereka.
" Lo-lo ki-kira kami takut. " ucap nya tergagap.
"Tidak? emm.. Coba kita lihat setelah ini. " Bara menarik penutup pistol, digeser ke belakang hingga berbunyi membuat ketiga cowok itu tercengang dan langsung bertekuk lutut sambil mengangkat kedua tangan.
" Ampun."
Alka melongo, ngapain cowok itu bawa bawa benda seperti itu.
Kali ini Bara yang tertawa mengejek.
" Terlalu mudah." Bara meraih telapak tangan Alka dan menembak ketiga cowok itu. Mereka tercengang kepalanya basah di penuhi Air yang keluar dari pistol Bara.
" Bego,  kenapa diem aja. Kejar mereka. "
Alka tertawa,  menatap punggung lelaki itu yang membawa dirinya berlari menuju motor yang berteger indah di depan.
" Cepat Naik. " Alka menggenggam tangan Bara dan naik ke atas motor nya.
" Pegang yang erat. Kalau lo gak mau jatuh. " Bara menyalakan motor dengan pacuan gas yang cepat. Membuat Alka tak berani membuka matanya, kedua tangannya begitu erat memeluk Bara.
" Gue sesek kalau lo meluk gue kaya gini. " Alka membuka perlahan matanya. Ia segera melepas pelukannya. Gugup yang ia rasakan saat ini.  " Ma-maf." ucapnya terbata-bata.
" It's Ok, santai aja. " Alka turun perlahan dari motor Bara.
" Makasih ya, kalau gak ada kak Bara. Gak tahu nasib ku seperti apa. "
Ucapnya dengan kepala menunduk.
" Itu berarti Tuhan masih sayang sama lo. " ucap nya sambil mengusap lembut pundak Alka.
" Masuklah.. Sekarang tubuh lo butuh istirahat. Lupakan yang tadi, yang boleh lo ingat cuman adegan di mana hebat nya gue membuat mereka bertekuk lutut. "
" Dengan pistol air mu itu." balas Alka dengan tawa kecil, ketika mengingat dimana ketiga cowok itu kepala nya basah atas perbuatan Bara.
" Tapi bekerja dengan baik, bukan.." ucapnya bangga.
" Iya,  kau hebat. " Alka mengangkat kedua jempolnya sambil tersenyum lebar. Terasa nyaman, Alka tidak menyangka bahwa dirinya akan melihat sisi lain dari cowok itu.
Prok.. Prok..
Suara tepuk tangan itu mengalihkan perhatian keduanya.
" Ternyata penampilan kamu cukup menutupi kelakuan buruk kamu,  ya,  Alka. Saya tahu,  kerja hanya alasan kamu untuk bisa berleluasa berpacaran, bukan," ucapnya sinis. Alka mencoba tidak menanggapi ucapan Elvan. Dan kembali melihat Bara.
" Kak Bara hati - hati di jalan, Alka masuk dulu, ya. Sekali lagi Terima kasih." Alka pergi meninggalkan mereka berdua.  Walaupun rasa kesal itu ada karena ketenangan gadis itu. Elvan tidak ingin terlihat kekanak-kanakan di depan sahabatnya. Bara tahu bagaimana benci nya Elvan pada gadis itu. Jadi ia tidak perlu bersusah payah hanya untuk menyakitinya,  karena ada sahabatnya yang bisa menggantikan tugas nya yang satu itu.
" Gue gak nyangka Lo cepet juga bertindak ya. Bro. " Bara turun dari motor besar nya. Ia tersenyum begitu juga Elvan.

Bugh!!

Tinjuan itu melayang tepat di wajah mulus Elvan.
" Sakit, jir. Lo gila! "
" Lo pantas dapet tinju dari gue. " ucapnya dingin, ia tidak berpikir Elvan akan bertindak sejauh ini.
" Lo ada masalah sama gue? "
" Apa ketiga cowok itu suruhan lo,  Van? " tanyanya berusaha tenang.
" Maksud lo,  apa? Gue gak ngerti? " Bara menendang motor nya kesal.
" Lo sudah nyerahin urusan Alka ke gue. Jadi, biar Alka jadi urusan gue. Lo gak usah ikut campur lagi! Ngerti!"
" Bar, tunggu.. Hei! " Bara mengabaikan panggilan Elvan dan pergi dengan perasaan kacau. Elvan bingung dengan amarah Bara yang di tunjukkan padanya. Emangnya Apa yang telah ia lakukan?
🌀
🌀
🌀
Selasa, 1 Januari 2019


ALKAIRATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang