" Kenapa harus ketemu sama lo sih. Bikin mood gue hancur aja!" ingin rasanya Alka berteriak, emang gue pikirin!. Hanya saja itu akan membuat penyihir itu semakin menguarkan racun di mulutnya.
" Apa ada yang bisa saya bantu. Tidak biasa nya Kak Erika dan Kak Saron ke sini." cewek itu hanya mendengus tidak suka.
" Jangan Sok baik di hadapan kita! Gue tau lo bermuka dua?! Munafik." Kalimat itu tajam. Dan sangat menyakitkan saat di dengar. Alka mencoba tenang menghadapi kata-kata tajam Saron. Ia mencoba menatap mereka berdua tanpa terintimidasi dengan sorot tajam nya.
" Sepertinya mood kalian benar-benar tidak baik. Kalau begitu sebaiknya saya pergi saja, permisi. " Saron menopang kedua tangan nya di pinggang tidak percaya dengan respon Si Cupu ini.
" Waah! Erika, dia mulai berani."
" Sudahlah jangan kekanak-kanakan. "
Mata Saron melebar, bukan mendapatkan pembelaan malah mengatainya ke kanak-kanakan. Begitu pun Alka tidak percaya Erika membela nya.
Apa Erika lupa dengan rumor heboh di kelasnya bahwa cewek cupu ini berangkat ke kampus dengan Bara.Hal tersebut membuat Saron tidak sabar ingin memaki-maki cewek cupu di hadapannya. Seharusnya Erika yang lebih murka karena cowok yang di sukainya sedang dekat dengan cewek cupu ini.
" Gue cari Bara. Lo lihat dia gak? " ucap Erika. Refleks Alka melirik ke tangannya yang di tulis Bara. Santai katanya. Rasanya dia ingin sekali mengomel. Nama Bara ini bagaikan kutukan buruk bagi nya. Dari pada berbohong, lebih baik aku beri tahu saja, biarlah mau ketangkap atau tidak bukan urusannya toh lelaki itu bukan anak bayi yang harus di jaga oleh nya.
" Coba kakak cari ke sebelah sa.. Sepertinya Kak Bara baru saja keluar." Alka berdecak menyalahkan bibirnya yang tidak sinkron dengan otak nya.
" Ngomong yang jelas! " Ucap Saron yang terlihat kesal. Alka tidak mengerti kenapa Kak Saron terlihat sangat membencinya.
" Kak Bara baru saja pergi saat kita sedang berbincang. Jadi bisakah kak Saron dan Kak Erika biarkan saya pergi." Saron sungguh kesal dengan sikap sok tenang nya cewek cupu ini.
" Lo!! Ngese.. " teriakan Saron terpotong oleh ucapan Erika.
" Lo bisa lanjutin acara baca lo di sini. Saron, kita pergi. "
" Ta-tapi Erika, dia.." Saron di buat bingung dengan sikap tenang Erika menghadapi cewek cupu itu. Mereka berjalan beriringan dan keluar dari perpustakaan.
" Lo gak kesurupan kan. Bagaimana lo bisa bersikap biasa-biasa saja dengan cewek cupu itu! Lo gak lihat, wajah kalem nya itu. Bikin gue pengen cakar-cakar tau! " Erika menoleh menatap temannya datar, lambat laun tatapan itu di sertai dengan senyuman miring nya.
" Bermain haluslah. Menghadapi cewek cupu itu bukan dengan kekerasan tetapi dengan kelembutan." Saron mengernyitkan dahinya tak mengerti.
" Hah. Lembut! Sejak kapan Kita bermain lembut. "
" Sejak hari ini. Dia berbeda, Saron. Kenali dulu lawan sebelum kita melawannya. " Erika mengepalkan tangannya dengan kuat. " Entah kenapa semenjak malam itu, sikap Bara aneh. Gue selalu mendapatinya sedang memperhatikan cewek cupu itu. Seperti tadi siang Bara mengikuti cewek itu hingga ke perpustakaan. Gue penasaran dan mencoba ngomong sama Bara, tapi dia enggan menjawab, malah ninggalin gue di kantin sama lo."
" Gue gak yakin. Selera Bara cewek triplek kaya gitu."
" Itu juga yang gue harapkan. Yang terpenting kita main secara halus, Ok?! " Saron menjawab dengan mengangguk-anggukkan kepala tanda setuju.
---
" Sikap manusia itu sulit di mengerti." ucap Alka sambil membereskan buku-bukunya. " Sebenarnya apa yang cowok itu inginkan dari ku? Sikap nya sungguh menyebalkan tidak jauh beda dengan penyihir itu."
" Assh.. " desis Alka terkejut pipi nya terasa dingin akibat botol es.
" Bisa tidak! sekali saja tidak membuat ku kesal!" Bara menoleh dan mendapati wajah kesal Alka.
" Gue gak bermaksud. Lo nya aja yang terlalu berlebihan reaksinya. " Alka merasakan emosinya merayap naik ke permukaan. Ditatapnya cowok itu dengan sengit.
" Reaksi ku berlebihan?!. Pertama, tiba-tiba Kakak menjemputku. Ke dua akibat sikap kakak itu, teman sekelas ku heboh dan mengintrogasiku seperti terdakwa. Ke tiga aku mendapatkan kekerasan verbal dari penggemar mu. Apa aku harus bereaksi biasa saja dengan hal itu, atau aku harus tersenyum bahagia, Hah!" Dada Alka naik turun setelah meluapkan emosinya. Gila! Emosi membuat ku hilang kontrol. Apa benar reaksi ku berlebihan? Bayangkan aku berteriak di depan Batu Es. Bagaimana jika batu es nya meleleh dan menjadi lahar?!. Tanpa memperdulikan aksi jantungnya yang meliar, Alka mempertahankan keberaniannya yang tinggal setengah. Menatap mata itu hingga dia bisa menatap dengan jelas wajah Bara yang sempurna.
Mata sayu, hidung mungil, bibir tipis dan raut dingin yang menambah kesan liar pada cowok itu, membuatnya gelisah.
" duduk. " perintah Bara masih dengan nada tanpa emosi.Kegelisahan Alka semakin menjadi, hingga pada akhirnya Alka menurut.
Kenapa pada saat seperti ini keberanianku menghilang, sih! Bodoh.. Bodoh.. Bodoh.. Apa aku berteriak saja sebelum cowok itu ber aksi. Alka melirik ke kiri dan ke kanan ruangan ini sepi.
Matilah Aku!🌀
🌀
Sabtu, 01 Desember 2018
KAMU SEDANG MEMBACA
ALKAIRA
Teen Fiction" Panggil gue Bara. Gak usah pakai embel-embel kakak, karena gue bukan kakak lo." satu kata yang cocok buat lelaki itu ' angkuh, menyebalkan, sombong, sok ganteng, mulut cabe... ' Alka terus menghujat lelaki itu di dalam hati nya sambil memoloti Bar...