Kenapa pada saat seperti ini keberanianku menghilang, sih! Bodoh.. Bodoh.. Bodoh.. Apa aku berteriak saja sebelum cowok itu ber aksi. Alka melirik ke kiri dan ke kanan ruangan ini sepi.
Matilah Aku!
"Tenggorokan lo gak kering." Buyar sudah kegelisahannya. Bara melempar pelan botol dingin itu, refleks Alka menangkap nya tepat di atas pahanya. Benar, tenggorokannya terasa kering. Tanpa di minta Alka segera meminumnya.
" Makasih, kak. " ucap Alka melembut. Ia merasa di balik wajah datar dan sikap dinginnya tersimpan kehangatan di dalam nya. Apakah ini yang namanya es teh hangat? Tanpa sadar Alka menyunggingkan senyuman atas pemikirannya sendiri. Hal tersebut tak luput dari penglihatan cowok itu.
" Panggil gue Bara. Gak usah pakai embel-embel kakak, karena gue bukan kakak lo."
Ternyata aku salah! cowok ini bukan es teh hangat, melainkan es teh panas! karena tiap kali ia membuka mulutnya selalu saja berhasil membuat hati ku panas. Satu kata yang cocok buat lelaki itu ' angkuh, menyebalkan, sombong, sok ganteng, mulut cabe... ' Alka terus menghujat lelaki itu di dalam hati nya sambil memoloti Bara disertai hujatan yang tak terucap itu.
" Berhenti ngata-ngatain gue." kok dia bisa tahu sih. Lagi - lagi tanpa sadar Alka menahan napas nya ketika Bara tersenyum dengan menempelkan jari telunjuknya di dahinya sedikit mendorong kecil. Ingin rasanya dia gigit itu jari.
" Mata lo yang ngasih tahu gue. "
" Aku pergi. Aku tidak ingin ada urusan dengan mereka. " Bara tersenyum sinis. " Memang tidak. Karena urusan lo bukan dengan mereka tapi gue." Alka membulatkan matanya. Posisi ini terlalu dekat, cara Bara memblok gerakan nya cukup berani. Tangan kanannya bertumpu pada meja dengan tangan kiri memegang gagang kursi yang di duduki Alka.
" Menjauhlah aku tidak bisa bernapas. " ucap Alka. Bara menjauh bersamaan Alka menghembuskan napasnya. Memalukan! Seberapa banyak kebodohan yang akan kau perlihatkan, Alka!!Bara tak tahan untuk tertawa melihat tingkah Alka.
" Apa gue semenakutkan itu hingga lo tidak ingin berdekatan dengan gue ?" Alka terpanah dengan senyuman itu. Bukan senyuman sinis. Melainkan senyuman yang sangat langka. Jarang sekali ia melihat cowok itu tersenyum selebar itu.
Manis.. Gumam Alka. Gawat! Kenapa cowok itu cepat sekali merubah suasana hati ku hanya karena, Argh!
" Ehm, Bu-bukan begitu, hanya saja aku merasa tidak nyaman dengan sikap mu yang tiba-tiba mendekati ku. Jika tidak ada niatan di dalamnya. " Bara mengerutkan alisnya. Entah kenapa ia tidak suka mendengar ucapan itu keluar dari mulut Alka.
" Maaf, kepekaan gue akan perasaan orang memang agak kurang. Karena gue selalu di dekati bukan mendekati,jadi gue tidak tahu gimana harus memperlakukan orang lain dengan benar. " ucap Bara datar sedatar papan selancar. Namun berbeda dengan iris mata nya. Alka memandang Bara, terdapat emosi di dalam nya.
" Ternyata Kak Bara bisa Melow juga. " Alka mengembangkan senyumnya, mencoba menghapus sejenak kecangguan ini.
" Melow, ck. " Mereka saling berpandangan. Merasa geli dengan dialog bagaikan drama ini.
" Gue tulus, percayalah . "
Bara mulai menampakkan senyumnya dan mereka berakhir dengan senyuman yang melegakkan.
" Teman. " ucap Alka menyodorkan tangannya. Bara menyambut dan menggenggam tangannya.
" Tidak bisa lebih? "
" Berhentilah.. " jawab Alka dengan nada dibuat kesal.
" Ya.. Ya.. " mengacak rambut Alka dengan gemas.
----
Matahari berganti bintang di langit malam.
Alka dengan cepat berganti pakaian kerja nya dengan pakaian biasa. Melihat jarum jam pendek akan mengarah ke angka sembilan, jarum panjang ke angka enam.
" Hai.. Aku duluan ya."
" Kamu tidak akan ikut karaoke dengan kami? "
" Maaf, Lain kali aja..Ada hal penting yang tidak bisa aku tinggalkan. Daah! " menutup loker, mengambil tas dan bergegas pulang.
Detik menit telah berlalu..
Alka terus berjalan mencari mobil taksi yang kosong. Namun, nihil. Akhirnya Alka memutuskan mencari tempat yang berjualan pulsa untuk mengisi ulang pulsanya dan memesan taksi online saja.
Jalanan begitu sepi. Alka melirik ke kiri, ke kanan dan belakang memastikan tidak ada orang yang mencurigakan. Ia menghela napas panjang, menenangkan. Tak selang beberapa menit, ada tiga cowok seusianya yang terlihat berantakan berjalan tak jauh dari hadapannya. Mereka tak berhenti menatap Alka, jantungnya berdegup kencang. Tatapan ini lebih mengerikan dari tatapan yang selama ini Bara tunjukan padanya. Tapi Alka berusaha bersikap tenang agar tidak kentara bahwa dirinya takut." Kita akan bersenang-senang hari ini. "
Bulu kuduk Alka meremang, ketika mendengar ucapan dari salah satu dari mereka yang membuat dirinya mempercepat langkah kakinya.Kenapa jalanan ini sepi sekali sih!
Alka mulai cemas ketika tiga orang itu benar-benar mengikutinya. Rasa cemas ini sungguh mempengaruhi kerja otak Alka hingga tanpa sadar, langkah kaki nya mengarah ke arah yang tidak menguntungkan bagi nya. Alka berhenti melangkah.
Dengan berani ia berbalik mencoba menghadapi mereka.
" Mau apa kalian mengikuti ku? Jangan macam-macam dengan ku. "
Mereka menyeringai, menghampiri Alka, mengacuhkan gertakan nya. Salah satu dari mereka menyentuh pipi Alka dengan lembut. Alka menepis tangan cowok itu dengan kasar.
" Lebih baik kalian pergi, sebelum aku buat kalian babak belur. "
Mereka tertawa. Ucapan Alka bagaikan luconan buat mereka.
" Gue suka cewek sangar kaya lo. "
" seperti nya seru. "
" Tenang, kita bermain lembut, kok cantik. "
" Aku peringatkan! Aku penerima sabuk hitam. Kalian dengar HI.TAM! Apa kalian masih berani mengganggu ku?!."
" Mari kita coba. Seberapa hebat sabuk hitam mu itu, cantik. " Mereka mulai menarik kedua lengan Alka dengan erat.
" LEPASIN!! berani nya kalian main keroyokan. " Alka berteriak, menahan air mata yang memaksa untuk keluar.
Alka memberontak ketakutan. Ya Tuhan tolonglah aku, turunkanlah malaikat pencabut nyawa sekarang juga, aku tidak ingin berakhir seperti ini.
" Hanya segini kekuatan sabuk hitam mu itu. " Mereka hanya tertawa dan semakin menjadi - jadi. Salah satu cowok itu memegang dagu Alka dan mendekatkan wajahnya. Ia membulatkan matanya dan tanpa pikir panjang, kaki kanan nya yang bebas menendang harta berharga cowok itu.
" Aaaargh, Sialan! "
Plak!!
sebelum tangan itu menyentuh pipi Alka. Seseorang memukul kepala cowok itu terlebih dulu.
Alka berharap sosok yang tertutup oleh badan besar cowok jahat itu adalah penyelamatnya.
" Ups, sorry. Tangan gue suka gatel kalau lihat kepala botak kaya lo. "
Rasa takut itu menghilang, sesaat mendengar suara yang akhir-akhir ini selalu menemaninya.
🌀
🌀
Rabu, 12 Desember 2018
KAMU SEDANG MEMBACA
ALKAIRA
Teen Fiction" Panggil gue Bara. Gak usah pakai embel-embel kakak, karena gue bukan kakak lo." satu kata yang cocok buat lelaki itu ' angkuh, menyebalkan, sombong, sok ganteng, mulut cabe... ' Alka terus menghujat lelaki itu di dalam hati nya sambil memoloti Bar...