Aku Merindukanmu

10 0 0
                                    

Seperti biasa, team kami memang sering sekali lembur. Tapi sepertinya kami benar-benar menikmatinya. Kantor google tidak seperti kantor formal, ada ruang istirahat, ruang olahraga bahkan tempat karaoke. Siapa sih yang gak tau kemewahan di kantor ini ? Aku mengikuti 5x tes untuk bisa bergabung di perusahaan ini. 

Tapi proses memang tidak pernah membohongi hasil, 3 tahun bekerja di google aku sudah mampu membeli mobil sendiri dan sekarang masih proses kredit pembelian apartment. 2 tahun lagi apartment yang aku tinggali saat ini sudah menjadi hak milikku sendiri. 

"Sial...... Kenapa ban mobilku bisa kempes !!! aku harus cari taksi sekarang juga" 

Aku mengambil ponsel dari dalam saku ku dan berjalan pelan menuju gerbang kantor, tiba-tiba ada klakson mobil dibelakangku. Aku menoleh kearah mobil tersebut dan itu adalah mobilnya Langit. 

"Ayo naik" 

Dia membuka kaca mobilnya, berbicara tanpa melihat wajahku. Sombong sekali dia, aku mengabaikannya dan terus berjalan. Mobil itu terus mengikuti dan berjalan lebih cepat, Mobil itu berhenti dan pria sombong itu keluar dari dalam mobil. Tanpa basa basi dia menarik tanganku dan memaksaku masuk ke dalam mobilnya. Aku tidak lagi berusaha menolaknya, sebenarnya ada perasaan bahagia melihat perlakuannya. Persis seperti Langit yang dulu. 

"Rumah kamu dimana ?" 

Aku menjawab pertanyaannya, di sepanjang jalan kami hanya diam. Dia tidak bertanya apa-apa. Bahkan bicara saja tidak. Aku juga sangat canggung saat ini. Kami hanya menikmati dengan tenang lagu Naff "Kenanglah Aku" yang sedang di putar di dalam mobil. Entah apa yang ada di fikiran langit malam ini. 

"Sudah sampai, Terima kasih" 

"Iya" 

"Hmm, Langit kamu gak mau mampir sebentar ?" 

Aku menggigit bibirku, apakah pertanyaanku salah. Aku hanya sekedar mencari alasan agar bisa terus bersama Pria ini. Tapi kenapa langit tidak menjawab apapun. Dasar pria kaku ! 

"Baiklah" 

Dia turun dari mobil, kami memasuki apartment dan aku membawa dia menuju apartment ku. 

"Silahkan masuk, kamu boleh duduk disitu atau di teras luar, sebentar aku buatkan Kopi" 

Langit sepertinya lebih tertarik duduk diteras apartmentku, aku menuju dapur dan membuat dua gelas kopi. Lalu membawanya keluar. 

"Kamu apa kabar Ngit ?"

"Ngit ? Pls dont call me like that !!"

"Kok jawabnya ketus sih ? Kenapa kamu ketus setiap bicara denganku ?" 

"Kamu tanya kenapa ? Rindu ? Kamu masih tanya kenapa" 

"Apaan sih, kenapa jadinya kamu yang marah ? Harusnya aku yang marah sama kamu" 

"APA ? KENAPA KAMU YANG HARUS MARAH ?"

"Jadi maksud kamu aku yang salah ? Kenapa jadi marah-marah begini sih"

Langit terlihat sangat kesal, wajahnya gelap seperti langit malam ini. 

"Rindu Wirasti, apa kamu benar-benar gak paham kenapa aku marah ?"

Aku menggeleng kepala.... 

"Kenapa kamu tidak pernah membalas 1 pun email ku ? Kenapa Nomor mu tidak dapat dihubungi ? kenapa semua account social media mu menghilang ? Beri aku penjelasan untuk itu, aku mengirimi kamu ratusan email. Tapi tidak satupun yang kamu balas. Mau kamu apa ????"

Aku terdiam mendengar perkataan langit, dia tidak menghilang, dia merindukanku, dia mencariku, akulah yang tidak berusaha mencarinya, akulah yang hidup dalam fikiranku sendiri, akulah yang terlalu polos menuruti perkataannya saat itu. 

JANGAN MENUNGGU KU...

Harusnya aku juga memahami maksudnya, dan tidak langsung mengiyakan permintaannya. Aku tidak menjawab pertanyaannya. Aku langsung memeluknya, memeluk sahabat yang aku cintai, lelaki yang sangat aku cintai teramat sangat dalam. 

"Maaf, Langit aku merindukanmu. Sangat Rindu..." 

Langit membalas pelukanku dan berbisik pelan, "AKU MERINDUKANMU, RINDUKU"

RINDUNYA LANGITTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang