Andai Kata

1K 127 7
                                    

Andai kata waktu dapat terulang. Ia ingin sekali menarik kata-kata itu. Kata-kata yang tidak pantas ia ucapkan itu. Kata-kata yang membuatnya menyesal kini.

Elli melamun menatap patung Malaikat yang ada di tamannya. Matahari yang sudah hampir tegak lurus di atas kepalanya tidak membuatnya terganggu. Hanya saja, pelayan wanita aristokrat yang berdiri di sampingnya itu lah, yang khawatir.

"Nyonya, sudah saatnya Anda masuk ke dalam. Cuacanya cukup terik, ini tidak baik untuk kesehatan Anda."

Wanita yang dipanggilnya nyonya itu hanya bergeming di bangku taman. Kantung matanya yang hitam, membuktikan kalau ia dalam kondisi sangat tidak baik hingga ia melamun seperti ini.

"Nyonya...."

Pelayan itu mulai putus asa, ia menggoyang-goyangkan tubuh nyonya-nya.

Elli akhirnya menoleh perlahan, tetapi dengan air mata yang mulai menuruni pipinya.

"A-apa tuan Ivory sudah datang?"

Nyonya-nya bertanya hal yang tidak masuk akal. Hal itu membuat lidah pelayannya itu kelu. Tidak sanggup menjawab pertanyaan nyonya-nya yang depresi. Pelayan itu memutuskan memeluk Elli.

"Nyonya, tolong relakan tuan Ivory."

Elli tidak mendengarkan apa yang pelayannya katakan. Ia hanya meng-ohkan tuan Ivory yang belum datang.

Ia menolak kenyataan yang diucapkan pelayannya.

Si Pelayan hanya mampu memeluk sembari terus menangis sesegukan. Sedangkan nyonya-nya terdiam dengan air mata yang terus mengalir.

Wanita itu, Elli Lavien seorang wanita bangsawan yang baru saja dinikahi tunangannya sejak kecil, Ivory Francois. Awalnya mereka adalah pasangan muda yang bahagia, hingga terjadi sebuah kesalahpahaman yang menghasilkan sebuah percekcokan.

Kata-kata kasar yang Elli ucapkan saat malam percekcokan itu terus terngiang di kepalanya.

Bagaimana tidak? Keesokan harinya sebuah kabar buruk datang kepadanya. Ivory ditemukan tewas di dalam gudang dengan sebuah pedang yang menghujam tubuhnya. Gudang itu terkunci dari dalam, sehingga orang-orang mengatakan kalau Ivory bunuh diri.

Sejak saat itu, Elli menjadi seperti ini. Ia merasa menyesal mengucapkan kata-kata itu.

Kata-kata tentang masa lalu kelam, Ivory.

"Kau adalah manusia busuk. Kau membunuh keluargamu agar kau diangkat anak oleh seorang marquis yang kau incar!"

Ivory yang gelap mata langsung menampar Elli. Napasnya memburu marah, ia kemudian keluar dari kamar dan membanting pintu. Ivory lalu mengurung dirinya di gudang penyimpanan . Dan pelayan kesayangan Elli menyaksikan semua itu.

***

"Nyonya, ini teh darjeeling." pelayan kesayangan nyonya Elli itu menuangkan isi tekonya ke cangkir. Elli menerima teh itu dan menghirup uapnya pelan-pelan.

"Terimakasih, Esbeth."

Esbeth mengangguk hormat, ia undur diri sembari membawa nampannya.

"Tunggu, Esbeth. Apakah kemarin tuan Ivory tidak pulang? Kau tahu kan, kemarin kepalaku sangat pusing dan kemudian tidur seharian," ujar Elli sembari menatap Esbeth yang sepertinya kikuk.

"Sa-saya rasa tidak nyonya. Sa-saya dengar dari pelayan pribadinya kalau tuan sedang berpergian dalam waktu lama." Esbeth terpaksa berdusta. Ia tidak ingin menghancurkan suasana hati Elli yang baik.

"Pelayan? Apa tuan Ivory pergi sendiri tanpa pelayan pribadinya? Lalu mengapa ia tidak memberitahuku? Apa dia ... masih marah padaku?"

Esbeth membeku. Ia tidak tahu harus berkata apa lagi. Dalam hatinya, ia hanya berharap kalau Tuhan akan menyelamatkannya dari pertanyaan ini. Ia sudah siap dihukum karena berbohong tetapi ia tidak siap melihat kondisi mental nyonyanya hancur lagi.

GenreFest 2018: AngstTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang