Hari ini aku akan melakukan test untuk mendonorkan sumsum tulang belakangku. Hanya Namie yang menemaniku. Ibu dan ayah ada pekerjaan yang tidak bisa ditinggalkan. Sangat disayangkan sebenarnya. Tapi aku tau, itu adalah kewajiban ayah dan ibu sebagai orang tua. Menafkahi anak anaknya. Benar bukan??
"Oppa sudah siap??" Namie bertanya sambil mengusap lembut bahuku. Upaya untuk menenangkanku yang saat ini amat sangat gugup. Aku takut olahragaku kemarin-kemarin tidak membuahkan hasil. Sebenarnya, sumsum tulang belakang milik ibu tidak cocok dengan Suri. Aku semakin bersemangat untuk menjadi pendonor bagi Suri. Karena aku yakin punyaku cocok dengan Suri. Sementara Suri masih dalam masa pengobatan dan juga cemoterapi.
"Aku..siap. Harus siap." Jawabku pasti. Namie tersenyum lembut padaku. Terkadang disaat ibu sedang tidak ada di rumah, Namie akan berperan sebagai ibu untukku juga untuk Suri, padahal kami berdua lebih tua dibandingkan dirinya. Perlakuannya yang seperti ini yang membuatku merasa nyaman.
"Namjoon-ssi." Seorang perawat memanggil namaku. Dan jantungku berdetak sangat cepat saat ini. Namie menggenggam tanganku dan tersenyum. Aku membalas perlakuannya dan berjalan menghampiri perawat tadi.
Dokter Hyun, dokter yang akan membantuku dalam test kali ini. Ia sangat ramah. Terlihat dari bagaimana cara ia menyapaku barusan.
"Duduklah Namjoon-ssi." Aku duduk tepat didepan dokter Hyun. "Kau yakin akan melakukannya??" Aku mengangguk pasti sebagai jawaban atas pertanyaannya. Ia kembali tersenyum.
"Baiklah. Sebelum itu, biar kita cek berepa tekanan darahmu saat ini. Aku tak mau salah satu pasienku punya darah tinggi." Ia terkikik sendiri dengan ucapan yang ia lontarkan barusan. Dokter Hyun sangat lucu menurutku. Dan itu membuat kegugupanku sedikit berkurang. Selama kurang lebih 20 menit di dalam ruangan pemeriksaan, aku sudah melakukan cek darah, cek tekanan darah dan bermacam-macam tes lainnya, yang aku tidak tau apa namanya.
"Semuanya normal. Kau benar benar bekerja kersa untuk ini ya. Kita bisa melakukan test-nya 10 menit lagi. Saya akan memanggil perawat untuk menyiapkan ruangannya." Dokter Hyun beranjak dari duduknya. Menyuruh perawat yang memanggilku tadi untuk menyiapkan ruang operasi.
Ternyata rasa tenang tadi tidak berlangsung lama. Perasaan gugup kembali melandaku. 'Tolong aku Tuhan.'
.................
Aku sudah berbaring di ranjang pesakitan. Menatap langit langit kamar rawat. Sebentr lagi aku akan dibawa ke ruang operasi. Aku takut. Takut jika test ini sia-sia. Takut jika Suri harus menuggu lebih lama lagi. Takut jika aku tidak bisa melakukan apa-apa untuk Suri.
"Oppa. Semangat." Namie berbicara tanpa mengeluarkan suara, tapi semangatnya tetap sampai padaku. Aku balas tersenyum. Pintu kamar terbuka dan menampilkan beberapa suster yang akan mengantarku ke ruang operasi.
"Bagaiman Namjoon-ssi. Sudah siap??" Dokter Hyun bertanya dengan nada suara lembutnya.
"Ya dokter. Aku sudah sangat siap. Lagi pula ini baru test, belum operasi yang sebenarnya. Ya kan??" Dokter Hyun hanya tersenyum menanggapiku. "Baiklah kalau begitu. Jangan tegang ya. Rileks saja." Aku dibantu perawat berbaring dengan posisi yang tepat. Tubuh miring meringkuk. Aku bisa merasakan dinginnya kapas yang sudah bercampur dengan cairan anastesi menyentuh kulit belakangku. Dinginnya jarum suntuk bisa aku rasakan menembus pangguoku. Aku tau jika operasi sumsum tulang belakang tidak pernah membius pasien secara total. Jadi aku sudah menyiapkan mental yang kuat untuk ini, agar aku tidak mengacau nantinya.
Perawat memegang tubuhkan agar tidak bergerak dari posisi semula. Karena jika terjadi kesalahan sedikit saja, itu akan berakibat fatal. Perlahan tapi pasti aku bisa merasakan jarum suntik menembus kulitku. 'Ya Tuhan.. ini sakit sekali.' Aku bisa merasakan jarum suntik yang sudah tertanam di dalam. Perlahan tapi pasti, rasa nyeri tadi berubah menjadi sangat menyakitkan. Suster dan perawat tetap pada tugasnya membantuku agar tidak bergerak. 'Ya tuhan, tolong aku. Aku tidak mau kalah dengan rasa sakit ini. Ini baru test. Aku belum mendonorkannya pada Suri. Kuatkan aku Tuhan.' Aku terus berdo'a dalam hati. Rasanya tidak terjabarkan. Seperti sesuatu yang terhisap kuat, namun sangat nyeri.
Dalam keadaan masih terpejam kuat, aku merasakan benda dingin dan panjang itu keluar dari tubuhku. Dan tanpa sadar aku menghembusakan napas lega.
"Kerja bagus namjoon-ssi." Salah seorang perawat yang mebantuku tadi berucap sambil mengusap pelan lengan telanjangku. Aku hanya tersenyum menanggapinya. Sedangkan dokter dan perawat yang lain membantu menyelesaikan pekerjaannya dengan cepat.
"Kerja bagus namjoon-ssi. Aku bangga padamu." Dokter Hyun berucap lembut padaku.
"Terima kasih dokter." Ucapku dengan senyum lemah. Perawat dan dokter yang lain juga mengucapkan selamat padaku. Aku tidak tahu ini untuk apa, tetapi aku merasa telah melakukan sebuah pekerjaan yang sangat besar.
.
.
.
.
.
.TBC
Huaaaa....!!!!
Udah berapa lama nggak update?? Lama banget ya.
Hemm.. aku mau minta maaf kalo capter kali ini nggak nge-feel sama sekali. Aku juga bingung gimana jabarinnya.
Udah itu aja. Aku cuma mau mengucapkan terima kasih dan maaf yang sebesar besarnya😊😊🙇🙇Sampai jumpa di capter selanjutnya..
Next?? Vote!!
Love, JoJoon💜
KAMU SEDANG MEMBACA
Changes > KNJ (Discontinued)
Fanfictionketika semua sudah tak lagi sama. Biarkan masa lalu tetap pada tempatnya. . . . . . . . We must move on.. :)) Start 18082018 End ?? Love, JoJoon💜 (Di lanjut pas ada waktu dan ide ya🙇maaf banget buat pembaca yang udah nungguin dan terima kasih s...