"Perkenalkan, Mr. Gregory Erico. Direktur baru NASA, sebelumnya dia adalah seorang penyelam." ucap Ethan dalam rapatnya yang dihadiri oleh banyak kolega penting, tak terkecuali tim-nya sendiri.
Pria tinggi itu tersenyum manis, lalu menaiki tangga menuju mimbar untuk sedikit berpidato.
"Ekhm, Salam kenal, sedikit mengenai diriku, Gregory Erico, just call me Eric. i'm a dentist, dan saya adalah alumni Harvard University, jurusan kedokteran. Maybe, ada yang satu kampus denganku?" Direktur mencoba mencairkan suasana, terlihat air muka para staf-nya yang tegang.
Caitlin segera mengangkat tangannya sigap, bahkan sebelumnya ia terpesona oleh direktur barunya, yang ternyata adalah kakak tingkatnya sendiri waktu kuliah.
"Jur-"
"Aku dari jurusan Geografi, direktur." potong Caitlin dengan cepat.
"Sepertinya kita harus memasuki susunan yang pertama, direktur. Mengingat waktu, hampir memasuki jam makan malam." Ethan mengetuk jam tangannya, mengingatkan.
"Baiklah, Mr. McCagall. Kali ini kita akan membahas proyek baru kita dengan tim yang sudah kutentukan sendiri anggotanya." Eric menyatukan kedua telapak tangannya.
Ethan memicingkan mata, entah mengapa ia merasa akan kembali terlibat dalam proyek ini. Wajar dia memang terlibat, namun terlibat disini dalam arti, sesuatu yang berbahaya.
Dan memang benar, proyek ini bahkan sangat berbahaya. Bahkan lebih berbahaya dari proyek MCRA.
"Kita sebut proyek ini, Ti-Er-Ei project. (TRA project). Ada yang pernah menonton film ini?" Eric mengganti slide yang lain, hingga menampilkan sebuah poster film yang membuat Damian terkaget.
"Ant-man And The Wasp?" tanya Damian.
"Ya, Mr. Conlatte, inilah proyek kita."
Proyek film? Yang benar saja!
"Tapi direktur, apa hubungannya dengan ini?" Damian heran.
Direktur mengganti slide, menampakkan gambar potongan sebuah organisme yang berada di sebuah ruang di film Ant-man and the wasp.
"Wait, organisme itu berada sebelum memasuki alam quantum, apa yang-"
"Inilah yang kumaksud, Mr.Conlatte. Rapat selesai. Selain mantan kru A-397 & Hermes, keluar sekarang juga." Direktur menyudahi presentasinya.
Setelah yang tidak berkepentingan keluar, Ethan angkat bicara.
"Anda mau kami masuk ke alam quantum?" Damian terasa sangat mengganjal karena direktur sedari tadi mengulur waktu untuk menjelaskan semua ini.
"Tidak usah terlalu formal kepada bajingan ini, Damian. Sudah jelas tujuan rapat ini untuk proyek organisme itu. Seharusnya aku keluar dari NASA setelah gagal dulu." Ethan melonggarkan dasinya.
"Ah, benar. Tidak usah terlalu formal padaku. Dan sepertinya teman lamaku merasa iri padaku." sindir Eric.
"TEMAN LAMA??!" Semua yang ada diruangan tersebut kaget.
"Oh, ayolah. Aku bahkan tidak menganggapnya teman!" bantah Ethan.
"Baiklah, aku tetap temanmu. Sekarang, mari kita fokus pada makhluk kecil mengagumkan ini," Direktur mengangkat sebuah tabung kaca kecil yang sepertinya kosong, tidak ada isinya.
"Err, tidak ada makhluk atau apapun disitu, direktur-" potong Martin.
"Itu sebabnya aku sudah menyuruhmu untuk membawa beberapa mikroskop dari laboratorium, Mr. Andretti. Dan sepertinya kau tidak melakukan tugasmu." Kata direktur jealous.
Martin menyengir sambil menggaruk kepalanya yang tidak gatal, namun karena digaruk tiba-tiba rasa gatal itu muncul, ah sial, kini Martin benar-benar harus menggaruk kepalanya.
"Kita memerlukan makhluk ini untuk pembaruan teknik Cyrogenic, makhluk ini sebagai penyokong utama kecerdasan buatan, memperbaiki serta menambah sel kekebalan tubuh dan sistem imun, bahkan jika kita menggunakannya dengan benar, makhluk ini adalah satu-satunya penawar virus HIV/AIDS. Jika penyakit mematikan itu dapat tersembuhkan oleh makhluk ini, menjamin bahwa makhluk ini juga dapat menyembuhkan penyakit lainnya bukan?"
Ethan, Damian, Megan, Alan, Caitlin, Martin, Luis, dan Matthew menganga seketika. Makhluk apa dia sebenarnya?
Namun dengan segera, Ethan dan Damian saling pandang. Mereka harus mengambil misi ini.
"Dan, makhluk itu berada di alam quantum, benar?" tanya Matthew.
"Memang benar. Tapi aku tidak akan menyuruh kalian untuk pergi ke alam quantum, yang benar saja! Sensor pendeteksi suhu panas untuk hal-hal semacam ini yang kusebar di 8 negara memprediksi adanya kumpulan populasi makhluk ini yang melimpah. Dan kalian tahu dimana?" Direktur memutar globe dihadapannya, "Disini." Telunjuk direktur mengetuk-ngetuk negara Indonesia. Tidak, tepatnya pulau yang bergandengan dengan negara Malaysia.
"Kalimantan? Itu di Indonesia bukan?" tanya Ethan kepada Damian.
"Benar. Maksudmu, kami harus kesana untuk mendapatkan makhluk ini?" Damian merasa ada hal buruk yang akan terjadi.
"Tepatnya, Hutan Kalimantan, Mr. MCagall. " Direktur membenarkan.
"Oh, aku mengerti sekarang. Rupanya kau masih dendam kepadaku semenjak kelulusan SMA dulu, Eric? Dan sekarang kau mencoba membunuhku melalui proyek ini di hutan Kalimantan? Kau mau aku dicabik-cabik harimau, hah?!" Ethan emosi.
Luis mendekat pada Damian, membisikkan sesuatu.
"Sst, apa dia selalu punya musuh?" Damian hanya menatap Luis dengan tatapan ya.
"Kau raja hutan, mana mungkin harimau akan mencabik-cabik dirimu," jawaban direktur sontak membuat seisi ruangan tertawa kecuali direktur dan Ethan sendiri.
"Sialan."
"Kapan proyek ini dimulai?" kini Megan berbicara.
"Besok malam. Maksimal 6 orang dalam misi ini, kalian bisa menambah orang kepercayaan kalian. Jika berhasil, pecayalah, akan kuberi sepadan dengan apa yang telah kalian dapat," Direktur memberi semangat.
"Em, direktur. Maaf lancang, sebelumnya kau belum memberitahu kami nama makhluk itu-" Matthew menginterupsi.
Direktur menghela nafas, seakan berat untuk mengatakan bahwa makhluk yang harus mereka dapatkan adalah,
TARDIGRADA.
NASA
KAMU SEDANG MEMBACA
NASA : Tardigrada (3) | SUDAH TERBIT
Science FictionDiterbitkan oleh Erye Art, 2022 [𝗦𝗲𝗿𝗶 𝗸𝗲𝘁𝗶𝗴𝗮 '𝗡𝗔𝗦𝗔'] Ketika tim laboratorium NASA mendapat misi pencarian sebuah habitat mikro, perlahan menguak fakta mengenai hal yang selama ini mereka tidak ketahui. "You think you know, you know not...