1 minggu kemudian.
Naya tak percaya jika hari ini dia kembali menjadi seorang pengantin. Wajahnya dirias sedemikian rupa hingga dia sendiri merasa pangling. Tubuhnya juga sudah dibalut oleh sebuah gaun pengantin. Naya juga memakai kerudung yang membuatnya terlihat semakin cantik dan anggun.
Satu minggu berkenalan dengan Arka, Naya tahu kalau Arka orang yang patuh dan taat pada agama. Bahkan, Arka meminta agar Naya memakai kerudung saat menikah. Karena penasaran, Naya pun memakainya. Dan hasilnya, benar-benar luar biasa. Seluruh anggota keluarga Naya terkagum-kagum melihat kecantikan Naya.
Alasan itu juga lah yang membuat Arka mempercepat proses pernikahan mereka. Arka bilang, seorang wanita dan pria yang tidak memiliki hubungan darah itu haram jika bersentuhan. Karena itu juga, Arka ingin pernikahan dia dan Naya berjalan secepatnya agar mereka halal.
Saat Arka meminta hal itu, Naya pun menyanggupinya. Entah kenapa, mendengar alasan Arka membuat hati Naya tersentuh. Dia yakin, Arka memang pemimpin yang baik baginya.
Dan Naya juga tahu kalau kebanyakan mantan pacar Arka ternyata seorang muslimah. Arka menyebutnya mantan pacar. Tapi, ibu Arka bilang kalau mereka hanya berta'aruf dan mencari kecocokan. Karena tidak memiliki kecocokan dengan para wanita itu, Arka pun tak jadi menjalani hubungan dengan mereka. Dan saat dengan Naya, Arka langsung mantap untuk segera menikah. Mungkin, itu yang dinamakan jodoh.
"Naya, ayo. Arka sudah menunggumu dibawah." Afi, sepupu Naya bicara. Naya mengangguk pelan dan bangkit berdiri dibantu oleh Afi.
"Naya, kau beruntung sekali mendapatkan suami seperti Arka." Ucap Afi. Mereka berjalan keluar dari kamar milik Naya. Acara akad dan resepsi memang dilakukan di rumah ibu Naya.
"Dia belum menjadi suamiku Afi." Balas Naya.
"Yah terserah kau saja. Pokoknya, kau beruntung sekali. Aku yakin, dia bahkan jauh lebih bagus dan jauh lebih baik dari pada Marcel." Lanjut Afi. Mendengar nama mantan suaminya disebutkan membuat Naya murung. Afi merasa bersalah melihatnya.
"Maafkan aku Naya. Tapi, kau harus melupakannya. Sekarang, ada Arka yang siap untuk menjagamu dan mendidikmu menjadi istri yang baik dan sholehah." Lanjut Afi. Afi tersenyum lembut pada Naya berusaha menenangkan sepupunya itu.
"Kau harus buktikan pada dua pengkhianat itu kalau kau kuat dan kau akan bahagia selalu." Ucap Afi lagi. Naya tersenyum mendengarnya.
"Iya Afi. Aku akan bahagia. Aku akan bahagia bersama Arka." Balas Naya. Afi tersenyum lebar mendengarnya. Dia turut bahagia melihat kebahagiaan sepupunya yang sudah dia anggap saudara sendiri.
"Sekarang bersiaplah. Sebentar lagi kau akan menjadi Nyonya Pradipta."
***
Naya kini sudah duduk disamping Arka. Pipi Naya merona malu melihat penampilan Arka yang begitu mempesona baginya. Arka memakai setelan berwarna putih yang senada dengan warna gaun pengantin Naya. Arka juga memakai peci berwarna putih yang membuatnya terlihat semakin tampan.
"Mari kita mulai." Ucap penghulu yang akan menikahkan Arka dan Naya. Naya menarik nafas panjang dan menghembuskannya dengan perlahan. Ada rasa sedih yang melingkupi hati Naya hari ini. Karena di hari pernikahannya bersama Arka, ayahnya tidak ada. Tapi, Naya yakin ayahnya akan bahagia diatas sana jika dia juga bahagia menikah dengan Arka. Yang menjadi wali Naya pun adalah paman Naya dari pihak ayah yang sengaja datang ke Jakarta dari Malaysia demi menjadi wali Naya.
"Saya nikahkan dan kawinkan saudara Arka Pradipta bin Hendra Pradipta dengan saudari Kanaya Arsinta binti Hermawan dengan mas kawin berupa emas 34 gram dan uang tunai senilai 25 juta beserta seperangkat alat sholat dibayar tunai."
"Saya terima nikah dan kawinnya Kanaya Arsinta binti Hermawan dengan mas kawin berupa emas 34 gram dan uang tunai senilai 25 juta beserta seperangkat alat sholat dibayar tunai." Setelah itu, ucapan kata sah memenuhi ruangan tempat diadakannya akad. Naya tersenyum kecil dan setetes air mata keluar dari sudut matanya. Ini adalah pernikahannya yang kedua. Dan Naya berharap, ini adalah pernikahannya yang terakhir.
Selesai mengucapkan ijab qabul, Naya mencium punggung tangan Arka sebagai tanda hormat. Sedangkan Arka mencium kening Naya sebagai tanda kasih dan sayang. Lalu, mereka saling memakai cincin dan mulai menandatangani surat nikah mereka. Dan mulai detik ini, mereka sudah sah menjadi pasangan suami istri.
"Akad sudah selesai. Sebaiknya, kalian istirahat dulu. Dua jam lagi acara resepsi di mulai." Ucap Lia, ibu Arka. Pengantin baru itu pun mengangguk pelan sebagai jawaban.
"Istirahat saja di kamar Naya. Karena sekarang, kamar itu jadi kamar kalian berdua." Lanjut Rida. Arka tertawa pelan mendengarnya. Sedangkan Naya merona malu dan menundukkan kepalanya.
"Baiklah. Aku dan Naya ke atas dulu." Pamit Arka. Dia meraih telapak tangan Naya dan menggenggamnya dengan erat namun penuh kelembutan. Setelah itu, mereka berjalan menaiki tangga menuju kamar Naya.
Melihat Naya yang terlihat kesusahan berjalan akibat hak tinggi, Arka pun berinisiatif menggendong Naya. Dia kasihan melihat Naya yang terlihat kesusahan dan kesakitan.
"A-arka..." Ucap Naya dengan gugup. Wajahnya merah padam karena sekarang dia berada didalam gendongan Arka.
"Aku akan lebih senang jika kau mau mau menyebutku dengan sebutan Mas." Balas Arka dengan senyuman lembutnya.
"Maaf." Cicit Naya. Dia merasa malu karena baru saja bertindak tidak sopan pada Arka yang sekarang sudah menjadi suaminya.
"Tak apa. Ngomong-ngomong, kamarmu yang mana?" Tanya Arka. Dia berdiri diantara dua pintu yang saling berhadapan.
"Yang ini." Jawab Naya seraya menunjuk pintu di sebelah kanan. Arka mengangguk dan membuka pintu lalu masuk ke dalamnya. Senyuman terukir di bibir Arka melihat kamar Naya yang sudah dihias dengan indahnya.
"Mas, turunkan aku." Pinta Naya. Dia merasa malu karena terus digendong oleh Arka. Arka pun menurunkan Naya di atas ranjang dengan posisi duduk. Setelah itu, Arka berjongkok dan melepaskan hak tinggi yang dipakai Naya. Naya membelalak kaget melihat apa yang dilakukan Arka.
"Mas, biar aku saja yang melepaskannya." Ucap Naya tak enak hati. Tapi, Arka menolak dan tetap melepaskan sepatu Naya.
"Kau pasti kesakitan memakainya. Jika tidak nyaman, jangan dipakai." Balas Arka. Selesai melepaskan sepatu Naya, Arka melepaskan peci yang dia pakai dan dia menyimpannya di atas nakas. Setelah itu, Arka duduk di samping Naya dengan tangan yang merangkul pinggang Naya.
"Apa kau merasa gerah?" Tanya Arka. Kepala Naya bergerak mengangguk pelan. Dengan penuh perhatian, Arka pun melepaskan kerudung yang dipakai Naya. Kerudung itu begitu berbelit dan banyak hiasannya membuat Arka sedikit lama melepaskannya.
"Kau itu cantik. Tapi lebih cantik lagi jika auratmu tertutup." Ucap Arka. Naya menatap Arka dengan mata berkaca-kaca. Apakah Arka ini malaikat yang dikirimkan Tuhan untuk dirinya?
"Terima kasih." Ucap Naya terharu. Dengan berani, Naya menyandarkan kepalanya di dada Arka. Arka tak keberatan dan tangannya bergerak memeluk tubuh Naya.
"Naya, maaf karena mas kawin yang aku berikan padamu tidak banyak." Ucap Arka. Naya tersenyum kecil mendengarnya.
"Tak apa Mas. Banyaknya mas kawin tidak menentukan seberapa setianya dirimu. Percuma jika Mas memberiku mas kawin yang banyak tapi Mas sendiri tidak bisa menjaga pernikahan kita." Balas Naya. Dia jadi teringat dengan pernikahannya bersama Marcel dulu. Mas kawin yang diberikan Marcel begitu banyak dan mewah. Tapi, ternyata pernikahan mereka tak bisa berlangsung lama.
"Kau benar." Balas Arka. Dia mencium kening Naya dan menarik Naya untuk berbaring bersamanya di atas ranjang.
"Tidurlah. Nanti aku bangunkan saat acara resepsi akan dimulai." Ucap Arka. Naya mengangguk dan mulai memejamkan matanya. Posisinya tetap berada didalam pelukan Arka. Karena posisi itu juga, Naya dengan cepat pergi ke alam mimpi.
______________________________________
Hai hai...
Bagaimana???
Jangan lupa vote dan komennya ya...
KAMU SEDANG MEMBACA
Pernikahan Kedua
RomanceNaya tahu kalau dia tidak bisa terus hidup dalam kesedihan dan kebenciannya pada sang sahabat juga sang mantan suami. Naya tahu kalau usianya yang masih muda dia harus membuat dirinya sendiri bahagia. Namun, kandasnya pernikahan pertamanya karena pe...