Arka dan Naya duduk berdampingan di atas kursi pelaminan. Sesekali mereka berdua bangkit berdiri untuk menyalami para tamu undangan yang datang.
"Naya, tidak baik bersikap seperti tadi pada mertuamu." Ucap Arka. Tangannya menyentuh punggung Naya dengan lembut. Wajah Naya yang semula tertunduk kini mendongak.
"Mereka bukan mertuaku lagi Mas." Balas Naya dengan suara pelan. Arka menghembuskan nafas pelan mendengarnya. Tangannya meraih dagu Naya agar Naya menatapnya.
"Naya, sejahat apapun mantan suamimu dulu, orangtuanya pasti tidak berharap anaknya akan seperti itu. Lagi pula, seorang suami bisa menjadi mantan. Tapi, seorang mertua tidak akan pernah menjadi mantan. Apa ada istilah mantan mertua?" Naya menundukkan kepalanya karena tak berani menatap Arka.
"Bersikaplah baik pada mereka. Karena mereka juga orangtuamu." Ucap Arka dengan suara lembutnya.
Tadi, orangtua Marcel datang untuk mengucapkan selamat atas pernikahan Naya dengan Arka. Mereka juga meminta maaf pada Naya atas kelakuan anak mereka yang sudah menyakiti hati Naya. Tapi, rasa sakit hati Naya karena Marcel membuat Naya menjadi bersikap buruk pada orangtua Marcel. Padahal, orangtua Marcel juga tidak menyangka kalau anaknya akan berbuat seperti itu. Tahu kalau kehadiran mereka hanya mengganggu Naya, mereka pun memutuskan untuk langsung pulang setelah bersalaman dengan Arka. Tak lupa, mereka juga menitipkan Naya pada Arka. Mereka tidak ingin apa yang pernah diperbuat Marcel pada Naya juga dilakukan oleh Arka.
Arka tahu kalau rasa sakit hati Naya belum sembuh. Namun, dia tidak bisa membenarkan tindakan Naya tadi. Bagaimana pun juga, orangtua Marcel tidak bersalah.
"Yang salah adalah mantan suamimu. Bukan kedua mertuamu." Ucap Arka lagi. Naya hanya diam dan menundukkan kepalanya. Melihat itu, Arka pun tersenyum kecil.
"Jangan bersedih." Ucap Arka. Dengan berani, dia menarik tubuh Naya dan mencium kening Naya dengan lembut. Arka bisa merasakan tubuh Naya yang menegang karena ciumannya.
"Ada tamu lagi." Ucap Arka. Naya menatap ke samping dan memang ada tamu yang datang. Mereka pun bangkit berdiri dan kembali bersalaman dengan tamu yang baru datang.
***
Hari mulai petang dan acara resepsi sudah selesai. Arka memang sengaja mengatur acara resepsinya hanya sampai waktu maghrib saja. Jika terlalu malam, Arka takut Naya kelelahan.
Suara adzan maghrib baru saja terdengar. Arka sudah mengganti pakaiannya. Dan sekarang, Arka akan mengambil wudhu untuk segera melaksanakan sholat maghrib.
"Naya, kita sholat bersama." Ajak Arka. Naya yang sedang duduk dipinggir ranjang langsung bangkit berdiri dan menatap Arka. Arka bisa melihat kegelisahan di mata Naya. Dengan penuh pengertian, Arka mendekati Naya dan berdiri dihadapan Naya.
"Ada apa Naya?" Tanya Arka. Naya menggigit bibir bawahnya.
"Aku tidak tahu bagaimana caranya wudhu dan sholat." Jawab Naya dengan suara pelan. Naya menundukkan kepalanya karena merasa malu. Dia malu oleh Arka.
Arka terdiam mendengarnya. Lalu, dia tersenyum kecil. Tangannya terulur ke arah Naya membuat Naya kebingungan.
"Ayo kita ambil wudhu bersama. Nanti aku beritahu bagaimana caranya." Ucap Arka. Dengan ragu, Naya meraih uluran tangan Arka. Dan mereka pun berjalan menuju kamar mandi bersamaan.
"Bagaimana caranya?" Tanya Naya pada Arka. Kini mereka sudah berhadapan dengan keran air. Lengan baju mereka juga sudah dinaikkan sampai ke atas siku.
"Pertama-tama, berdo'alah. Lalu, basuh kedua telapak tanganmu." Ucap Raka. Naya memperhatikan Arka dan mulai mempraktekkannya.
Bukannya tidak bisa, Naya sebenarnya pernah belajar wudhu dan sholat saat masih duduk di bangku sekolah. Tapi, setelah keluar sekolah, Naya tidak mengamalkannya hingga dia lupa bagaimana cara dan urutannya.
"Setelah selesai, menghadaplah ke arah kiblat dan berdo'a." Ucap Arka. Naya mengangguk pelan mendengarnya. Arka memang belum wudhu. Barusan dia hanya mengajari Naya.
"Kamu tahu niat wudhu dan do'a-do'anya?" Tanya Arka. Kepala Naya menggeleng pelan mendengarnya. Lagi, Arka tersenyum melihatnya. Dia tahu kalau Naya jauh dari agama. Maka dari itu, tugasnya sebagai seorang suami adalah mendidik dan membimbing Naya ke jalan yang benar.
"Yang terpenting adalah niat. Untuk do'a yang lain, kamu bisa menghafalkannya dulu. Sekarang, ikuti aku." Ucap Arka. Arka mulai membacakan niat wudhu. Naya mendengarkan dan berusaha menghafalnya. Karena tidak terlalu panjang, Naya pun mudah mengingatnya.
"Sekarang, ayo berwudhu. Nanti kita kehabisan waktu untuk melaksanakan sholat maghrib." Ujar Raka. Naya mengangguk dan mulai mempraktekan apa yang diajarkan Raka barusan. Untungnya, Naya mudah mengingatnya.
Setelah selesai berwudhu, mereka berdua keluar dari kamar mandi bersamaan. Arka berjalan terlebih dahulu dan Naya mengikuti dari belakang. Sejadah sudah digelar dan Arka sedang menunggu Naya memakai mukena. Arka tersenyum ke arah Naya membuat Naya malu.
"Apa ada yang salah?" Tanya Naya.
"Rambutmu masih terlihat." Ucap Arka. Dia berjalan mendekati Naya dan membantu Naya membenarkan mukenanya tanpa bersentuhan kulit. Karena Arka tahu, jika dia bersentuhan dengan Naya, maka wudhunya pun batal.
"Selesai." Ucap Arka.
"Kamu hafal niat sholat?" Tanya Arka. Kepala Naya menggeleng lagi. Hal itu membuat Arka terkejut.
"Maaf." Ucap Naya yang tahu kalau Arka tidak percaya. Arka kembali tersenyum dan tertawa kecil.
"Baiklah. Untuk sekarang, kamu hafalkan niat sholat dulu. Setelah selesai sholat nanti, aku akan mengajarkanmu semua bacaan sholat." Ucap Arka. Naya mengangguk dan dia kembali mencoba menghafal niat sholat yang diucapkan oleh Arka. Setelah hafal, Arka dan Naya pun memulai sholatnya.
***
Hari sudah malam. Arka dan Naya sudah berganti baju dengan piyama setelah mereka menunaikan sholat isya.
"Terima kasih Mas. Sudah mau mengajariku." Ucap Naya. Mereka kini sama-sama duduk di atas ranjang.
"Iya sama-sama. Itu sudah menjadi tugasku." Balas Arka. Tangan Arka terulur menarik pinggang Naya agar mendekat padanya. Lalu Arka menarik tubuh Naya agar berbaring di sampingnya.
Naya terlihat kaku dan gugup. Arka yang tahu itu pun hanya tersenyum kecil melihatnya.
"Kamu pasti lelah. Tidurlah." Ucap Arka. Kedua tangan Arka bergerak memeluk tubuh Naya dengan erat. Tak lupa, Arka mendaratkan sebuah ciuman lembut dan mesra di kening Naya. Tubuh Naya bergetar karena menahan tangisan. Tangisan haru saat Arka memperlakukannya dengan begitu lembut dan penuh kasih sayang. Naya bahkan sampai meneteskan air mata. Dia benar-benar terharu.
"Naya, jangan lupa berdo'a sebelum tidur." Peringat Arka. Naya terkekeh pelan mendengarnya. Dengan berani, dia membalas pelukan Arka tak kalah erat. Sekarang, dia dan Arka sudah sah menjadi suami istri. Mereka berpelukan pun tidak menimbulkan dosa.
"Baik Mas." Balas Naya. Seperti anak kecil, Arka dan Naya pun membaca do'a sebelum tidur bersama-sama sampai akhirnya mata mereka tertutup bersamaan.
______________________________________
Hai hai...
Bagaimana???
Jangan lupa vote dan komennya ya...Btw, ada saran untuk visualnya Arka dan Naya?
KAMU SEDANG MEMBACA
Pernikahan Kedua
RomanceNaya tahu kalau dia tidak bisa terus hidup dalam kesedihan dan kebenciannya pada sang sahabat juga sang mantan suami. Naya tahu kalau usianya yang masih muda dia harus membuat dirinya sendiri bahagia. Namun, kandasnya pernikahan pertamanya karena pe...