03 - Bloodbound

268 61 104
                                    

    Ruangan besar dan megah dipenuhi dengan tirai-tirai merah yang menjuntai anggun di setiap pilar. Barisan prajurit berpakaian armor bersiaga, masing-masing memegang tombak runcing yang menjulang tinggi, membentuk barisan yang rapi di sepanjang jalan utama menuju kursi megah sang Kaisar.

    Di samping kursi kaisar yang terbuat dari batu marmer berukir, tampak kursi yang lebih megah, terbuat dari kayu jati yang melengkung ke atas-kursi sang Permaisuri.

    Hari ini adalah hari bersejarah bagi bangsa vampir. Putera mahkota yang terkutuk oleh petapa wanita tua harus menjalani ritual sihir saat ia mencapai usia lima ratus tahun.

    Konon, penawar dari kutukan itu akan muncul dari portal sihir yang dibuka oleh ritual tersebut. Karena itu, seluruh bangsawan vampir dan tokoh penting dari berbagai kelompok berkumpul untuk menyaksikan ritual suci ini.

    Ruangan itu dipenuhi oleh tatapan penuh perhatian terhadap sang putera mahkota yang kini sedang membacakan mantra, matanya terpejam dengan serius.

    Bibir merah kepucatan itu berhenti sejenak, dan bola matanya melirik ke atas dengan kilatan sihir merah yang menyala di dalam manik matanya.

    Tiba-tiba, lengan panjang dan kurusnya terangkat tinggi. Sinar biru terang bagaikan petir menyambar dari telapak tangannya, menggema dengan suara yang menggetarkan seluruh ruangan. Sebuah lingkaran sihir berkilauan muncul di lantai hingga retak.

    Kaisar dan Permaisuri terperanjat diikuti oleh mata para tamu yang hadir melotot tak percaya, terpesona oleh kekuatan luar biasa yang diperlihatkan oleh sang putera mahkota.

    Kehadiran gadis berambut pirang panjang dan bergelombang muncul dari sihir Putera Mahkota menciptakan kegemparan di dalam ruangan.

    Gadis dengan tubuh ramping dan wajah pucat itu tampak melayang di udara, memancarkan aura keindahan yang kontras dengan kepanikan yang menyelimuti aula. Suara ricuh mulai menggema, melibatkan kerumunan bangsawan dan tamu yang hadir.

    "S-seorang manusia?!" pekik sang permaisuri dengan mata melotot, melihat sosok gadis yang tampak asing dan tak diharapkan itu.

    Dengan gerakan yang penuh kekuatan, sang Putera Mahkota menurunkan lengannya, menggerakkan gadis itu perlahan ke lantai. la terjatuh lemah, tubuhnya membentur lantai dengan lembut namun penuh kepasrahan.

    Sang permaisuri dengan amarah yang memuncak segera bangkit dari kursi megahnya, "Apa-apaan ini? Mana penawar untuk kutukan puteraku? Kenapa manusia kotor dan hina seperti ini yang muncul di kerajaanku?!" teriaknya.

    Suaranya memecah ketegangan ruangan. Urat nadinya menonjol, menggambarkan kemarahan.

    Seorang bangsawan dari barisan belakang berbisik kepada rekannya, "Bagaimana bisa seorang manusia menjadi penyelamat untuk kutukan Putra Mahkota?"

    "Dia pasti membawa bencana," jawab bangsawan lainnya dengan nada gelisah. "Kita tidak bisa membiarkan ini berlangsung!"

    Sejarah kelam bangsa vampir terhadap manusia menjadi penyulut kebencian. Di tengah kekacauan, raut wajah gadis itu perlahan memancarkan aura sihir berwarna emas.

    Aura itu meluap lembut ke udara, seakan menciptakan halo keemasan di sekitar tubuhnya lalu berubah menjadi serpihan debu ke udara.

    "Ini bukanlah yang kuinginkan!" ucap sang pangeran, suaranya dingin dan menusuk.

    Dengan tatapan yang mencengkam, sang Putera Mahkota meraih leher jenjang gadis itu di udara dan mencekiknya dengan cengkeraman yang kuat.

    Rahangnya mengeras, dan gigi lancipnya tampak jelas dari sudut bibirnya saat ia tersenyum sarkastis.

Pure Flower BloodTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang