08 - The Codex

69 33 17
                                    

    Dengan langkah yang penuh keyakinan,    Odette melintasi koridor istana yang luas, mengenakan gaun merah gelap yang menawan. Kainnya mengalir lembut, membentuk siluet yang memikat saat cahaya menyinari setiap sudutnya dan potongan elegan yang menonjolkan bahu, menciptakan kesan berani namun tetap anggun.

    Di sekeliling dada, hiasan bunga dari sutra halus, membawa warna cerah di tengah gelapnya gaun. Roknya yang panjang melambai lembut di sekeliling kakinya.

    Rambutnya terurai bebas, menyentuh punggungnya dengan lembut, mengalir seperti air emas yang berkilau. Tiap langkahnya diiringi dengan keanggunan menjadikannya pusat perhatian yang tak mungkin diabaikan di tengah kemegahan istana.

 Tiap langkahnya diiringi dengan keanggunan menjadikannya pusat perhatian yang tak mungkin diabaikan di tengah kemegahan istana

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

    Setiap langkahnya bergema lembut di antara dinding-dinding besar yang dihiasi ukiran-ukiran rumit. Jendela-jendela tinggi yang berjajar di sepanjang koridor. Di belakangnya, para pelayan berjalan mengikuti langkahnya dengan enggan.

    Mereka tahu, meskipun wanita itu hanya manusia, perlakuan istimewa yang ia dapatkan dari Lancelot membuat mereka tak berani bertindak lebih jauh. Namun, rasa benci itu tetap tersulut di antara mereka.

    "Apa yang kalian bicarakan di belakang sana?" tanya Odette tiba-tiba, suaranya tenang namun penuh ketegasan.

    Ia tak berhenti berjalan, hanya melirik sekilas ke arah para pelayan di belakangnya.

    Salah satu dari mereka, seorang wanita muda dengan wajah yang ditundukkan, terkejut mendengar suara tuannya.

    "Tidak ada, Nona," jawabnya cepat, berusaha menyembunyikan kegelisahan.

    Odette tersenyum tipis, lalu kembali memusatkan perhatian pada koridor di depannya. Ia tahu mereka tidak menyukainya, dan itu tidak mengganggunya sama sekali.

    Ia menghela napas dalam-dalam, merasakan beratnya beban yang menyelimuti pikirannya. Sudah berhari-hari ia terjebak di istana vampir yang megah namun menyeramkan ini.

    Setiap hari terasa semakin menyesakkan. Tidur panjang yang ia alami bukanlah kelegaan, melainkan jebakan yang membawanya ke dunia mimpi yang aneh.

    Ketika ia akhirnya membuka mata, suasana gelap dan sunyi menyambutnya, seolah-olah ruang itu adalah satu-satunya hal yang ada di dalam hidupnya.

    "Mereka mungkin menganggapku lemah," pikirnya, sembari memperhatikan ornamen-ornamen di dinding yang begitu mewah.

    "Tapi mereka tak tahu apa yang kurencanakan."

    Langkahnya melambat saat ia tiba di persimpangan koridor. Matanya mengamati dengan saksama setiap sudut, seolah sedang menggambar peta mental dari istana besar ini.

    Ia perlu mempelajari setiap lorong, setiap jalan keluar. Jika ada satu kesempatan untuk melarikan diri, ia tidak akan menyia-nyiakannya.

    "Suatu hari nanti, aku akan keluar dari sini," gumamnya pelan.

Pure Flower BloodTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang