3%

1.5K 97 3
                                    


3%

Berhenti berjuang itu perlu, sebab kita juga perlu diperjuangkan.


Gadis yang tengah duduk dibangku kantin sendirian itu sangat bersemangat menghabiskan makanan kesukaannya, Roti bakar coklat.

Tak ada yang menemaninya, sebab sejak kedua orang tuanya tiada, tak ada satupun siswi yang mau berteman dengannya.

Dulu memang ia mempunyai teman namun sekarang tidak, sebab temannya dulu pindah sekolah.

Namun gadis itu Fine-fine aja, bahkan tak memikirkan tentang itu.

Menurutnya hidup bukan tentang teman, namun tentang diri kita sendiri, hidup kita tak berubah dengan ada tidaknya seorang teman. Menurutnya.

"Ehh" pekik Rere ketika piring berisi roti bakarnya diangkat oleh seseorang.

"Gue kan udah bilang, jangan kebanyakan makan yang manis-manis" bentaknya, siapa lagi jika bukan Arko.

"Ih, itu juga gak banyak kali" sebal Rere.

"Yakin gak banyak?"

"Yakin banget" katanya.

"Ok, gue tanya sama pedagangnya" ucap Arko lalu melangkah menuju pedagang roti bakar itu.

Bukan Rere jika tak bisa lolos dari ocehan lebar kali tinggi dari cowok cerewet itu.

Dengan langkah seribu, gadis itu berlari sekencang mungkin dan sejauh mungkin dari jangkauan cowok itu.

"Aretha!" Ucapnya kesal, bukannya mengeluarkan semua amarahnya itu kepada gadis kecil itu malah ia harus mengeluarkan uang untuk membayar makanan yang Rere makan.

Rere masih berlari, sesekali ia menengok kebelakang mengecek keadaan, apakah Arko mengejarnya atau tidak.

Bruk,,

Bokong milik gadis itu menyentuh lantai dengan kerasnya, ia mendongakkan kepalanya mengecek siapa yang menabraknya hingga bokong suci miliknya mencium lantai yang kotor.

"Kalo jalan yang bener dong" bantak Rere bengkit.

Menatap tajam cowok tinggi dihadapannya.

Tak dijawab, bagai mana rasanya?.

"Woy, bisu ya Lo? Apa gak ngerti bahasa Indonesia?" Tanya Rere dengan nada membentak, namun cowok itu masih tetap diam, menatap datar gadis didepannya.

Kedua tangannya ia masukkan kedalam saku celananya.

Bukannya menjawab, cowok itu malah memasang aerofon dikedua telinganya. Tentu saja hal ini membuat gadis pendek dengan kuncir kuda itu tambah emosi.

"Heh, sok cool Lo" bentak Rere, tetap saja tak dijawab.

Cowok itu malah melesat meninggalkan Rere yang masih mengoceh ditempat.

"Dasar cowok songong gak tau malu"  jerit Rere tak tau malu, padahal semua siswa-siswi yang berlalu lalang memandangnya dengan pandangan bingung.

"Jangan teriak-teriak, kaya suaranya bagus aja" suara itu lagi, suara Arko.

Rere membulatkan matanya lebar-lebar, lalu menengok ke sumber suara.

Benar saja, tak jauh dari tempat ia berdiri, Arko berdiri dengan gaya soknya, satu tangannya ia masukkan kesaku celana dan satu tangannya lagi ia gunakan untuk menyender didinding.

"Iya dong, suara gue kan emang bagus banget" dengan kepercayaan diri yang sangat tinggi Rere mengatakan hal itu.

"Disamain sama anjing ngeggonggong  aja, masih bagusan suara anjing ngeggonggong" cibir Arko membuat gadis itu memanyunkan bibirnya kesal.

"Bodo amat, gue gak percaya sama apa yang Lo ucapin" kata Rere.

"Gue juga gak peduli Lo mau teriak-teriak kek orgil apa kaya gorila, yang perlu Lo ketahui, Lo belum bayar roti bakar yang elo makan" katanya.

"Aduh, gue sakit perut. Gue ke WC dulu ya" kata Rere lalu berlari lagi, padahal arah WC berlawanan dengan arah ia berlari.

Bruk..

Lagi, seperti Dejavu.

Rere menabrak cowok yang sama, namun bedanya kali ini, Rere tak banyak mengoceh, gadis itu terus berlari lantaran ia tau jika Arko mengejarnya.

"Cewek aneh" batin cowok yang ditabrak Rere.

Cowok ber-name tag 'Rizal Setiawan' itu terus melangkah menuju ruang kepsek untuk mengambil tas nya.

Yap, cowok yang memiliki tinggi badan yang bisa dibilang sangat tinggi itu adalah murid pindahan, hari ini adalah hari pertama kepindahannya.

Namun sudah disambut tak enak oleh gadis aneh yang menabraknya dua kali berturut-turut.

See you..

Salman

@sellaselly12

Aretha = Rere

Aretha (Hiatus) 😅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang