12%

1.7K 100 25
                                    


11%

Udara dingin malam menusuk badan mungil milik gadis berkuncir kuda yang memakai sweater pink dengan celana sebatas paha.

Dengan sumpah serapah yang selalu ia ucapkan dalam hati, ia harus menaiki sepedanya menerobos kegelapan malam.

Tak jarang ia mendapat godaan tak kala melewati beberapa gerombolan anak laki-laki yang tengah menongkrong.

Jam yang melekat dipergelangan tangannya itu menunjukkan pukul setengah sembilan, waktu yang pas untuk segera tidur.

"Ternyata suasana larut malem tuh kek gini ya? Ngeri gue" gerutunya menggidikan bahunya.

Gadis dengan seribu khayalan itu membayangkan yang tidak-tidak, seperti ia akan di culik seperti di novel-novel dan akan dijadikan bahan taruhan.

Atau ia akan dihampiri pria tampan yang akan mengantarnya pulang seperti di film-film. Ah,, sudahlah itu hanyalah khayalan semata-mata ia ingin membahagiakan dirinya sendiri.

Gadis itu menyelimuti kepalanya menggunakan cindung dengan ukuran over zise itu beriringan dengan segerombolan cowok yang sepertinya mengikuti dari belakang.

Ekor matanya menengok kebelakang, benar saja ada tiga orang cowok yang mengikutinya.

Gadis itu memberhentikan sepedanya, ingin melontarkan kata-kata kasar namun belum sempat ia mengeluarkan nya ia dikejutkan lantaran bukan dirinya yang diikuti.

Tiga cowok itu berjalan melewatinya begitu saja.

"Sialan, gue kira gue bakalan digodain kaya wanita cantik, ternyata bener kata Arko kalo gue gak ada yang ditariki" katanya.

Rere kembali menjalankan sepedanya untuk mencari tukang martabak telur dan tentunya juga es kelapa muda yang sangat mustahil ditemukan dilarutkan malam seperti ini.

"Akhirnya ketemu juga tuh tukang martabak" ucapnya dengan girangnya langsung memarkirkan sepedanya dan bergegas untuk memesan satu porsi martabak telur.

"Maaf neng, saya mau tutup" kata bapak-bapak paruh baya yang memakai topi berwarna putih dengan berbagai moda disana serta handuk yang tersampir di lehernya.

"Gak boleh, saya kan belum beli pak" kata Rere menyengir kuda.

"Aduh neng, maaf bapak gak bisa lama-lama disini, neng juga cepet pulang, bahaya kalo ada di kawasan sini" ucap bapak-bapak itu dengan ketegasan serta kepanikan.

Rere mengerucutkan bibirnya kesal membiarkan laki-laki itu pergi membawa gerobak martabak.

"Ya Allah, kenapa gue sial banget sih" ucapnya kesal.

Tak disangka benar kata tukang martabak tadi, kawasan itu sangat menakutkan. Lampu jalanan yang memiliki cahaya remang-remang, banyak semak-semak disana serta rumah yang tak terawat membuat kesan horor dikawasan sana.

Bulu kuduk gadis itu berdiri, membayangkan hal-hal yang ada dalam adegan-adegan sebuah film horor dalam negri ataupun luar negri yang sering ia tonton.

Tangannya merogoh saku sweater pink miliknya, mencari benda pipih yang tak lain adalah ponsel.

Sial, ponsel yang sering ia bawa kemana saja sekarang tak ia bawa "sial mulu hidup gue, kapan coba bisa bahagia" katanya menggerutu.

Menghentakkan kakinya kembali melangkah menuju sepeda miliknya, matanya menyipit melihat barang yang ada di dalam keranjang sepeda miliknya.

Disana ada koreng api, otaknya kembali berfantasi.

Dinyalakan koreng api itu dan memohon seperti pada cuplikan drama Korea dengan judul 'Goblin' pasti kalian pernah lah menonton adegan itu.

"Gue harap gue punya pacar yang tajir" katanya ngawur lalu meniupnya hingga padam.

Dengan kesal ia membuang koreng api itu lalu menginjaknya dengan kesal, bodoh sekali dirinya percaya begitu saja dengan setiap film serta novel atupun buku cerita lainnya yang sering ia baca atupun ia tonton.

Serangggg....

Mata gadis itu membulat, ingin berlari namun kemana. Jalan dibagikan kanannya ada sekelompok besar orang dengan tangan membawa berbagai senjata yang tak lazim.

Begitupun dengan jalan dibagikan kirinya yang tak jauh lebih parahnya dari jalan bagian kanannya, matanya membulat.

Benar kata tukang martabak tadi, bahwa daerah ini sangatlah tak aman bagi gadis secantik Rere.

Dengan langkah gemetar, gadis itu memundurkan langkahnya bersembunyi dibalik semak-semak yang tak jauh dari sepeda miliknya.

"Semoga aja ada yang nolongin gue, paling tidak cogan deh" gerutunya, dasar korban novel. Didalam situasi seperti itu yang menurut orang normal akan menjadi momen yang sangat menakutkan namun bagi gadis dengan seribu imajinasi itu membuat imajinasi otaknya bekerja begitu lancar.

Ia membayangkan, jika ada cogan yang membantunya. Atau bad boy yang tiba-tiba menembaknya ditengah-tengah situasi tawuran.

Atau paling tidak ada seorang cogan yang akan membawanya pergi dari tempat itu, mengantarnya pulang layaknya cowok gentle lalu meminta nomor teleponnya untuk sekedar modus.

"Siapa Lo?" Suara bas dari arah belakang tubuhnya membuat imajinasi otak gadis itu seketika buyar.

Matanya langsung menutup rapat tak bisa melihat apa-apa, Rere pingsan.

Bahkan gadis itu belum tau siapa yang memanggilnya yang pasti dari nada suaranya pasti laki-laki.

Gadis itu keburu pingsan karena mungkin kaget atau ketakutan atau kelelahan.

See you next part

Salman
@sellaselly12

Vottment

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Dec 30, 2018 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Aretha (Hiatus) 😅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang