2

55 11 1
                                    

"Maaf bu, tadi Kasih rapat OSIS dulu" ucapku dengan kepala menunduk. Jujur saja aku sangat takut pada ibu. Dari kecil ibuku selalu bersikap sangat kasar dan tegas padaku.

"Sudah ibu bilang jangan ikut OSIS lagi, kamu mau jadi pembangkang hah!" teriaknya di samping telingaku sambil menjengut rambut panjangku.

Aku memang selalu menuruti kemauan ibu. Tapi untuk meninggalkan OSIS aku tidak mau.

"Maaf bu" isakku pelan sambil menahan perih dibagian kulit kepalaku karena tarikannya yang amat keras.

"Masuk kamar" bentaknya. Aku buru-buru memasuki kamar kecilku. Ibu memang seperti itu. Ia seolah melarangku untuk bersosialisasi.

Aku mengusap kepalaku pelan. Perihnya masih terasa. Azan Isya sudah berkumandang dari tadi, aku merasakan lapar yang amat sangat, karena sejak di sekolah aku tidak makan apa-apa karena tidak punya uang.

Ibuku seorang pembantu rumah tangga yang hanya digaji minim.
Aku terlalu takut untuk keluar kamar. Tapi perutku sudah tidak tahan menahan lapar. Lalu aku memutuskan untuk mengendap-ngendap keluar kamar.

Ternyata ibu sedang tertidur di atas kursi reyot dengan TV yang menyala. Aku mendekati ibu dengan takut-takut.

Jika dilihat ibuku memang menakutkan dengan wajah yang terlihat pucat namun terkesan keras, badan yang kurus dengan rambut panjang yang kusut dan baju yang kusam.

Mataku beralih ke arah TV yang menyala menampilkan sebuah berita yang sedang viral akhir-akhir ini ,yaitu hilangnya orang-orang dengan tiba-tiba, dan itu terjadi disekitar sekolahku.

Aku mengerutkan dahiku saat satu nama tertera di layar TV.

Baron Pamungkas.

Saat itu juga aku tidak jadi makan. Selera makanku hilang tiba-tiba.

***
"Kalian sudah tahu belum Baron si wakil ketua OSIS menghilang"

"Iya aku melihatnya kemarin di TV, aku kaget sekali". Pembicaran tentang Baron sedang buming di sekolahku.

Aku juga merasa kehilangan karena hanya dia yang paling dekat denganku dibanding teman-teman ku yang lain.

Aku berjalan santai menuju kelas. Sambil mendengarkan pembicaraan orang- orang tentang Baron.
Ternyata semua orang di kelasku membicarakan si wakil ketua OSIS itu.

"Kasih, kamu sudah tahu berita yang sedang buming hari ini" ucap Farah teman sebangku ku.

"Baron menghilang" jawabku. Jujur aku sangat penasaran dengan hilangnya Baron.

Kenapa harus Baron?Apa yang diincar oleh penjahat terhadap Baron?

"Kamu tahu, padahal kemarin Baron baru menyatakan perasaannya pada Agatha, tapi sekarang Baron menghilang, kasihan Agatha", ucap Farah sambil melihat kerah luar seolah sedang membayang bagaimana perasaan Agatha.

Agtha juga termasuk temanku karena dia anggota OSIS sama sepertiku, tapi kami tidak terlalu dekat karena dia sepertinya tidak menyukaiku.

"Lalu, bagaimana keadaan Agatha" ucapku penasaran.

"Tadi saat aku melewati kelasnya, ia menangis sangat kencang, dia juga terus memanggil nama Baron", kata Farah sambil membayangkan kejadian sebelumnya.

"Kasihan Agatha, pasti dia tertekan" ucapnya lagi sambil menampilkan ekspresi empati. Aku mengangguk tanda setuju. Tak lama guru pun datang.

"Pagi anak-anak, ibu turut berdukacita atas hilangnya Baron, semoga dia ditemukan dengan keadaan selamat", ucap bu dewi yang notabennya adalah guruku.

"Tapi apa mungkin, dia akan selamat bu" celetuk teman sekelasku.

Ya, dari berita yang kudengar orang -orang yang diculik tidak ada yang kembali, dan kalau adapun dia sudah tidak bernyawa.

Membayangkannya saja sudah membuat bulu kudukku berdiri. Bagaimana jika itu terjadi padaku. Jangan sampai.

Dark FlowerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang