3

50 6 0
                                    

"Kalau begitu, kita doakan untuk orang-orang yang menghilang, dan juga kalian harus hati-hati jangan sampai kalian jadi korban selanjutnya, paham," ucapnya. dari suaranya sepertinya ia juga takut mengingat penculikan ini tidak memandang usia.

Aku mengehela nafas kasar.

Bell istirahat berbunyi beberapakali. siswa-siswi berhamburan keluar kelas untuk mengisi perut mereka.

Aku meringkuk di atas meja sambil memejamkan mata sesaat. Bohong kalau aku tidak lapar.Di rumah aku hanya memakan sepotong roti,dan sisanya aku simpan untuk makan malam.

"Kasih, kamu tidak akan ke kantin" tanya Farah. Aku menggeleng pelan. Rasanya aku tidak punya tenaga sama sekali untuk berjalan.

"Tidak, kamu duluan saja" jawabku sambil tersenyum.

Guru memang belum datang. jam istirahat sudah selesai 10 menit yang lalu, Tetapi Farah belum juga memasuki kelas.

"Kemana dia" gumamku sambil melihat ke arah pintu yang terbuka.
Tidak lama, aku melihat ia berlari terburu-buru dengan ekspresi senang.kenapa dia.

"Kasih, kamu harus tahu. Baron sudah ditemukan, tadi aku mendengarnya saat di depan ruang guru" teriaknya heboh.

Bagaimana bisa dia selamat, apakah penjahatnya masih mempunyai hati nurani. Tapi aku senang mendengarnya.

"Lalu di mana dia" tanyaku penasaran. Ekspresi wajah Farah berubah dia terlihat sedih.

"Dia koma di rumah sakit, katanya banyak luka tusuk pada bagian perut, lebam di seluruh tubuhnya dan tulang lehernya patah"ucapnya khawatir.

Mulutku menganga saat mendengar ucapannya. Keji sekali perbuatan orang itu. Aku teringat dengan Agatha.

"Bagaimana dengan Agatha, apa dia tahu" ucapku pelan karena guru sudah memasuki Kelas.

"Dia histeris" katanya sambil mengeluarkan buku pelajaran.
Pasti dia histeris.

Baron yang malang.

***
"Hari ini tidak ada rapat OSIS" ucapku kepada teman- temanku. Kebanyakan dari mereka tidak suka padaku. Terutama Agatha.

Dia memandangku dengan penuh selidik. Ada apa dengannya. Apakah ada yang salah dari ucapanku tadi.

"Kenapa Agatha" tanyaku dengan senyuman lebar.

"Kau menjijikan" ucapnya dengan wajah sinis. Aku mengerutkan dahi. Kenapa dia berbicara kasar seperti itu.

"Baiklah, besok kita semua akan menjenguk Baron bagaimana pun dia bagian dari kita", ucapku mencoba mengabaikan kata kasar yang Agatha ucapkan.

Dia keluar begitu saja dari ruang OSIS ini. Sebegitu bencikah Agatha kepadaku. Ini membuatku tidak nyaman.

"Kalian boleh pulang" kataku menyudahi pembicaraan.

Hari ini aku tidak boleh pulang telat, karena aku tidak mau ibu marah seperti kemarin. Itu sangat menakutkan.

Dark FlowerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang