Bruakk Brukk!! Suara pintu yang didorong keras.
"Agtha" teriaknya kaget saat melihat tubuh yang sudah menjadi mayat penuh dengan tusukan pisau.
"Hai Baron,apa kabar"ucapku dengan senyuman manis. Semakin hari dia semakin tampan walau banyak bekas luka yang aku buat.
"Kamu gila Kasih, kamu pembunuh, kamu pscyo "makinya kepada ku. Jahat sekali dia berbicara seperti itu.
"Ucapanmu kasar sekali untuk orang yang sangat baik sepertiku"ucapku dengan nada sedih. Aku tertawa dengan keras. Sampai rasanya suaraku bahkan bisa membunuh seseorang.
"Seharusnya aku membunuhmu saja waktu itu, aku marah karena kamu lebih memilih Agtha dari pada aku ,itu yang membuatku melakukan ini kepada mu" ucapku sambil melihat ke arah pisau lalu menjilat bekas darah yang tertinggal di sana. Dia berlari meninggalkanku.
Aku berlari tergesa-gesa di sepanjang lorong, dengan bau amis yang menyelimuti tubuhku, suara teriakanku menggema di ujung sana, membuat siapa saja yang mendengar akan mati ketakutan.
"Hey,mengapa kamu berlari" teriakku sambil mengejar Baron dengan langkah gontai asal kau tahu saja aku malas berlari. Sesekali aku bersenandung kecil lagu yang ibuku sering nyanyikan saat aku kecil. Ia memasuki wilayah Kantin.
"Baron,kamu sembunyi di mana" ucapku dengan pelan. Lalu kulanjutkan senandung kecil.
Aku menemukannya di balik tong biru di belakang kantin. Sepertinya penjaga sekolah sudah pulang. Mengingat ini sudah malam.
"Kena kamu"ucapku sambil tertawa. lalu aku menarik tangannya. Dia meronta-ronta meminta dilepaskan. Tapi tenaganya kalah kuat dariku, karena lukanya belum sepenuhnya sembuh.
"Ampun Kasih, Maafkan aku"ucapnya meminta belas Kasihan. Dengan bersujud di kakiku. Kasihan sekali Baronku ini. Aku jadi terenyuh oleh ucapannya.
"Aku sudah memaafkanmu,Baron" ucapku sambil tersenyum sambil menurunkan tanganku yang memegang pisau.
"Benarkah" ucapnya tidak percaya sambil mendongkang melihat wajahku. Aku mengangguk kecil. Sambil mengusap wajahnya yang penuh keringat. Dia tampan.
"Tapi setelah kamu mati" ucapku sambil mengangkat tangan ku. Bersiap untuk menusukan pisau kedalam perutnya dengan sekuat tenaga.
Jleb! jleb jleb!
"Kamu merepotkan"ucapku Sambil memandang tubuhnya yang sudah terbujur kaku penuh darah di lantai. Badannya bergetar hebat, sepertinya sakaratul maut.
