ASK YOU TO BE A GIRLFRIEND // JINAN

83 11 2
                                    


***

Kamu menutup lokermu setelah selesai menaruh barang barangmu, lalu berjalan menuju ke perpustakaan untuk menyusul sahabatmu, jinan.

Sebenarnya mata kuliah jinan sudah selesai 30menit lebih dulu sebelum kamu namun kamu memaksanya untuk menunggu agar ada yang mengantar pulang. Dan jinan dengan amat sukarela menunggumu di perpustakaan.

Kamu berjalan diantara rak rak besar yang sudah tua menuju ke sebuah meja yang terletak di dekat jendela kaca, disana jinan duduk sendirian dengan sebuah buku yang terbuka dan juga laptopnya. Ia Nampak serius mengetik sesuatu.
Kamu duduk disebelah jinan tanpa bersuara

“udah kelar kelasnya?” Tanya jinan seraya melirikmu lalu kembali focus pada laptopnya
Kamu mengangguk memainkan handphone mu. Keadaan kembali hening. Kalian sama sama focus dengan benda dihadapan kalian.

Jinan dan kamu berteman karena tidak sengaja, ibu kalian adalah teman karib. Sewaktu kamu dan jinan masih kecil kalian sudah berteman. Kamu dengan kecerobohanmu dan jinan dengan sikapnya yang susah ditebak. Sebenarnya jinan ini tipikal manusia yang punya dua kepribadian.
Dia bisa menjadi karakter yang pendiam dan cool tapi juga bisa menjadi manusia paling receh kalo moodnya lagi bagus.

“em… jinan” ucapmu memecah keheningan

“hm?”

“menurut kamu bobby gimana orangnya?” tanyamu, jinan mengkerutkan dahinya lalu menoleh kearahmu. Kamu menunggu jawabannya.

“bobby siapa?”

“anak DKV naaaann, yang sipit itu loh”

“oh.. emang kenapa?” jinan balik tanya lalu kembali focus pada laptopnya

“kok malah balik nanya sih, ya aku pengen tau aja pendapat kamu”

“ya kenapa tiba tiba pengen tau? Lagi PDKT?”
Kamu nyengir mendengar ucapan jinan.

Iya kamu memang lagi pdkt an sama bobby ini. Belom lama sih baru 3hari

“kamu ga cape ya ganti ganti cowo mulu?”

“ya emang kenapa? Yang penting kan aku putus dulu baru punya pacar lagi. Emang kamu terakhir putus sama tali puser” ejekmu.

Jinan memang belum pernah pacaran sama sekali selama ini. Dan jawabannya selalu aja;

“ya kamu kan tau aku pengen yang terbaik buat diri aku. Dapet satu buat seumur hidup” kata jinan

“iyaaaa tapi mana? Dari dulu ga ada tuh aku tahu kamu usaha nyari yang terbaik. Yang ada kamu nolak cewe cewe yang deketin kamu” ucapmu

“kamu aja yang-“

“eh bentar bobby telpon” kamu memotong ucapan jinan lalu berdiri menjauh untuk mengangkat telepon dari bobby.

Jinan menghela nafasnya kasar. Kamu aja yang dari dulu ga peka, lanjutnya dalam hati

Tak berselang berapa lama kamu kembali dengan wajah sumringah, jinan menatapmu yang berdiri di seberangnya. Ia mengangkat satu alisnya

“jinan aku pulang duluan boleh ya?” ucapmu hati hati, takut jinan marah

“pulang duluan gimana?”

“bobby mau anter aku sekalian mau tau rumah aku, gapapa kan? Lagian kayanya kamu masih sibuk sama makalah kamu. Daripada disini aku ngerecokin”

Jinan menghela nafasnya sekali lagi lalu mengisyaratkan dengan dagunya untuk membiarkanmu pulang bersama bobby. Kamu tersenyum girang lalu menyambar tasmu yang berada diatas meja

“chat aku kalau udah sampe rumah. Chat aku kalau ada apa apa” ucap jinan seperti biasa jika kamu tidak pulang bersamanya.

Kamu mengacungkan jempolmu lalu hilang dibalik rak buku menuju kearah pintu keluar perpustakaan.

Semenjak kalian berdua berteman ada rasa dari dalam diri jinan untuk melindungi kamu sebagai adik nya. Kamu yang cengeng. Kamu yang ceroboh. Jinan ingin melindungimu. Hanya saja seiring berjalannya waktu rasa itu terus tumbuh, bukan lagi sebagai seorang kakak yang ingin melindungi adiknya tapi sebagai seorang laki laki yang ingin selalu melindungi perempuannya.

Jam menunjukkan pukul 19:30 saat ini jinan sedang bersantai diatas kasurnya seraya memainkan handphonenya. Tiba tiba saja ada sebuah panggilan masuk; dari kamu.

“Hallo?”

“Jinan..”

“(nama kamu) kenapa?”

“bisa jemput aku?” tanyamu. Suaramu terdengar parau seperti habis menangis.

Jinan langsung terduduk begitu mendengar ada yang aneh dengan suaramu
“kamu dimana? Ada apa?”

“hiks.. aku di café platte. Tolong bawa jaket ya jinan, dan tolong telpon aku kalau udah sampe”

“tunggu. Jangan kemana mana!”

Panggilan terputus sepihak oleh jinan, ia bergegas menyambar kunci mobil dan jacket coklatnya.

Hampir 15 menit kamu kamu menangis di kamar mandi café setelah kejadian memalukan tadi. Dan baru berani menelepon jinan ketika kamu sudah tidak lagi menangis tapi tetap saja jinan tahu ada yang tidak beres, sepertinya jinan terlalu mengenal kamu.

“(nama kamu)”

Kamu kaget begitu mendengar suara jinan memanggil namamu. Kamu bergegas keluar dari bilik kamar mandi dan benar saja jinan berada disana, terlihat jelas jinan kaget dengan keadanmu saat ini.

Ia melepas jacket coklatnya dan menyampirkan pada pundakmu menutupi baju putihmu yang hampir seluruhnya basah dan meninggalkan bekas noda kopi disana

“pulang sekarang?” Tanya jinan. Memastikan apakah kamu sudah lebih baik atau belum, kamu mengangguk.

Jinan menuntunmu keluar dan benar saja banyak pengunjung café yang menatapmu iba dan berbisik bisik, kamu semakin menundukkan kepalamu dalam dalam.

Selama di perjalanan pulang suasana sangat hening, jinan juga mengecilkan ac mobil agar kamu tidak semakin kedinginan.

Kamu melirik jinan, ia mengatupkan giginya kuat dan itu sangat tercetak jelas lewat rahangnya yang mengeras, tangannya juga mencengkram setir mobil kuat kuat. Ia menahan marah. Marah pada dirinya sendiri. Marah karena masih tidak bisa melindungimu dengan baik.

Berulang kali kamu menjalin hubungan dengan laki laki dan selalu berakhir mereka menyakitimu. Dan tak ada yang bisa jinan lakukan selain berada disampingmu.
Jinan seharusnya bisa lebih berani dan tegas atas perasaannya sendiri.

“tadi bobby ngajak aku makan di café itu setelah kami sempat pulang dulu, semua baik baik aja sebelum cewe yang ngaku pacarnya bobby datang, marah dan maki maki aku habis habisan terus sengaja guyur aku pake minumannya bobby. Bobby minta maaf dan milih ngejar cewe itu jinan” kamu akhirnya membuka suara. Bercerita apa yang terjadi.

Begitulah jinan, ia memilih untuk tidak bertanya dan membiarkanmu bercerita dengan sendirinya saat keadaanmu sudah lebih baik.

jinan menghela nafasnya lalu meminggirkan mobilnya
“maaf” ucap jinan pelan

“aku yang ceroboh gabisa jaga diri aku sendiri”

“maaf karena aku telat”

“kamu selalu datang tepat waktu nan”

“seharusnya aku lebih berani dan tegas sama perasaanku sendiri”

Alismu bertaut, tak mengerti arah pembicaraan jinan

“be mine please, I won’t let you get hurt again” ucap jinan menatap matamu dalam.

***

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Nov 01, 2018 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

IMAGINE IKONTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang