5

337 47 4
                                    

“Kim Jae Seop!” Semua mata memandang kearah Kyuhyun hyung – orang yang memanggil AJ barusan.

“Di hari pertamamu kembali sudah membuat keributan. Apa kau sudah bosan bersekolah?” tanya Kyuhyun hyung dengan wajah tenang.

Ah, mianhamnida hyung atau harus kupanggil Cho sunbaenim?” tanyanya dengan wajah mengejek.

Kudengar suara gesekan di lantai, Changmin hyung menarik kursi dihadapannya, bersiap menghardik AJ, namun Kyuhyun hyung lebih dulu menahannya. Aku terkekeh, ini semakin seru saja.

“Sudahlah,  jangan membuang-buang tenaga,” Kyuhyun berucap seraya meraih segelas air mineral dan meminumnya. Changmin hanya dapat mendecih pelan. Tidak ada yang berani membantah ucapan Kyuhyun hyung.

AJ kembali ke meja dimana teman-temannya duduk. Matanya tak lepas dari Minho yang kini tengah membantu Dongho membereskan kekacauannya – sama sepertiku.

Kulihat raut wajah AJ yangkebingungan, ia menaikan sebelah alis matanya sambil mengamati Minho dan Dongho. Aku tahu apa yang ada dipikirannya saat ini.

Kemudian suasana kembali tenang dan ribut dengan suara obrolan.

Yah, biarkan saja.


###



Angin musim gugur masih setia bertiup, meskipun matahari bersinar dengan terik, namun udara siang ini mampu membuat ujung-ujung jemariku membeku. Aku berdiri di lobi sekolah, menunggu supir datang ketika Minho dan Dongho berjalan bersisian. Senyum bahagia terukir jelas di bibir tunanganku itu.

“Tutup matamu jika tidak ingin melihatnya!” seseorang berdiri di sampingku dan berkata demikian. Jin. Aku meliriknya sekilas, ia terlihat sibuk dengan ponsel di tangannya.

“Kau terlihat sibuk,” ujarku.

“Em.. Aku dan teman-teman akan ke Yongpyong.” Jawabnya singkat dan tanpa mengalikan tatapannya dari layar sentuh miliknya.

“Ski?” tanyaku. Akhirnya Jin menatapku dan tersenyum lebar. “Mereka yang main, aku hanya menonton.” Jawabnya konyol.“Ck, membosankan!” aku memasang wajah malas.

Wanna join?” dan aku kembali mendengus menanggapi pertanyaan Jin barusan.

“Besok adalah akhir pekan. Bersenang-senanglah. Mungkin kau bisa pergi bersama tunanganmu.” Ucapnya sambil mengarahkan dagunya ke depan. Aku menolehkan kepalaku dan mengikuti isyaratnya. Minho sedang berjalan menghampiriku.

“Aku pergi dulu.” Jin beranjak dari tempatnya ketika langkah Minho terhenti tepat dihadapanku. Kuhela nafasku sebelum menghadapi Minho yang  masih terdiam sampai aku mengkuti arah matanya. Ia sedang memandang sosok Jin yang berjalan menjauh membelakangi kami.

“Akan lebih baik jika kau masih bersamanya.” Ucapnya tiba-tiba, membuatku reflek mengepalkan tanganku. Lucu sekali, tunanganku baru saja memintaku kembali pada mantan kekasihku. Dia pikir dia siapa?

Kulirik wajahnya dengan tatapan tajam.Ia hanya menatapku tenang, namun aku tidak bisa mengerti apa yang sedang ia pikirkan sekarang melalui matanya. Tanganku yang semula mengepal dengan eratp  perlahan mulai mengendur, dan aku juga mulai muak dengan kesunyian yang tiba-tiba menghampiri kami berdua.

“Ada apa kau menemuiku tiba-tiba seperti ini?” tanyaku  dengan kening berkerut.

Minho memasukkan kedua tangannya ke dalam saku celana sebelum kemudian ia menjawab, “Kau harus mengambil tuxedomu di tempat Key. Kupikir hari ini milikmu sudah selesai dibuat.”

EmptinessTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang