9

330 47 16
                                    

Jonghyun bersenandung pelan, sesekali ia juga mengeluarkan siulan kecil dari mulutnya. Dengan memutar-mutar kunci mobil di jari telunjuknya ia berjalan keluar penginapan menuju mobilnya yang terparkir di ujung jalan setapak.


Baterai ponsel miliknya habis, ia lupa jika ia meninggalkan charger ponsel di dalam mobil. Kernyitan halus muncul di dahinya saat melihat mobil lain terparkir tak jauh dari mobil miliknya.


Eoh?” seruan kecil lolos dari bibirnya mendapati pria berkacamata yang dirasa cukup familier baginya berdiri disana. Pria berjas abu-abu itu menoleh kemudian membungkuk sopan padanya.


“Selamat siang Tuan Muda Kim,” sapanya. Jonghyun tersenyum kikuk.
Ne. Apa yang sedang kau lakukan di sini Sekretaris Nam?” tanya Jonghyun to the point.

“Tuan muda Lee merasa tidak enak badan, saya datang untuk menjemputnya.” Suara Sekretaris Nam terdengar bergetar.


Jonghyun mengarahkan matanya ke arah kursi penumpang mobil berwarna silver milik keluarga Lee. Dilihatnya Taemin sedang menyandarkan tubuhnya ke kursi bertekstur empuk itu dengan memejamkan mata.


 
Lelaki dino itu menaikan sebelah alis matanya, sesuatu pasti terjadi, batinnya.



Melihat ekspresi Jonghyun, dengan cepat Sekretaris berkata, “saya minta maaf atas nama Tuan Muda Lee karena ia tidak bisa mengikuti acara ini sampai selesai. Saya harap tuan bisa memahaminya.”

  
“Ah, ya. Sejujurnya bukan aku orang yang berwenang dalam acara ini,” ujar Jonghyun seraya menggaruk tengkuknya.

 
"Baiklah saya akan menghubungi komite sekolah, kalau begitu saya permisi.” Pamit Sekretaris Nam. Ia kembali membungkuk sebelum akhirnya masuk ke dalam mobil.


Jonghyun memandang mobil yang membawa Taemin perlahan mulai menghilang. “Ah benar, charger!” serunya ketika baru mengingat tujuan sebenarnya.   



***



Untuk tempat yang mewah, Sangji Ritzville tentu menyediakan berbagai fasilitas yang terbaik, salah satunya adalah dining hall ekslusif yang terletak di dalam resort yang sama yang ditempati Minho dan Jonghyun semalam.


Lebih dari 500 kursi disediakan disana, tiap meja bundar berukuran cukup besar memiliki 8 kursi di sekelilingnya. Bahkan di ruangan megah ini terdapat panggung besar yang dilengkapi dengan beberapa sound system di sana.


Tempat yang begitu luas tentu terasa begitu dingin. Seluruh peserta camp Cheongdam menyebar mencari spot bersama teman-teman kelompok mereka sendiri. Dengan kursi yang begitu banyaknya maka tentu menyisakan kursi-kursi lain yang tak terduduki.


Atmosfer di ruangan itu seketika berubah, semua orang kompak menghentikan obrolan mereka saat Minho melangkah masuk. Setelah memilih beberapa menu dan memasukannya ke atas piring, Minho memilih duduk di meja yang terletak dekat jendela.


Laki-laki itu bersiap memotong baked potato miliknya namun terlihat enggan saat mendapati namja mungil bermarga Shin yang sejak tadi bersamanya masih berdiri dan menatapnya sendu. “Kau tidak duduk?” tanyanya santai.


Dongho menghela napas pelan, ia mendudukkan tubuhnya di seberang meja. Mendapati hal seperti itu Minho mengernyitkan dahi, seperti mengerti maksud Dongho lelaki yang lebih tua justru terkekeh.

  
“Hei! Apa kita ini sepasang orang asing yang tidak saling mengenal?” tanya Minho dengan suara kencang. Jarak mereka cukup jauh mengingat diameter meja yang lumayan besar itu.


EmptinessTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang