8

328 47 13
                                    

“Kau tidak perlu repot-repot, Jongin-ssi,” ujar lembut pemuda bermata besar itu pada Kai—lelaki yang tengah sibuk menyeret dua koper sekaligus ke halaman sekolah.

“Ahaha.. Tidak apa-apa, aku hanya membantu , lagipula ini tidak berat,” jawab Kai dengan wajah sumringah. Ia bahkan sudah hampir sampai di bus yang terpakir di depan gedung utama sekolah. Seseorang merasa semangat sekali rupanya.

“Kyung soo-ah, ayo cepat sedikit!” seru Kai yang masih terdengar ceria, disusul dengan langkah Kyung soo—Kai’s soon to be boyfriend—yang berlari ke arahnya.

Setelah puas menata barang bawaannya dalam bagasi bus, Kai menepuk-nepuk kedua tangannya.
“Nah! Akhirnya selesai juga.” Kai tersenyum seraya menatap wajah putih Kyungsoo.

“Eum, terima kasih, Jongin-ssi,” balas Kyungsoo tanpa ragu membalas tatapan mata Kai.

Keduanya saling melemparkan senyum seperti orang yang sedang dimabuk asmara pada umumnya, membuat seseorang yang sejak tadi menyaksikan adegan konyol keduanya berdecak. “Ck, idiot!” decaknya dengan suara yang sengaja dikeraskan.


Wae, wae?” sergap Kai menatap Taemin.


“Bilang saja kau iri,” gerutu Kai pada namja yang sejak tadi menyandarkan tubuhnya pada tiang lampu disampingnya sambil menyilangkan kedua tangan di depan dada.


Ck!” Pemuda itu kembali berdecak, kali ini sambil mengeratkan North Face berwarna biru tua yang ia kenakan. Wajahnya datar dengan tatapan malas yang ia arahkan kepada Kai yang sudah menggerutu—lagi—tanpa suara.


“Taemin kenapa kau masih disini?” Jin muncul disamping Taemin. Ia menatap tas jinjing cokelat yang tergeletak disamping kaki Taemin.


“Ini tas milikmu?” Tanpa menunggu jawaban Taemin, Jin memasukkan tas yang dirasa ringan itu ke dalam bagasi bus. Taemin menatap malas Kai yang menyeringai ke arahnya.
“Ck, ck… Tuan Lee kau benar-benar hebat. Tunanganmu pemilik sekolah, mantan pacarmu yang bisa dibilang idol prince kelihatannya masih mengharapkanmu. ,” ujar Kai serius sambil menggerak-gerakkan jari telunjuknya.


“Haruskah aku merobek mulut manismu itu, eum?” desis Taemin sambil tersenyum lebar, seolah apa yang dikatakan Kai barusan benar-benar manis. Ia sengaja menabrakkan bahunya dengan Kai saat berjalan menaiki bus.


Taemin menghela napas saat melihat bus yang ia naiki sudah terisi dengan orang-orang yang cukup familiar baginya. Si biang onar AJ dan kawan-kawannya duduk berderet di kursi paling belakang. Ia juga bisa mengenali gadis-gadis berisik yang entah kenapa masih bisa bergossip di cuaca sedingin ini duduk di bagian tengah.


Ia melirik beberapa bangku yang hampir penuh yang hanya menyisahkan 2 bangku kosong saja disana, satu disamping Jin dan satu lagi disamping seorang namja berkaca mata yang tidak ia kenal.


“Taemin, di sini!” seru Kai yang duduk di depan Jin sambil menunjuk kursi kosong di belakangnya. Dengan malas, Taemin berjalan ke arah Jin. Mengetahui hal itu, dengan segera Jin menggeser posisi duduknya untuk memberi ruang pada Taemin yang memilih duduk di pinggir.


“Dimana Minho hyung?” sayup-sayup Taemin mendengar suara di depannya. Itu seperti suara pemuda yang datang bersama dengan Kai tadi. Apa namja itu mengenal baik Minho hingga merasa percaya diri memanggil Minho tanpa embel-embel ‘Sunbae’? Taemin menghela napasnya pelan kemudian mencoba menyamankan dirinya dengan menutup mata, berharap ia tertidur dan terbangun ketika bus sampai.


EmptinessTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang