10

367 46 20
                                    

Dongho mengeratkan genggaman pada bingkisan di tangannya. Menatap gerbang yang menjulang tinggi dihadapannya. Pemuda itu meringis melihat rumah mewah yang menurutnya sangat mengintimidasi itu.



“Kau pasti bisa melakukannya Shin Dongho!” Serunya pelan sebelum menekan bel dengan tangan yang sedikit gemetar.



“Siapa?”



“Saya Shin Dongho, te-teman sekolah Taemin. Saya datang untuk menjenguknya ahjussi.” Jawab Dongho gugup.



“Tunggu sebentar.”



.

.



“Masuklah, silakan lewat sini.” Dongho mengerjapkan matanya, mengikuti seorang maid yang memandunya ke sebuah ruangan yang ia nilai terlalu luas. Langkah mereka terhenti saat suara seorang wanita menginterupsi.



Ahjumma, apa Taemin sudah meminum obatnya?” Dongho melihat seorang wanita dengan blouse putih selutut berjalan menuruni anak tangga di depannya. Ia juga memperhatikan betapa elegannya wanita yang kira-kira berusia tidak lebih dari 50 tahunan itu.



Ahjumma, kenapa kau tidak menjawab pertanyaanku?” Dongho sedikit meremang saat suara Nyonya rumah ini tak lagi terdengar lembut. Kini wanita itu sudah sampai di anak tangga paling bawah, menghentikan kesibukannya memasang anting-anting di telinga saat merasa kehadiran orang yang tidak dikenalnya.



A-annyeonghaseyo,” sapa Dongho saat merasa dirinya diperhatikan.



“Siapa?” Nyonya Lee mengernyit bingung.



“Namaku Shin Dongho, murid kelas 2 sekolah Cheongdam.”



“Cheongdam?” Pemuda berambut gelap itu bergerak tidak nyaman saat melihat Nyonya Lee seperti sedang menyecan tubuhnya dari atas hingga bawah.



“Dia ingin menjenguk tuan muda, Nyonya.”



“Benarkah? Bukankah Minh-”



“Nyonya, agen Song sudah datang,” seorang maid lain muncul memutus ucapan Nyonya Lee.



“Baiklah, aku akan segera menemuinya,” ujar Nyonya Lee kemudian berlalu begitu saja.



“Sini biar saya bantu.” Maid itu mengambil bingkisan dari tangan Dongho. Kemudian ia mengantarnya menemui Taemin.



Dongho sesekali mengalihkan pandangan matanya ke tempat-tempat yang ia lalui. Rumah ini begitu besar hingga terasa sepi, dingin, dan sunyi, ia bahkan bisa mendengar suara Nyonya Lee yang sedang membicarakannya di luar sana.



Ahjumma, bagaimana putraku bisa berteman dengan pemuda tidak berkelas sepertinya?!” Dongho mengeratkan pegangannya pada strap backpack di punggungnya.



.

.

“Hy-hyung.” Suara Taemin menghentikan langkah Minho.



“Kau ingat? Begitulah Lee Taemin yang bodoh terus memanggilmu.” Tatapan Taemin menerawang jauh ke masa lalu.



Minho menelan ludahnya serat.



“Hyung bisakah kau ambilkan buku yang tinggi itu? Tentu, Taeminni.”



“Hyung bisakah kau membantuku mengerjakan pr? Tentu, Taeminni.”



EmptinessTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang