LIMA

1.6K 139 10
                                    


Pagi ini Gilsa berangkat pukul 06:30 gadis itu selalu berusaha untuk berangkat pagi dan memastikan bahwa kelasnya selalu bersih, karena setiap bulan di SMA Teladan diadakan lomba kebersihan kelas dan kelas Gilsa sudah 3 bulan berturut-turut menjadi juaranya.

Dan seperti biasanya hanya ada 4 anak yang datang, yaitu Nada si murid paling pendiam di kelas, Elina si murid paling cerdas dalam bidang matematika, Iko si cowok gendut yang tidak pernah berhenti ngemil walaupun jam pelajaran dan Gilsa si murid paling disiplin di kelas.

"Sa, kayaknya kemarin kaga ada yang piket, deh." Iko mendekati Gilsa di ambang kelas seraya mengungah chiki yang ia bawa dari rumah, "lihat tuh, di bawah meja guru ada banyak botol, dibawah meja gue juga ada kertas berserakan," lanjutnya.

Dengan wajah kesal Gilsa berjalan menuju mading kelas yang berada di belakang. Ia berniat membaca daftar piket.

"Salsa, Anya, Rizal, Vania, Gevannnnn!" ucap Gilsa sebal, "ternyata kemarin Gevan piket, dasar tu bocah!" Ia membanting tasnya di meja.

Dan ia segera mengambil sapu dan menyapu seluruh kelas sendirian.

"Sa, kan lo gak piket hari ini, biar aja tanggung jawab yang piket kemarin," ucap Elina.

"Gue gak mah kalau Pak Henry sampek tau kelas kita kotor."

Pak Henry adalah guru yang bertugas menilai kebersihan kelas, guru itu cukup bangga pada kelas 12 IPS 1 karena kelasnya selalu bersih, dan Gilsa akan terus mempertahankan kelasnya untuk selalu bersih.

Muri-murid mulai berdatangan termasuk Gevan, cowok itu melepas jaket berwarna merahnya dan melempar tepat di bangkunya yang berada di pinggir jenda. Gilsa baru saja selesai menyapu dan ia melihat sekeliling kelas, ternyata sudah bersih dan rapi. Jendela yang tadinya kusut kini sudah bersih, Gilsa tersenyum senang.

"Lo senyum sama gue?" tanya Gevan saat melihat Gilsa tersenyum ke arahnya, padahal sebenarnya Gilsa tersenyum melihat ke arah jendela.

Mata Gilsa langsung melotot, raut wajahnya yang tadi bahagia berubah seketika. Riko mencengkeram seragamnya sendiri menahan tawa agar tidak meluap-luap.

"Ge'er banget lo! Ngapain juga gue senyum sama lo," ucapnya seraya memutar bola mata malas dan langsung duduk di bangkunya.

Alika menahan tawanya. "Ngapain lo?" tanya Gilsa.

"Lucu aja, Sa. Kalian berdua itu kayak anjing sama kucing, gak pernah akur."

"Bodo amat!"

Jam pelajaran pertama pun akhirnya dimulai, kini Ninda selaku wali kelas plus guru Geografi itu memasuki kelas.

"Pagi anak-anakku!" sapanya ramah.

"Pagiii, Buuu!" jawab seisi kelas.

"Hari ini ibu akan bagi kelompok, nanti setiap kelompok mengerjakan halaman yang berbeda-beda dari buku paket yang sudah ibu tentukan. Baiklah, disini sudah ada gulungan kertas bertuliskan angka satu sampai lima. Bagi kalian yang mendapat angka satu berarti kalian berkelompok dengan anak-anak yang juga mendapatkan angka satu, paham?" ucap Ninda menjelaskan.

Elina mengangkat tangannya.

"Ya, ada apa, Elina?"

Loveliest GTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang