Hari ini kantin cukup ramai, banyak para siswa berdatangan untuk membeli es karena hawa siang itu cukup panas dan gerah. Begitu juga dengan Gilsa dan Alika, mereka berdua langsung berlari ke kantin saat jam istirahat kedua.
"Kita gak nungguin Zalfa dulu?" tanya Alika di perjalanan.
"Nanti dia juga bakal nyusul, kok, gue keburu haus, nih!" Gilsa mempercepat langkahnya.
Sesampainya di kantin Gilsa dan Alika hanya melongo, karena kantin sangat penuh dan tidak ada bangku yang kosong.
"Kita bawa minumnya keluar aja!" pinta Alika.
"Tapi gue juga laper, Al."
"Nah, tuh, kosong!" Alika menunjuk meja yang baru saja di tinggalkan oleh gerombolan adik kelas itu.
"Yaudah, gue biar kesana terus lo pesenin gue mie ayam sama es jeruk. Buruan, gih!!" Gilsa langsung berlari menuju meja tersebut.
Ia berlari secepat mungkin untuk mendapatkan meja itu, namun dengan tidak di sengaja saat Gilsa ingin duduk di bangku tiba-tiba bangku tersebut di duduki oleh siswa lain dan Gilsa duduk tepat di pangkuan orang itu . "What the?!" Gilsa terkejut dan langsung berdiri.
"Ciieee... udah berani pangku-pangkuan, ya??" goda Daffa.
"Eh, Gevan! Ini bangku gue, minggir sana!!" bentak Gilsa.
"Apaan? Siapa cepat dia dapat, dong!" Gevan menjulurkan lidahnya dan masih kokoh duduk di bangku itu.
"Tapi gue udah pesen makanan dan gue udah duluan ke tempat ini!"
"Loh, gue juga udah pesen, kok." Tiba-tiba Arif dan Riko datang seraya membawa empat gelas es teh. "Eh, ada cewek," goda Riko seraya terkekeh.
Gilsa memutar bola matanya malas.
"Sendiri, Sa?" tanya Arif.
Gilsa tidak menjawab. Tak lama kemudian Alika datang menghampiri sambil membawa nampan berisi dua mie ayam dan dua es jeruk. Ia terkejut melihat ada para cowok-cowok pembuat onar duduk di bangku incarannya.
"Loh, ini kan tempat kita?!" kata Alika.
"Kata siapa?" tanya Daffa.
"Please, deh! Gue sama Gilsa udah duluan ngincer tempat ini!" bentak Alika.
"Tapi yang gue lihat, ya, Al, tadi Gevan yang duluan duduk di kursi ini! Yaa yaa, siapa cepat dia dapat, dong!" bela Daffa.
"Al, gue lagi gak mau ribut sama mereka, kita pergi aja!" Gilsa berniat untuk mengalah daripada harus beradu bicara pada mereka, ia masih bisa melawan jika hanya Gevan seorang tapi kalau sudah dengan gerombolannya gadis itu lebih memilih untuk mengalah.
Saat hendak melangkah Gevan meraih tangan Gilsa dan membuat Gilsa terkejut dan menatap cowok itu.
Gevan berdiri dari bangkunya dan menatap manik mata Gilsa. Gadis yang tingginya hanya sebatas bibir Gevan itu hanya mengerutkan dahi.
"Gaes, kita cari tempat lain aja!" Gevan meraih gelasnya.
"Loh, gak bisa gitu, dong!" cela Riko.
"Gue berhutang budi sama ni cewek, dia udah mijitin kaki gue!"
"UHUK!!" Arif yang baru meneguk minumnya itu langsung tersedak.
"Apa?! Mijitin?" tanya Daffa tak percaya.
Gilsa mencubit lengan Gevan. "Bisa gak sih kalau lo gak usah ember!" bisiknya.
"Kenapa? Ini, kan, hak gue," ucap Gevan.

KAMU SEDANG MEMBACA
Loveliest G
Teen FictionGUARDLASH! Kematian harus dibalas dengan kematian, itulah siasat Gevan selama ini. Gevan memang bandel, anak itu hobi rusuh dimanapun ia berada. Gevan juga tidak pernah mematuhi peraturan di sekolah, apalagi di kelas, padahal ia menjabat sebagai ket...