DELAPAN.

1.4K 130 17
                                    

Bruk!

Gilsa menutup pintu rumahnya perlahan, pasti ibunya akan mengomel jika mengetahui Gilsa pulang terlalu sore, apalagi jam sudah menunjukan pukul 17:40.

"Darimana aja lo?"

Gilsa diam.

"Kenapa jam segini baru pulang?" Fino menuruni anak tangga dan mendekati adiknya itu.

Gilsa menggaruk kepalanya dan mencoba mencari alasan. "Ta-tadi ada perlu," ucapnya berbohong.

"Sampai maghrib gini? Udah izin Mama sama Papa?"

Gadis itu langsung mengeluarkan ponselnya dan mengacungkan tepat di wajah Fino.

"Lo liat sendiri, hp gue mati!"

"Keperluan apa? Alika sama Zalfa juga ikut?"

Gilsa memutar bola matanya karena malas dengan pertanyaan kakaknya itu. Gilsa tau Fino sangat mengkhawatirkan dirinya.

"Enggak, cuma ada gue sama sama Gevan, eh." Gilsa menutup mulutnya sendiri, mulutnya memang kadang tidak bisa di ajak kerjasama.

"Gevan?" Fino menyerngit, "gue kayak pernah denger nama itu." Fino mencoba mengingat-ingat.

"Mana Mama?" tanya Gilsa mengalihkan pembicaraan.

"Pergi sama Papa, masih untung lo gak di ceramahin!"

Gilsa menghela nafas lega. Sekarang ia harus segera mandi.

"Tunggu! Gue masih kepo sama Gevan, siapa dia?"

"Udahlah, banyak tanya lo!" Gilsa langsung berlari menaiki anak tangga.

Tak lama kemudian Fino kembali berkata, "gue inget, Sa!" teriak Fino dan membuat Gilsa langsung menghentikan langkahnya. "Gevan pacar lo, kan? Yang dibilang Zalfa waktu dia mau balik dari sini?"

Gilsa melotot. "Ngaco!!"

"Ada keperluan apa lo sampai pulang maghrib gini?"

"Gak usah kepo!" Gilsa langsung mempercepat langkahnya.

"Wah, kayaknya ada yang gak beres," ucap Fino.

Setelah Gilsa selesai mandi, gadis itu menuju ruang makan untuk makan malam bersama Safa, Andre dan juga Fino.

"Nih, Pa, mulai bandel dia," ucap Fino.

"Lo apaan, sih, Fin! Orang gue baru sekali pulang maghrib!"

"Sekali. Tapi lama-lama bisa berkali-kali."

"Emangnya kamu ada keperluan apa sama Gevan?"

Gilsa langsung melotot dan melirik Fino sinis, pasti kakaknya itu telah mengatakan semuanya pada Andre.

"Suruh ngajarin matematika, Pa," ucap Gilsa berbohong, untung saja ia langsung mendapatkan ide.

"Masa?" goda Fino sambil mengambil nasi.

"Dimana?" tanya ibunya.

"Di taman."

"Taman mana?" tanya Fino.

"Ngapain, sih, lo kepo banget!"

"Loh, gue juga wajib tau, gue kan kakak lo yang paling ganteng!"

"Bodo!" Gilsa langsung melahap lauknya.

"Besok lagi izin, ya. Jangan buat mama sama papa khawatir, kamu, kan, anak cewek, jadinya wajar aja kalau kita itu khawatir."

"Dengerin, tuh!" seru Fino.

Loveliest GTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang