Malam itu sekitar pukul 20:15 di sebuah warung, tepatnya di belakang SMA Teladan, terlihat beberapa remaja laki-laki sedang berkumpul, salah satunya Gevan. Ia tampak menyembulkan asap yang begitu banyak dari mulutnya, berkali-kali ia menghisap vape yang ia genggam.Dafa memetik senar gitarnya di bawah pohon dekat warung sambil sesekali menikmati kopi yang ia pesan pada Mbok Kiyem, sang pemilik warung. Mbok Kiyem memang sudah akrab dengan anak-anak SMA Teladan, bahkan banyak dari mereka yang curhat padanya.
Mbok Kiyem duduk di sebelah Gevan sambil memandangnya dengan mata berbinar.
"Kenapa, Mbok?" tanya Gevan Heran.
"Kamu kalau lagi diem mirip, deh, sama...." Ia tampak berpikir.
Gevan menaikan sebelah alisnya.
"Sopo, yo?" Mbok kiyem menggaruk keningnya. "Itu lhoo yang meninggal gara-gara tawuran," ucapnya kemudian.
Semuanya menatap Mbok Kiyem heran, Dafa sampai-sampai harus menghentikan alunan gitarnya karena mendengar perkataan Mbok Kiyem. "Siapa?" tanya Dafa.
"Tiga tahun lalu kejadiannya."
Gevan melirik teman-temannya satu persatu. Arif mengerutkan dahinya sambil memperhatikan wajah Gevan dengan seksama.
"Gak ada yang mirip Gevan!" Riko memecah keheningan.
"Tiga tahun yang lalu emang, sih, ada yang meninggal, sebelum kita masuk ke sekolah ini." Andrey angkat bicara.
Gevan langsung melirik anak itu. "Lo tau orangnya, Ndrey?"
"Enggak lah, gue denger-denger aja."
Gevan menghela nafas lega. Mbok Kiyem memang benar, Gevan mirip sekali dengan kakaknya yang meninggal dalam tawuran tiga tahun yang lalu.
"Denger dari siapa?" Gevan kembali menyelidik.
"Dari kakak kelas dulu. Waktu gue kelas sepuluh pernah ada yang bilang kalau dulu siswa Teladan ada yang meninggal karena tawuran, tapi gue gak tau siapa orangnya."
"Lo tau namanya?"
Andrey tampak berpikir dan tak lama menggeleng cepat.
"Ferdian, kali ya?" ucap Mbok Kiyem sukses membuat Gevan tersedak vape nya. Gevan terbatuk-batuk hingga wajahnya merah.
"Minum dulu, Van!" kata Riko.
Gevan baru sadar bahwa selama ini kakaknya juga dekat dengan Mbok Kiyem. Gevan tidak mau ada yang tahu bahwa ia adalah adik Ferdian, sebab apa? Gevan tidak mau jika sampai seseorang melapor pada orang yang telah membunuh kakaknya itu, bahwa dirinya adik Ferdian. Walupun kepada sahabatnya, Gevan tetap menutup rapat rahasia itu.
"Siapa yang bunuh?" kata Dafa seraya bangkit dari bawah pohon lalu menaruh gitarnya di sana dan mendekat ke arah Gevan.
"Gak tau juga," jawab Mbok Kiyem.
"Gue cabut duluan!" kata Gevan tiba-tiba. Cowok itu langsung bangkit dan menarik resleting jaket serta memasang kupluk jaketnya. Gevan berjalan cepat menuju motornya.
Gevan bertengger di atas motornya seraya menatap dirinya di kaca spion. Memang benar dia mirip dengan Ferdian. Gevan sangat dekat dengan kakaknya itu, mereka hampir tidak pernah bertengkar dalam hal apapun. Gevan teringat masa-masa kecilnya bersama Ferdian, anak itu baik, dia tau bagaimana menjaga adiknya, Ferdian selalu membantu Gevan jika ada oranglain yang mencoba membahayainya.
Gevan teringat sebelum kakaknya meninggal, Ferdian sempat memberinya sebuah surat, surat yang sampai saat ini masih ia simpan dan ia jaga, tidak ada yang tau selain Gevan.

KAMU SEDANG MEMBACA
Loveliest G
Teen FictionGUARDLASH! Kematian harus dibalas dengan kematian, itulah siasat Gevan selama ini. Gevan memang bandel, anak itu hobi rusuh dimanapun ia berada. Gevan juga tidak pernah mematuhi peraturan di sekolah, apalagi di kelas, padahal ia menjabat sebagai ket...