part 2

17 4 0
                                    

sudah sekarang cepat masuk! Tidak menerima bantahan!!" potong Vano dengan nada tegas, mau tidak mau Shila menurut dan masuk ke mobilnya.

" Shila boleh tanya ngak" ucap Vano

" boleh tanya aja" jawab Shila datar

" subhanallah mbk, itu wajah ngak ada ekspresinya sama sekali apa? Flat banget coba"

" hmm" gumam Shila dan Vano hanya mencebikkan bibir

" Shil, setelah lulus, kamu mau lanjut kemana?" tanya Vano

" mm, aku tidak tau, tapi aku ingin kuliah" ucap Shila

" hmm, rencananya mau ke Universitas mana?" tanya Vano

" rencananya mau ke UI, kan biasanya disana ada program beasiswa" ucap Shila

" beasiswa?" ucap Vano

" iya, kenapa? Memang ada yang salah"

"eng-engak papa sih cuma kaget aja, oh iya kesibukan kamu sekarang apa?"

" aku sekarang kerja part time, untuk tambah-tambah uang jajan sama buat bayar uang ujian" jawab Shila sejujurnya

" ker-kerja Shil" ucap Vano tidak percaya

" memangnya kenapa hmm kalau aku kerja salah?"

" tidak sih, tapi apa papamu tidak memberimu uang?" kata-kata yang ditahan Vano akhirnya terlepas keluar

" hmm, semenjak kejadian itu papa sudah tidak lagi memberikan aku uang atau fasilitas apapun, dulu masih ada kakakku yang membiayaiku tapi sekarang kakakku pergi, jadi aku harus menghidupi diriku sendiri, ya dengan cara kerja part time"ucap Shila sambil tersenyum miris

"hmm, maafkan aku ya karena udah lancang nanyain tentang hal pribadi kamu, tapi disisi lain aku berterimakasih karena kamu sudah mau terbuka sama aku dan akhirnya perjuanganku selama ini terbayarkan heheheh" Jelas Vano

" hmm, ngak papa, dan terimakasih juga karena selama ini kamu sudah ada disampingku, membelaku saat aku dibully sama Della dan bahu kamu selalu ada saat aku butuh sandaran" ucap Shila sambil tersenyum manis

" Subhanallah manisnya senyuman kamu dek, abang ngak kuat" ucap Vano dengan memasang muka alay:')

" bwahahahahaha, Van kanu kok jadi gini sih, ini Vano kan hahahaha, Vano yang dinginnya ngak ketulungan jadi alay gini astgafirullah, hahahahaha" tawa Shila meledak mendengar kata-kata Vano yang alay itu

" pertama kali melihat Shila tertawa lepas seperti ini, alhamdullilah"batin Vano sambil tersenyum

" Ya Allah jadi malu aku diketawain sama sih muka tembok ini" ucap Vano yang langsung membuat Shila diam

"loh kok diem Shil, aduh maaf ya, aku ngak maksud nyingung, rencananya cuma mau bercanda aja Shil, maaf ya, plisss dong" ucap Vano memohon

" hahahaha santai aja Van, aku cuma mikir aja, pertama kali setelah kejadian itu, aku bisa tertawa lepas, dan semua karena kamu"

" Tunggu, kakak, kamu punya kakak? Dan kejadian, kejadian apa yang kamu maksud sampai kamu seperti itu?" tanya Vano

" Vano kamu kok jadi kepo sih" ucap Shila

"hmm, maaf klo aku kepo" ucap Vano lesu

" yaudah sih, kapan-kapan aja ya aku ceritanya" ucap Shila

" iya-iya" ucap Vano pasrah, sebenarnya dia sangat penasaran dengan kehidupan Shila, namun Shila sepertinya masih engan untuk menceritakannya

" oh iya aku boleh nanya sesuatu sama kamu Van?" ucap Shila ragu

" tanya aja"

" it-itu, bagaimana bisa sikap kamu menjadi banyak omong didepan aku sedangkan diluar sana kamu sangat hemat bicara, dingin dan cuek" ucap Shila sedikit ragu

" hhmmm, nanti kalo sudah waktunya aku jelasin kekamu ya" jawab Vano yang hanya mendapat anggukan dari Shila

Setelah itu suasana didalam mobil menjadi hening, untung saja tidak lama mobil Vano sudah terparkir di parkiran khusus sekolah
Mereka pun turun dari dalam mobil dan saat melalui koridor sekolah banyak siswi yang memandang sinis  ke arah Shila

" apaan sih tuh cewek gatel banget coba, deket-deket Vano mulu" ucap salah satu tante, eh siswi yg bermakeup tebal

" iya, ngak pantes tau ngak, dasar cewek ngak tau diri" celetuk siswi lainnya, yang membuat Vano geram

Baru saja Vano mau mengampiri perempuan itu Shila langsung mencegahnya "sudah Vano biarin aja" ucap Shila sambil tersenyum

" sebaik itu hati kamu Shil" batin Vano

" tapi Shil perkataan mereka sudah keterlaluan" ucap Vano lembut

Shila menggeleng " biarkan saja Vano, lebih baik kita kekelas"

" yasudah" Vano mengandeng tangan Shila

             <Di Kelas>

" Eh cewek gatel, berani-beraninya loh pegangan tangan sama Vano" Ucap Della lalu melepaskan pegangan tangan Vano dan Shila dengan kasar

" Dell apa-apaan sih lo ha, jadi cewek kok kasar banget, emang lo siapa gue ha? Loh ngak berhak marahin siapapun yg deket sama gue ngerti" ucap Vano marah, dia sangat tidak suka jika orang yang disayanginya tersakiti

" Vano kamu kok malah belain dia sih" ucap Della kaget

" memangnya kenapa kalo gue belain Shila, memang bukan dia yang salah tapi LO!! Dan inget satu hal baik-baik kalo gue lihat lo  nyakitin Shila lagi gue ngak akan segan-segan buat lo nyesel, gue ngak peduli lo siapa, kalo sampek ada yang berani nyakitin Shila itu artinya kalian berhadapan sama gue, CAMKAN ITU" ucap Vano lalu menarik Shila keluar dari kelas menuju rooftop

" ini semua karena cewek brengsek itu, gue ngak akan biarin ini semua, gue bakalan balas dendam sama lo, dan gue ngak akan nyerah buat dapetin lo Van, apapun caranya" batin Della dengan kemarahan yang sudah memuncak

                 ~Roftop~

" Apa aku sehina itu Van?" ucap Shila mulai berkaca-kaca

"apa aku emang ngak pantes jadi temen kamu?"timpal Shila dan kini air matanya meluncur mulus dipipi Shila

" apa memang aku tidak pantas untuk bahagia Van hiks.....hiks.....jawab Van, jawabbbbbb" Shila terus berbicara seolah ingin meluapkan semua isi hatinya yg selama ini ia pendam

Vano yang melihat itu segera merengkuh Shila kedalam pelukannya" ngak Shil, yang kamu katakan semuanya salah, kamu berhak untuk bahagia, dan aku disini, selalu berusaha ada disamping kamu, berusaha jadi benteng buat kamu, dan aku akan berusaha buat kamu tersenyum Shil, buat kamu bahagia" ucap Vano sendu sambil mengelus rambut Shila dengan sayang

" tapi kenapa semua orang membenciku Van, kenapa??"lirih Shila

" mereka iri denganmu, mereka Tau jika kamu lebih dari mereka, dan mereka akan berusaha untuk menjatuhkanmu sampai sejatuh-jatuhnya maka dari itu kamu harus menjadi perempuan yang kuat" jawab Vano

" tapi Vano Apakah aku memang pantas untuk bahagia?"

Vano melepaskan pelukannya dan menangkup kedua pipi Shila " Shil liat aku, lihat mata aku kamu percaya bahwa semua orang berhak bahagia termasuk kamu Shil, dan aku Vano akan berusaha membuat kamu bahagia, kamu percaya sama aku?"

Shila mengangguk " aku percaya sama kamu Van" ucap Shila dengan mengulas senyum tipisnya

" nah gitu dong senyum, yaudah mau masuk kelas atau kantin hmm?"

" kekelas aja"

" yasudah ayo" ucap Vano lalu berdiri dari duduknya dan mengengam erat tangan Shila

PERMATATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang