"Menunggu mungkin hal yang melelahkan, tapi aku siap menunggu kamu, sampai kamu siap untuk menjadi milikku"
Vano Pov
Aku melajukan mobilku dengan kecepatan rata-rata, saat aku fokus menyetir Shila memanggilku
" Vano" dia memanggilku
" ada apa Shil" jawabku lembut dan menatap Wajahnya sangat cantik, kebetulan lampu merah guys
" makasih banyak ya Van"
" buat" ucapku dengan menaikan satu alis
" untuk semuanya, dan nanti saat pulang sekolah aku akan pergi dari mansion kamu, aku ngak mau ngerepotin kamu terus-terusan Van"
" Shila, kamu ngak pernah ngerepotin aku dan sebaliknya, aku ngak pernah merasa direpotkan sama oleh kamu, aku ngelakuin ini semua tulus" ucapku lembut
" aku tau, tapi aku ngak enak kalau terus ngere-"
" sudahlah Shil, kita bahas ini nanti ya" ucapku
" baiklah" ucap Shila lirih
Autor PoV
Akhirnya mereka sampai disekolah, Vano dan Shila berjalan beriringan menuju kelas, namu saat di lorong Shela, Della dkk, menghampiri mereka
" widih, masih punya muka loh buat masuk sekolah, ternyata emang ngak punya malu lo" ucap Devi
Vano ingin berbicara namun ditahan oleh Shila
" hahaha, bener banget tuh, dasar jalang, ngak punya malu" ucap Dian lalu tertawa
" bener, eh tapi mana ada jalang punya malu, yang ada sih malu-maluin ya hahahah" ucap Dinda
Vano sudah sangat geram mendengar ucapan ucapan mereka, dan ingin sekali menamparnya, tapi Lagi-lagi Shila mencegahnya
" eh tunggu deh sekarang dia tinggal dimana ya?, secara dia kan udah diusir sama bokap gue, trus dia tinggal dimana ya??" Ucap Shela
" ah pasti dirumah om-om kalau ngak ya diclub, kan dia jalang iya ngak gens" ucap Devi
" Van kita pergi dari sini sekarang" ucap Shila dingin lalu menarik tangan Vano menjauh dari Della dan Shela Dkk
" ya, jalangnya pergi gk seru nih" teriak Shela dengan penuh kemenangan
" ikut aku" ucap Vano menarik tangan Shila ke rooftop
-rooftop-
" Shil kamu ngak papa" tanya Vano hati-hati
Yang dintanya hanya menggeleng
"Shila aku sudah bilang jangan pernah bersikap sok kuat dihadapanku" ucap Vano dan merengku Shila kedalam pelukannya
mendengar itu Shila langsung menangis, sejujurnya hatinya sangat sakit mendengar perkataan dari mereka namun ia sudah bertekad untuk tidak bersikap lemah lagi dihadapan orang lain. namun Vano laki-laki itu yang bisa meruntuhkan tembok yang telah dibuatnya.
" mengangislah jika itu yang membuatmu lega, kamu boleh, bahkan harus bersikap seolah-olah kamu adalah orang yang kuat, namun jika kamu tidak kuat dan ingin menangis, menangislah aku akan selalu siap untuk memenangkanmu" ucap Vano lembut, ia tau benar apa yang saat ini Shila rasakan, perasaan yang begitu rapuh dan terus menerus tersakiti tanpa henti.
Shila mendongakkan kepalanya dan pandangannya bertubrukan dengan Vano, ia menatap dalam kearah mata Vano dan begitu pula sebaliknya
" Van, tetap disampingku, kumohon" ucap Shila lirih dengan suara seraknya
Vano mengangguk
KAMU SEDANG MEMBACA
PERMATA
Short StoryMasih pemula masih belajar kritik dan saran Mohon maaf jika ada kesamaan nama, atau yang lainnya Terimakasih