Part 2

77 10 1
                                    

'Bosan. Bosan. BOSAN!' Pekiknya dalam hati.

Huam.

Entah ini untuk keberapa kali, mulut dia terbuka lebar. Terik matahari yang menyengat tidak membuat dia membuka lebar mata, tapi sebaliknya.

Huam.

Lagi, dia menguap. Hampir saja dia kelepasan untuk merentangkan tangan seperti ingin membuktikan bahwa ini sangat melelahkan.

'Yalord kapan senin gak sebosan ini, kapan senin hilangkan kata upacara. KAPAN SENIN HILANG! '

Sumpah serapah yang diucapkan tidak memengaruhi apapun. Tapi tetap saja dia memaki DENGAN KERAS dalam hati.

Pembina upacara sedang membacakan sebuah pidato yang sangat amat panjang. Ceramah ilahi yang hanya berputar tentang jalannya upacara, nilai untuk para petugas dan yang tidak pernah hilang, KEBERSIHAN! .

8 menit

Runtuknya lagi, saat melihat jam yang melingkar dipergelangan tangan yang pucat.

Matanya mulai liar, melihat kesegala arah. Matanya berhenti tepat di barisan belakang kelas sebelahnya.

Sejak kapan kakak kelas barisannya pindah? Diperhatikannya lagi segerombol kakak kelas yang berbaris bukan pada tempatnya itu. Kelompok yang selalu membuat onar di sekolahnya.

'pembuat onar,' geramnya sendiri seolah sedang menilai jijik segerombolan hama sekolah itu.

Kenapa masih ada anak murid yang tidak mengikuti aturan dan malah menjadi idola disekolah itu sendiri?

'Ngapain lu mikirin itu,' gumamnya sambil menggelengkan kepala, buang waktu.

Berniat untuk melihat kearah yang lain. Tapi telat, salah satu dari segerombol hama menangkap gerakan gadis bermata panda itu terlebih dahulu. Laki-laki berkulit sawo mateng itu tersenyum dan mengedipkan sebelah matanya.

Berbalik cepat, tubuhnya tegang karena tertangkap basah memperhatikan segerombolan yang ber-label kakak kelas.

'Iwwww ngapain mata kek gitu. Kelilipan, pasti! ' Dia berdegik jijik. Tidak pernah terintas dipikirannya untuk melihat kejadian yang horor seperti barusan.

"Vii? Naha anjeun?" senggolan dibahu membuyarkan pikirannya. Di tatap temannya yang berani menyenggol tubuh dengan bengis. "Novi," tekan mia membenarkan panggilan yang baik dan benar.

"Udah gue bilang, gue bukan peliharaan Sehun!" ya, Novi. Panggilan gadis bermata panda itu. Yang sangat membenci jika dipanggil vivi sengaja atau tidak. Dia pasti mengatai vivi itu anjing. Anjing sehun.

"Itu gue ke-gep ngeliatin kakel, jijik!" Novi mengalihkan pandangan bengisnya menjadi tak acuh.

NOMOPHOBIATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang