Raka : haii.Novi hanya membaca pesan itu, mata nya menerawang. Setau nya dia tidak pernah menyebarkan id line dia.
Hanya menganggap itu orang asing. Ya, memang asing.
Novi tidak menganggapnya.Ting!!
Notif line kembali muncul. Dengan kontak yg sama.Raka: nion kan ???
Novi mendengus. Siapa yg berani menyebar kontak dia?!.
Harusnya mereka meminta izin dulu. Walau dipikirkannya lagi, dia tidak akan mengizinkannya. Novi tergelak.Novi turun ke bawah, melihat abangnya yg sudah memegang remot tv. Abangnya itu sedang menukar channel untuk mencari kartun kesayangannya.
Tak menghiraukan lagi, Novi kembali ke pokusnya. Gadis dengan baju sekolah yg masih menempel itu berjalan kearah kulkas, mengambil berbagai cemilan dan makanan berat. Menarohnya di dalam nampan.
"Dek..." panggil lelaki dengan baju tanpa lengan.
"Naon?!" sinis Novi, berhenti dan melirik kakak yg sangat menyebalkan.
"Duduk sini."
Berjalan malas-malasan dan nampan di tangan. "Naon anjeun."
"Cowok itu brengsek."
Lah? Novi mendelik. Abangnya kesurupan?
tak menghiraukan, Novi membuka salah satu bungkus makanannya. Menyenderkan kepala ke bahu kakak kandungnya."Kamu dengar Abang, kan?"
Novi menjawab dengan deheman, malas menanggapi.
Novi melihat sekitar dan berhenti di kelayar televisi. "Bang, kenapa maneh?"
"Jangan deketin cowok," lelaki itu mengambil sedikit makanan adik nya.
"Ini peringatan pertama."Gadis berkuncir itu hanya menggeleng-geleng. Tak paham. Abangnya kurang micin.
"Bang,. mau minum??"
Novi tergelak dan disusul jitakan di kepala nya."Abang serius, kalo kamu ada cowok,"
Ferta berhenti dan memakan makanan yg dia ambil dari bungkusan adiknya.
"Abang gebukin."Novi mendelik, abangnya kenapa? mama gak kasih jajan kah? atau abangnya lagi ada masalah dengan kuliah?
"Tega mukulin adek sendiri, gak cantik lagi gimana?"
Ferta tergelak melihat muka memelas adeknya. Sangat tidak cocok tapi menggemaskan. Satu jitakan di kepalanya mendarat. Novi meringis, tidak akan lagi menampakan muka memelas layak kucing yg belum makan.
"Bukan lu bego, cowok lu yg mau gue gebuk." Novi terperangah oleh abang nya yg gila, abis putus kayak nya, miring.
"Walau, gue yakin cowok mana ada yg mau sama cewek dekil kayak lu."
Novi melotot, di cubitnya lengan Ferta. Ferta malah ketawa kesetanan.Novi melepas cubitannya. Melihat maha karya di lengan sang kakak, berwarna merah tanpa campuran gincu untuk bibir. Merah alami hasil tangannya.
"Dekil, bau lagi."
Novi menatap garang. Mencubit perut lelaki itu dan menendang tulang kering nya."Mati maneh!" teriakan menggelegar.
Novi mengambil nampannya berjalan kekamar. Masih terdengar sedikit teriakan Ferta serta umpatan. MAMPUS!
Novi mengambil ponsel nya dan meletakan nampan di tempat tidur. Jarinya mulai lincah menari di atas layar ponsel putih itu.
kak
kak
k
a
k
kak
kak pirdaa
kakak
ihhhh kakakakakakKak pirda: Berisik.
Novi tergelak berhasil mengganggu seseorang.
kak
kak pirda: apaaa.
kak
Kak pirda: gue blok ya:)
ihhh nyebelin, nion gabut :(
Tidak di balas, tapi terdengar notif baru.
Raka: nion.
Dari kontak tadi. Novi tidak membuka pesan itu. Dia beralih ke square line melihat dan membalas pesan random. Bahagia itu sederhana.
Sombong, di pc gak di bales. di sq malah nongol.
Salah satu dari puluhan pesan dari square itu. Novi tergelak melihat laki-laki itu miris. Tapi ada yg aneh, siapa yg dia singgung?
nama nya kayak pernah lihat dan poto yg dia pake juga.Dia terdiam. Lah, dia siapa sihh.
--------
haii ayem bekk
sekian (づ ̄ ³ ̄)づ
KAMU SEDANG MEMBACA
NOMOPHOBIA
Teen Fiction~Novi Aku? orang bilang aku orang yang tergila-gila dengan ponsel, dan yang lain mengatakan aku berlebihan dengan kelakuanku terhadap ponsel. Aku nomophobia? tidak.... aku hanya melampiaskan bosanku kepada kotak ajaib yang mengetahui semuanya. dan...