Aku lelah. Dengan asal kulepaskan higheels yang kupakai seharian. Dua belas jam di kantor bukanlah waktu yang singkat. Aku hanya pulang ke apartemenku untuk mandi dan tidur, karena pekerjaan kantor yang tak mengizinkanku santai selama lima hari kerja. Untungnya hari sabtu dan minggu aku bisa libur, kesempatan me time yang bagus, dan biasanya aku melakukan perawatan tubuh dan membereskan rumah.
Namun, sayangnya masih beberapa hari lagi bagiku untuk tiba di akhir pekan. Oh iya ini hari senin, pantas saja tulang-tulangku terasa sempal dari bonggolnya. Kuhidupkan keran bathupku hingga air hangat mengalir memenuhinya, sama seperti ingatanku yang terisi penuh oleh peristiwa yang terjadi di kantorku. Pekerjaan yang membuatku merasa hidup, target yang walaupun melelahkan terasa seperti candu bagiku. Ada kepuasan yang amat nikmat saat ku berhasil mencapai target yang ditetapkan manajemen.
Kucampurkan aroma terapi pada air hangat yang mencapai dadaku saat aku berendam, "Aaaaahh." Desahku menikmati relaksasi yang meluruhkan rasa lelahku. Wanginya membawaku lepas bebas dari suntuknya pikiranku, melegakan nafas yang seolah-olah sesak, melenturkan kembali otot-otot leherku yang tegang. "Puji Tuhan........... syukur aku bisa merasa santai........syukur.....aku bisa bahagia." Gumamku dengan senyum terukir manis di wajahku.
Rasa bahagia membawaku pada kenangan-kenangan masa lalu, di kala malam penghargaan saat aku dinyatakan sebagai karyawan terbaik di perusahaanku. Dan banyak malam bersejarah yang telah kulewati untuk menerima aneka ragam piagam penghargaan dari pihak manajemen.
Aku tak asing lagi dengan yang namanya reward, penghasilan tambahan di luar gajiku. Bahkan pernah uang makan selama sebulan tak mengganggu gaji utuhku. Liburan ke spot-spot wisata bersama keluarga adalah rutinitasku Inilah buah dari kerja keras.Bagaimana tidak di apresiasi status kantorku yang semula hanya cabang pembantu kini beralih menjadi cabang area karena kemampuanku dalam mengatur tim yang solid tak perlu diragukan lagi. Jika kalian berpikir aku memulai karir dengan posisi bos besar maka kalian salah. Bisa di bilang aku tumbuh dan berkembang dalam perusahaan ini. Dimulai saat aku lulus SMA aku diterima sebagai cleaning service di perusahaan ini. Dengan gaji yang ku terima aku melanjutkan kuliah di universitas terbuka. Perlahan-lahan aku belajar banyak hal dan diterima sebagai teller, disinilah aku menyadari passionku yang sebenarnya. Marketing. Karena performa marketing dan pemahamanku tentang manajemen patut diacungi jempol, aku mampu meniti tangga karir dengan jalan yang bisa di bilang mulus namun melelahkan.
Ah senangnya mengenang masa-masa indah itu sambil berendam di air hangat. Aroma wangi mengelilingiku, memuaskanku dengan kecantikannya yang tak terlihat. Lavender, wewangian yang selalu menemani hari-hariku meniti karir yang tak mudah. Aku ingat dekorasi ruang kerjaku didominasi oleh lavender hidup yang semerbak, yang menghalau nyamuk dan selalu menyegarkan pikiranku, memberi inspirasi untuk menyusun strategi agar mampu melampaui target yang tidak kecil.
Aroma lavender adalah parfum yang kupakai saat wawancara calon teller, parfum yang selalu ku pakai saat menemui klien untuk mempresentasikan produk-produk jasa keuangan milik perusahaanku yang selalu berakhir sukses. Aroma yang selalu melekat padaku tiap harinya yang memancarkan aura leader yang kuat. Aroma bunga ungu ini juga yang membantuku fokus bersembahyang. Lavender begitu lekat dengan hal-hal positif yang selalu kupikirkan dan kulakukan.
Inspirasi kembali menerobos sel-sel otakku. Aku ingin menjadi pribadi yang rajin mengupgrade diri, aku ingin terus bermimpi, bervisi, dan berhasil. Aku tak ingin usia membatasi kemampuanku untuk berkembang. Aku adalah pribadi bebas yang berhak meraih sukses kapanpun. Tak salah bila aku mulai berbisnis parfum, selain menuai untung menggunakan parfum dan mengoleksinya adalah hobiku. Puji syukur ya Tuhan, Engkau menuntunku untuk menemukan ide yang cemerlang ini.
Kusudahi ritual mandiku ini, waktu menunjukan pukul sembilan malam. Ku baluri tubuhku dengan minyak zaitun agar tetap lembab di usia yang tak lagi muda. Kusisir rambut hitamku yang sedikit beruban sesuai dengan usiaku saat ini, 56 tahun. Aku tersenyum memandang pantulan diriku di cermin, "Kau sudah memberikan yang terbaik bagi karirmu. Kini mulailah lembar hidup baru dengan tujuan hidup yang baru pula." Katakau sambil menepuk dada. Kupandangi nametag bertuliskan Dian Kharthika yang sudah 30 tahun ini bertengger di dadaku saat dinas. Kini dengan haru aku menyimpannya sebagai kenangan di hari ku resmi purna tugas.
Aku tak menyesal mencurahkan seluruh hidupku demi karir, aku tak merasa kesepian walau aku seorang perawan tua, aku tak merasa rugi menanggung biaya enam orang keponakan, dan yang pasti sama sekali aku tak sedih mengahadapi masa pensiun ini, aku tidak terbuang bagiku inilah waktu istirahat bagiku. Mulai bisnis parfum, menghabiskan waktu bersama cucu dari keponakanku, atau melakukan ziarah-ziarah ke tanah suci dan spot-spot rohani yang meyegarkan jiwa. Dan tentu saja memanfaat tabungan pensiunku semaksimal mungkin.
Setelah memanjatkan syukur dan pujian malam, aku menuju pembaringan menutup hari dengan istirahat yang nyaman disertai impian akan hari esok yang cerah.